Bukan Hanya Tren, Sustainable Diet Tawarkan Pola Makan Sehat untuk Sayangi Bumi

Reporter : Wuri Anggarini
Jumat, 24 Desember 2021 18:20
Bukan Hanya Tren, Sustainable Diet Tawarkan Pola Makan Sehat untuk Sayangi Bumi
Jadi sudah separah apa sih kondisi lingkungan akibat perubahan iklim saat ini?

Belakangan ini, perubahan iklim semakin menjadi perhatian. Perubahan iklim mengakibatkan kondisi cuaca ekstrem yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia, banjir di mana-mana yang disebabkan oleh curah hujan tinggi, dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia itu sendiri.

Jadi sudah separah apa sih kondisi lingkungan akibat perubahan iklim saat ini? Uslaini Chaus, Direktur WALHI Sumatera Barat memberikan penjelasannya dalam sebuah sesi interview secara virtual kepada Dream.co.id

“Jika berbicara tentang separah apa kerusakan lingkungan, bisa dibuktikan dengan banyak hal. Mulai dari cuaca yang semakin sulit diprediksi akibat berubahnya siklus cuaca, ditambah dengan gelombang panas dan kekeringan, beragam spesies terancam punah, hingga hasil pertanian yang menurun secara drastis. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per April 2021 mencatat, telah terjadi 1.045 bencana alam dengan 4,3 juta orang yang terdampak,” jelas perempuan yang akrab disapa Chaus tersebut.

Para pakar perubahan iklim dan aktivis lingkungan hidup banyak mendiskusikan masalah ini. Termasuk diantaranya, dalam pembahasan global Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung di Roma, Italia, pada Oktober 2021 lalu. Generasi muda juga semakin sadar terhadap isu perubahan iklim. Hal ini ditunjukkan lewat Survei Indikator Politik Indonesia yang menyebutkan bahwa 43% anak muda mau memberikan kontribusi dalam bentuk pajak hingga Rp 30 ribu per bulan, untuk mendukung pemerintah dalam mengatasi krisis iklim.

Meskipun lebih sadar dengan masalah lingkungan, akan tapi masih banyak juga nih yang bingung harus mulai dari mana sih untuk menjaga lingkungan dan menangani perubahan iklim yang bisa dilakukan? Ternyata, generasi masa kini bisa mengawalinya dari langkah sederhana namun bermakna, misalnya saja dengan mengenal dan memulai praktik sustainable diet atau konsumsi pangan berkelanjutan.

Mengenal Sustainable Diet

Bukan Hanya Tren, Sustainable Diet Tawarkan Pola Makan Sehat untuk Sayangi Bumi

Mungkin masih banyak yang belum paham, apa sih sustainable diet itu? Food and Agriculture Organization (FAO) menjelaskan sustainable diet atau konsumsi pangan berkelanjutan adalah pola makan yang meminimalisir dampak buruk terhadap lingkungan dan sosial. Pola makan sustainable diet mengutamakan asupan pangan sehat dari sumber yang berkelanjutan. Pola makan sustainable diet ini penting lho, karena ternyata tekitar 26% gas emisi rumah kaca dunia berasal dari aktivitas yang berhubungan dengan sektor pangan dan pertanian. Dengan pola makan yang berkelanjutan, emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim diharapkan dapat ditekan, sehingga mengurangi risiko pemanasan global.

Mulia Nurhasan, Food & Nutrition Scientist dari Center for International Forestry Research (CIFOR), mengatakan sustainable diet dapat dilakukan dengan memilih menu atau makanan yang ramah lingkungan, dan tetap memperhatikan kebutuhan gizi tubuh.

“Salah satu langkah memulai sustainable diet untuk masyarakat Indonesia adalah dengan mengurangi makan nasi, mengapa? karena jika kita semua mengkonsumsi nasi dengan berlebihan makan diperlukan lahan yang lebih besar untuk memproduksi beras, padahal lahan pertanian yang cocok untuk pertanian padi sudah semakin sedikit. Membuka lahan baru di tempat-tempat yang tidak cocok untuk pertanian padi malah beresiko untuk lingkungan dan sosial masyarakat setempat. Selain itu lahan pertanian produksi beras tersebut menghasilkan emisi methane (CH4) cukup tinggi, sehingga berkontribusi pada tingginya emisi gas rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan,“ jelasnya.

Mulia menganjurkan untuk mulai mengurangi konsumsi nasi dan menggantikannya dengan sumber karbohidrat lain yang ramah lingkungan karena menghasilkan gas rumah kaca yang lebih kecil seperti umbi-umbian, singkong dan jagung.

