Kisah di Balik Kunci Kabah

Reporter : Eko Huda S
Minggu, 3 Agustus 2014 07:07
Kisah di Balik Kunci Kabah
Selama berabad-abad, Mekah telah berkali-kali ganti penguasa, mulai Ottoman hingga Briton. Namun soal kunci pintu Kabah tetap dipegang oleh keluarga Shaiba dan keturunannya.

Dream - Januari silam, Kementerian Situs Suci Arab Saudi mengumumkan penggantian kunci pintu Kabah, tempat paling suci untuk umat Islam. Kunci tua harus diganti. Kunci baru itu diserahkan kepada keluarga Shaiba yang telah ditunjuk memegang akses masuk Kabah sejak 1.400 tahun lalu, sejak penaklukan Mekah.

Ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membangun kembali Kabah, bangunan itu menjadi tempat suci yang digunakan untuk menyembah Allah. Dan digunakan untuk berhaji. Meski umat-umat setelahnya menyimpang dari ajaran yang disampaikan nabi Ibrahim, Kabah tetaplah menjadi tempat bagi orang-orang untuk berziarah.

Administrasi tempat suci ini mula-mula diserahkan kepada suku Jurhum. Itu setelah masa Nabi Ismail. Namun suku itu diusir dari mekah setelah kemenangan suku Khuza'a yang menginvasi bagian selatan Arab Saudi. Sejak itu, suku Khuza'a menjadikan Kabah sebagai tempat menyimpan behala. Dipakailah situs suci ini untuk menyembah berhala oleh orang-orang pagan itu.

Pada pertengahan abad ke lima, otoritas Mekah diambil alih oleh suku Qurais, suku dari Nabi Muhammad SAW. Urusan Kabah kemudian menjadi tanggung jawab pemimpin suku Qurais, Qushay bin Kilab, termasuk memegang kuncinya.

Tepat sebelum kematiannya, Qushay mendelegasikan tugasnya menjaga Kabah kepada kedua anaknya, Abduddar dan Abdulmanaf. Namun kemudian tugas menjaga Kabah diberikan kepada Abduddar.

Kisah di Balik Kunci Kabah

Kunci Kabah bekas. Sumber: Al Arabiya

Setelah Kota Mekah ditakhlukkan oleh pasukan muslim di bawah pimpinan Nabi Muhammad, tanggung jawab pun kembali beralih. Kabah dikendalikan langsung oleh Nabi Muhammad kala itu.

Namun, tugas menjaga Kabah kemudian diminta oleh paman Nabi dan keponakan terdekat sekaligus menantunya, Ali. Tapi Nabi Muhammad tak memberikannya. Demi stabilitas saat itu, Nabi memilih 'Uthman bin Talha, keturunan Abduddar, dan anak pamannya, Shayba bin Uthman, untuk memegang kunci Kabah.

Kisah di Balik Kunci Kabah

Kunci Kabah bekas. Sumber: Al Arabiya

Selama berabad-abad kemudian, Mekah telah berkali-kali ganti penguasa, mulai Ottoman hingga Briton. Namun soal kunci pintu Kabah tetap dipegang oleh keluarga Shaiba dan keturunannya.

Bagian lain yang secara historis juga penting dari Kabah adalah bagian pintu. Ketika Nabi Ibrahim mebangun tempat ini, tidak ada pintu. Beberapa sumber menyebut pintu itu baru dibangun oleh Qurais pada tahun 606 masehi.

Namun pintu itu rusak berat setelah pasukan Umayyah menggempur Mekah. Pintu itu kemudian direnovasi oleh Abdullah bin Zubeyr dan membangun pintu lain. Pintu yang dibuat oleh Zubeyr itu kemudian ditutup dinding oleh al-Hajjaj bin Yusuf Al-Thaqafi dengan persetujuan khalifah.

Setelah itu, pintu Kabah selalu dirawat dan dibenahi oleh berbagai dinasti maupun kekaisaran Islam yang berkuasa apabila terjadi kerusakan. Kebijakan perbaikan itu merupakan tindakan prestisius di mata publik dan menjadi tradisi dalam dunia Islam.

Saat Sultan Ottoman, Yavuz Selim, memasukkan Mesir ke dalam kekuasaannya, tampaklah kejayaan kesultanan itu. Legitimasi Ottoman sebagai pemimpin dunia Islam seolah tak terbantahkan lagi. Sampai-sampai penguasa Mekah dan Madinah mengirimkan kunci Kabah ke Sultan Ottoman.

Sultan Ottoman menggambarkan dirinya sebagai pelayan Kabah dan merawatnya untuk menyiapkan segala keperluan tempat suci itu. Sebagai tanda kehormatan terhadap Kabah, Sultan Ottoman menyimpan kunci tua Kabah yang sudah tidak dipakai setelah diganti dengan yang baru. Kunci-kunci bekas itu saat ini disimpan di Museum Istana Topkapi di Istanbul, Turki. (Sumber: Al Arabiya

Beri Komentar