(Ilustrasi: Shutterstock)
Dream - Kabar buruk menimpa beberapa perusahaan air minum kemasan terkenal yang dipasarkan secara luas di sembilan negara, termasuk Indonesia.
Menurut penelitian terbaru, air dalam botol itu diduga terkontaminasi plastik mikro selama proses produksi.
Temuan itu diungkapkan dalam laporan penelitian yang dipimpin oleh pakar plastik mikro Sherri Mason dari State University of New York, di Fredonia.
Laporan penelitian tersebut dirilis oleh Orb Media, sebuah perkumpulan media non-profit yang berbasis di Amerika Serikat.
Para peneliti menguji 250 botol air minum kemasan di Brasil, China, India, Indonesia, Kenya, Lebanon, Meksiko, Thailand, dan Amerika Serikat.
Hasilnya sungguh mengejutkan. Para peneliti menemukan plastik di hampir 93 persen sampel yang digunakan dalam pengujian.
Sampel yang digunakan dalam pengujian itu diambil dari merek-merek terkenal, beberapa di antaranya dijual di Indonesia.
Butiran halus yang mencemari air minum di dalam kemasan botol termasuk dalam jenis polypropylene, nilon, dan polyethylene terephthalate (PET).
Menurut penelitian, ketiganya umumnya digunakan untuk membuat tutup botol air kemasan.
" Dalam penelitian ini, 65 persen partikel yang kami temukan dalam bentuk fragmen dan bukan serat," kata Mason, dikutip dari AsiaOne, Kamis 15 Maret 2018.
" Saya kira partikel tersebut dihasilkan melalui proses pembotolan air. Awalnya saya pikir sebagian besar plastik itu berasal dari botol itu sendiri, tapi ternyata berasal dari tutupnya," tambah Mason.
© Dream
Menurut laporan penelitian, konsentrasi butiran plastik dalam air minum kemasan berkisar antara 0 hingga lebih dari 10.000 partikel plastik dalam satu botol.
Rata-rata, partikel plastik dalam kisaran ukuran 100 mikron (0,10 milimeter) dianggap plastik mikro.
Untuk kasus ini, penelitian menemukan plastik pada tingkat rata-rata 10,4 partikel plastik per liter.
Bahkan yang paling umum dijumpai adalah partikel plastik berukuran lebih kecil yang mencapai rata-rata 325 partikel plastik per liter.
Namun para ahli mengatakan bahwa tingkat risiko terhadap kesehatan manusia yang ditimbulkan oleh kontaminasi tersebut masih belum jelas.
" Ada hubungannya dengan peningkatan jenis kanker tertentu hingga menurunkan jumlah sperma serta meningkatkan risiko gangguan konsentrasi, hiperaktivitas dan autisme," kata Mason.
(Sumber: asiaone.com)
Advertisement
Tak Cuma Soto Banjar, Ini 5 Kuliner Khas Palangkaraya yang Wajib Dicicipi

Rumah Ini Pakai 1.000 Baterai Laptop untuk Sumber Listrik Selama 8 Tahun

Komunitas RAMAH Jadi Simbol Gerakan Anak Muda Aceh

Awas Jangan Salah Gate! 4 Maskapai Penerbangan Sudah Pindah ke Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta

Tegas! Universitas di Korsel Tolak Calon Mahasiswa dengan Catatan Kekerasan di Sekolah


Dulu Cupu Sekarang Suhu, Kiky Saputri Tantang Menteri Tanding Padel
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK

Riset: Si Paling AI, Orang Indonesia Ngebet Liburan Mancanegara pada Tahun 2026


Rumah Ini Pakai 1.000 Baterai Laptop untuk Sumber Listrik Selama 8 Tahun

Membedah Desa Wisata Pemuteran Bali, Destinasi Tenang yang Cocok Buat Liburan Keluarga Akhir Tahun

Mengenal Komunitas Masyarakat Adat Seberuang di Kalbar: Punya Hutan Terlarang, Jengkolnya Primadona

12 Rekomendasi Wisata Alam di Aceh yang Bisa Jadi Wish List Liburan Akhir Tahun