Foto : Pixabay / Pexels
DREAM.CO.ID - Studi psikologi yang dilakukan oleh Universitas Toronto mengungkap fakta bahwa rata-rata kehidupan wanita lajang lebih bahagia dibandingkan dengan pria lajang.
Dilansir dari laman Psych Utoronto, para peneliti mengungkap bahwa pria mungkin memperoleh lebih banyak keuntungan dari pada wanita dalam hubungan romantis heteronormatif.
" Studi kami adalah studi komprehensif pertama yang membahas bagaimana perbedaan gender terkait dengan kesejahteraan dalam kehidupan lajang," kata penulis utama Elaine Hoan, kandidat PhD di Departemen Psikologi Fakultas Seni & Sains.
Dalam jurnal yang dipublikasi 2024, Hoan dan profesor Departemen Psikologi, Geoff MacDonald meneliti empat hasil kesejahteraan dari hampir 6.000 orang dewasa. Penelitiannya seputar seberapa puas mereka dengan status hubungan mereka saat ini, seberapa puas mereka dengan hidup mereka, seberapa terpenuhinya mereka secara seksual, dan seberapa besar keinginan mereka untuk menjalin hubungan.
Adanya keterbatasan ukuran sampel pada individu non-biner, studi ini berfokus pada individu yang mengidentifikasi diri sebagai pria atau wanita.
Hasilnya secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa perempuan lebih beruntung menjalani hidup sendiri dibandingkan laki-laki. Mereka lebih bahagia dengan status lajang, kualitas hidup, kualitas kehidupan seks, dan kurang menginginkan pasangan.
Lebih lanjut, Hoan mengungkap jika hasil tersebut dibangun berdasarkan penelitian yang ada. Di mana hasilnya menunjukkan bahwa pria lebih takut pada masa lajang daripada wanita, dan bahwa mereka kesulitan untuk memenuhi harapan maskulinitas tradisional.
Ada anggapan bahwa untuk benar-benar 'menjadi pria sejati', harus menjadi tipe yang 'mendapatkan wanita', itu tanda status. Namun, di tahap awal berpacaran, pria biasanya lebih sulit mendapatkan pasangan.
Hal lain yang diamati adalah usia dan etnis dalam konteks gender. Ditemukan bahwa pria lajang lebih tua ternyata lebih bahagia daripada pria lajang yang muda. Orang cenderung lebih bahagia dengan masa lajang jangka panjang setelah usia 40 tahun.
Mereka juga mencatat bahwa perempuan kulit hitam lajang memiliki hasrat yang lebih tinggi terhadap pasangan daripada perempuan kulit putih lajang. Meski begitu, penelitian ini tidak memberikan bukti langsung mengapa masa lajang merupakan pengalaman yang lebih baik bagi wanita.
" Misalnya, kita tahu dari penelitian yang ada bahwa dalam struktur hubungan heteronormatif, perempuan biasanya mengambil lebih banyak pekerjaan domestik dan emosional daripada yang seharusnya," kata Hoan.
" Kenikmatan seksual mereka cenderung diremehkan dan berpotensi berkurang akibat pembagian kerja yang tidak adil," sambungnya.
Hoan dan MacDonald selanjutnya meneliti hubungan antara pernikahan dan kesejahteraan di seluruh dunia, karena penelitian mereka terus mengungkap sejauh mana hubungan romantis berkontribusi pada pemenuhan hidup.
" Bagi wanita lajang, tekanan sosial untuk berpasangan mungkin menyulitkan mereka yang tidak ingin langsung menjalin hubungan tetapi merasa harus melakukannya. Studi kami memvalidasi pengalaman itu. Jika ingin tetap melajang, mungkin akan lebih bahagia karenanya," tutupnya.
Advertisement
Nonton Jadi Lebih Seru, Ikut Aja 5 Komunitas Film di Indonesia
7 Pemandian Air Panas Garut, Bisa Healing Menghempas Lelah
Gunung Gede Ditutup untuk Pendakian, Kondisinya Penuh Sampah
Ayu Ting Ting Buat Kue Sendiri Khusus Untuk Picnic Story
13 Komunitas Kanker di Indonesia, Beri Dukungan Luar Biasa Bagi Para Penyintas