“Porsi makan nasi yang dikurangi juga dapat digantikan dengan makanan tinggi asupan zat gizi mikro, seperti berbagai jenis ikan, dan berbagai macam sayuran berwarna-warni, dimana bukan hanya baik untuk kesehatan, tapi juga untuk kelestarian alam,” tuturnya.

Sisa Makanan Ternyata juga Bisa Menyebabkan Perubahan Iklim, Mitos atau Fakta?

Bukan Hanya Tren, Sustainable Diet Tawarkan Pola Makan Sehat untuk Sayangi Bumi

Penyebab perubahan iklim yang paling umum diketahui oleh masyarakat adalah jejak karbon kendaraan bermotor hingga deforestasi atau penggundulan hutan. Tapi, ada juga nih penyebab lain yang lagi banyak dibahas, yaitu sampah sisa makanan atau food waste juga ikut berpengaruh. Mitos atau fakta ya? Chaus menyebutkan bahwa hal tersebut memang benar.

"Ada banyak pengaruhnya (dari food waste). Di Indonesia pembukaan lahan menjadi faktor utama. Kemudian limbah padat juga sangat berpengaruh. Lalu sampah organik yang 70% di antaranya merupakan sisa makanan yang bisa menjadi jejak karbon. Banyak orang yang tak menyadari jika membuang sisa makanan bisa berdampak buruk bagi lingkungan," jelas Chaus.

Mulia mengamini Chaus, dan lebih jauh mengungkapkan, sisa makanan yang terbuang percuma memang memperburuk emisi gas metana yang juga merupakan gas rumah kaca, ungkapnya. Meskipun wilayah Indonesia sangat luas, fenomena food waste sendiri lebih banyak menumpuk di kota besar, dimana masyarakat tidak punya lahan untuk menimbun sampah organik, atau hidup secara individualis sehingga tidak terbiasa berbagi makanan dengan tetangga.

“Tanpa disadari, sisa makanan terbuang ikut menyebabkan perubahan iklim. Mirisnya lagi, hal ini terjadi di tengah-tengah kelaparan yang masih tinggi di Indonesia” tutur Mulia.

Untuk mengatasi hal tersebut, Mulia memberikan dukungan atas inovasi untuk mengatasi sisa makanan terbuang. "Misalnya sekarang sudah banyak hotel yang berkolaborasi dengan food bank untuk mengurangi food waste, yang nantinya sisa makanan tersebut dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Inisiatif seperti ini perlu didukung. Inovasi lain adalah biopori yang memungkinkan lahan halaman kecil digunakan untuk membuat kompos dari sisa makanan,” jelasnya.

“Para pembuat kebijakan juga perlu mengakomodir agar kebijakan bisa sesuai dengan kebutuhan zaman, seperti mengeluarkan kebijakan yang mendukung inisiatif-inisiatif baik untuk masalah food waste ini. Kemudian wartawan serta media juga sangat diperlukan untuk mensosialisasikan masalah food waste dan gagasan-gagasan inovatif untuk mengatasinya" tambahnya.

Bagaimana agar Sustainable Diet tidak hanya jadi Tren sementara?

Mulia menyampaikan harapannya, agar sustainable diet bukan hanya menjadi tren yang timbul tenggelam, tetapi justru menjadi bagian dari nilai hidup yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Menurut Mulia, agar nilai-nilai keberlanjutan sistem pangan tertanam dengan baik, sangat penting bagi masyarakat untuk memahami konsepnya, dan bukan sekedar ikut-ikutan hype.

“Jika masyarakat tidak memahami konsep mendasarnya tentang pentingnya konsumsi pangan sehat dari sistem pangan yang berkelanjutan, maka hal ini akan semata-mata menjadi tren yang timbul tenggelam. Padahal tidak seperti fat diet, sustainable diet ini landasan ilmiahnya sangat kuat. Rekomendasi untuk mengurangi konsumsi nasi dan meningkatkan keragaman sayur dan ikan, misalnya, didukung banyak studi ilmiah. Penelitian menunjukan untuk masyarakat Indonesia, rekomendasi ini baik untuk kesehatan tubuh dan alam,” tuturnya.

Selain itu sosialisasi kepada masyarakat adalah hal yang penting, agar semakin banyak orang yang mengadopsi konsep sustainable diet. Sehingga, lifestyle yang dijalankan memiliki dampak yang positif karena dilakukan bersamaan oleh banyak orang. Setelah masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang apa itu pangan berkelanjutan, dan kesadaran masyarakat mendapat dukungan dari pihak media maupun pemerintah dalam praktek dan sosialisasi, maka transisi pola pangan masyarakat menuju pangan sehat dan berkelanjutan diharapkan dapat membawa perubahan yang substansial untuk Indonesia.

Beri Komentar