5 Mitos Salah Seputar Kesuburan Pria

Reporter : Cynthia Amanda Male
Kamis, 5 Maret 2020 08:47
5 Mitos Salah Seputar Kesuburan Pria
Apakah kamu pernah berpikiran ini?

Dream - Saat pasangan belum juga dikaruniai seorang anak, maka yang selalu dituduh sebagai biang masalah adalah sang istri.

Banyak yang mengira bahwa sang istri sudah tidak subur atau bahkan lebih parah lagi mengalami kemandulan.

Padahal, baik suami dan istri sama-sama memiliki peran dalam proses kehamilan. Sehingga peluang sang suami untuk menjadi tidak subur juga ada.

Ilustrasi suami istri

Peran Pria dalam Pembuahan

Pria memainkan peran utama dalam pembuahan yang berujung pada kehamilan. Sekitar 200 juta sperma yang dikeluarkan saat seorang pria mengalami ejakulasi.

Pada kebanyakan pria, 15 hingga 45 juta sperma ini cukup sehat untuk membuahi sel telur, meskipun hanya 400 yang bertahan hidup setelah pria berejakulasi. Dan hanya 40 di antaranya yang benar-benar berhasil mencapai sel telur.

Setelah berhasil mencapai tujuannya, hanya satu sperma yang mampu menembus lapisan luar sel telur yang keras sehingga terjadi pembuahan dan menyebabkan kehamilan.

1 dari 5 halaman

Mitos Seputar Kesuburan Pria

Meski sudah mendapat penjelasan tentang peran sperma, masih banyak yang percaya mitos seputar alat reproduksi pria tersebut.

Dilansir Timesof India, berikut adalah lima mitos salah tentang sperma yang sering muncul di tengah masyarakat.

1. Memakai celana boxer meningkatkan produksi dan kualitas sperma

Dipercaya bahwa celana dalam yang ketat menghasilkan banyak panas di sekitar testis, sehingga memengaruhi produksi sperma yang sehat.

Namun, sebuah penelitian membandingkan suhu skrotum pria yang mengenakan celana boxer dengan celana dalam. Hasilnya, mereka tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara keduanya.

Jadi, memakai celana dalam biasa yang ketat tidak memengaruhi sperma dalam segala hal.

ilustrasi boxer

2. Usia pria tidak berpengaruh pada tingkat kesuburannya

Kita mungkin pernah mendengar tentang seorang pria yang menjadi ayah bagi anak-anak berusia 50-an, 60-an, dan bahkan 70-an. Banyak yang yakin bahwa tingkat kesuburan pria tidak terkait dengan usia. Padahal, yang terjadi adalah sebaliknya.

Menurut para ahli, kualitas sperma mulai turun setelah seorang pria melewati usia 40. Untungnya, penurunannya lambat dan bertahap. Tetapi ada banyak kondisi kesehatan lainnya yang dapat menghambat produksi sperma bahkan pada usia muda.

2 dari 5 halaman

3. Sering masturbasi menurunkan jumlah sperma

Memang, sering melakukan masturbasi dapat menurunkan jumlah sperma, tetapi juga meningkatkan kualitasnya.

Justru jarang ejakulasi akan meningkatkan jumlah sperma yang mati. Karena itu para ahli menyarankan pasangan untuk sering berhubungan intim agar mendapatkan sperma segar yang memperbesar peluang istri hamil.

Ilustrasi suami istri

4. Ketidaksuburan dan impotensi adalah kondisi yang sama

Ada sebagian orang yang tidak bisa membedakan ketidaksuburan dan impotensi. Perlu diketahui bahwa kedua kondisi itu tidak sama.

Ketidaksuburan mengacu pada ketidakmampuan untuk bereproduksi (mengeluarkan sperma). Sedangkan impotensi mengacu pada disfungsi seksual (tidak bisa ereksi dan sebagainya).

3 dari 5 halaman

5. Ketidaksuburan bisa disembuhkan

Banyak yang mengira bahwa masalah kesuburan pria dapat diobati dengan melakukan perubahan gaya hidup, mengonsumi suplemen, menjalani operasi, dan mendapatkan pengobatan.

Ilustrasi suami istri

Menurut para ahli, hanya sedikit kasus ketidaksuburan yang bisa diatasi secara medis.

Sebagian besar masalah kesuburan tidak bisa diobati. Karena itu banyak ahli kandungan yang menyarankan untuk menggunakan sperma dari donor atau mengadopsi anak.

4 dari 5 halaman

Duh, Jumlah Sperma Pria Saat Ini Lebih Sedikit dari 40 Tahun Lalu

Dream - Jumlah sel sperma yang cukup dan sehat sangat penting dalam meneruskan keturunan.

Untuk itu saat ada pasangan ingin menjalani program hamil, baik calon ibu maupun calon ayah akan menjalani pemeriksaan kesuburan dan kondisi kesehatannya terkait fungsi reproduksi.

Ada sebuah fakta yang boleh dibilang kabar buruk bagi kaum pria seputar kesuburan dan reproduksi.

Ternyata, jumlah sel sperma pria saat ini jauh lebih sedikit dibandingkan pria yang hidup 40 tahun lalu, khususnya di negara-negara barat. Hal ini terungkap dalam penelitian tim ilmuwan Israel yang dipublikasi dalam Journal Human Reproduction Update.

" Jumlah sperma pria di negara-negara Barat telah menurun secara signifikan hingga 60 persen selama empat dekade terakhir. Pria menghasilkan sperma lebih sedikit daripada 40 tahun yang lalu," tulis penelitian tersebut.

5 dari 5 halaman

Kecenderungan yang mengkhawatirkan

Penelitian tersebut dilakukan dengan mengamati 7500 spesimen sperma dari laki-laki di berbagai negara. Tim peneliti menemukan kecenderungan yang mengkhawatirkan yang berlanjut hingga hari ini.

Kecenderungan ini ini tidak hanya menandakan peningkatan infertilitas pria, tetapi juga peringatan penting bagi kesehatan reproduksi pria.

Profesor Kate Loveland, Kepala Pusat Kesehatan Reproduksi di Hudson Institute, sangat prihatin dengan tren ini.

" Kesuburan kita memberikan gambaran kesehatan kita," katanya," seperti dikutip dari KidSpot.

Apa Pemicunya?

Para ilmuwan sepakat bahwa kecenderungan tersebut berkaitan dengan lingkungan dan gaya hidup. Perubahan pola makan, gaya hidup kita, dan bahan kimia di sekitar jadi pemicu utamanya.

Pria di negara-negara barat, bobot tubuhnya jauh lebih besar. Obesitas ini tidak hanya memengaruhi kesehatan, tetapi juga kesuburan.

" Sangat jelas bahwa itu adalah faktor yang mempengaruhi cara hormon dan sistem kekebalan tubuh kita berfungsi," kata Profesor Loveland.

Konsumsi makanan manis dan berlemak juga ikut jadi pencetusnya. " Produksi sperma berkurang, dan kerusakan DNA sperma meningkat ketika kita menelan makanan ini," katanya.

Beri Komentar