Foto Saat Christoph Grainger-Herr Tampil Dalam Wujud Hologram.
Dream - Pandemi virus corona memaksa perjalanan antar negara di dunia sebagian besar tidak berjalan semestinya. Ada pembatasan hingga membuat urusan bisnis tidak berjalan maksimal.
Meski ada teknologi konferensi virtual melalui video, namun bagi sebagian pelaku bisnis hal ini tidak seperti bertemu secara nyata.
Mereka tidak lagi bisa memamerkan produk terbaru secara maksimal. Ini terlihat dari cerita Christoph Grainger-Herr yang tidak bisa bepergian ke China akibat larangan perjalanan terkait Covid-19.
Christoph, bos sebuah perusahaan jam tangan Swiss merek IWC, mestinya datang ke pameran Watches and Wonders di Shanghai pada April lalu. Tetapi itu mustahil dilakukan karena waktu itu ada larangan perjalanan terkait Covid-19.
Namun kini dengan teknologi hologram alias proyeksi cahaya 3D, Christoph bisa menemui orang-orang dengan mudah meski terpisah ribuan kilometer secara utuh dan maksimal.
Teknologi hologram ini dapat menghadirkan seseorang secara utuh daripada melalui panggilan video seperti biasa. Jadi, Christoph sekarang bisa menemui orang melalui teknologi hologram ala Star Trek.
Dia menggunakan teknologi hologram 3D yang dilengkapi resolusi 4K. Dengan teknologi ala film fiksi ilmiah itu, dia dapat berbincang, melihat, dan mendengar orang-orang yang menghadiri pameran tersebut.
Teknologi yang sebelumnya hanya ada di film itu kini benar-benar ada di dunia nyata. Hologram yang dipakai Christoph dikembangkan oleh Portl, perusahaan hologram dari Los Angeles, Amerika Serikat.
" Kami membawa dia dari kantornya di Schaffhausen, Swiss, ke acara di Shanghai.
" Dia berbincang dengan petinggi perusahaan lainnya dan bahkan memamerkan sebuah jam baru, secara real-time. Kami lalu membawanya pulang!" kata David Nussbaum, bos perusahaan hologram Portl.
Hologram ini masih terhitung teknologi yang baru. Karena itu, Nussbaum mengungkapkan perusahaannya tidak bisa membuat portal hologram cukup cepat untuk memenuhi permintaan.
Portal hologram tersebut berbentuk bilik setinggi 2,5 meter. Kaca bagian depan dilengkapi layar komputer super tipis. Di dalam bilik ini, hologram si pengguna yang berada di tempat terpisah akan ditampilkan sesuai dengan wujud dan gerakannya.
Di dalam portal hologram ini terdapat pengeras suara, sehingga 'suara' dari orang yang ada di hologram bisa terdengar.
Selain itu, terdapat sejumlah kamera dan mikrofon. Ini memungkinkan pengguna hologram untuk melihat dan mendengar suara orang-orang.
Untuk membuat hologram, pengguna hanya memerlukan sebuah kamera, latar polos, dan mikrofon serta seperangkat pengeras suara.
Sistem perangkat lunak yang mengendalikan Portl kemudian menghubungkan si pengguna dengan portal hologram melalui Internet. Portalnya pun bisa lebih dari satu unit, sesuai dengan keinginan pengguna.
" Hampir tidak ada latensi (kelambatan). Dan jika bukan karena ada lapisan kaca di bagian depan hologram, Anda akan berpikir si pengguna benar-benar (berdiri)di sana.
" Bahkan, jika tidak ada cahaya pada kaca yang menyebabkan pantulan, Anda akan berpikir si pengguna benar-benar berada di sana," jelas Nussbaum.
Menurut Nussbaum, sistem Portl menyasar para pebisnis. Selain IWC, saat ini Portl juga telah digunakan perusahaan-perusahaan seperti Netflix dan T-Mobile.
Harga satu unit portal hologram mencapai US$60.000 (sekitar Rp860 juta), tapi perusahaan mengatakan alat itu bisa disewa dengan harga jauh lebih terjangkau.
" Dalam beberapa tahun mendatang, ini akan menjadi cara biasa dalam berkomunikasi antarkantor," kata Nussbaum.
Nussbaum yakin bahwa teknologi hologram bisa menggantikan layar vídeo pada konferensi vídeo dalam 'lima tahun'.
" Kami akan menggantikan setiap kios tampilan digital di setiap mal, setiap lóbi, dalam waktu singkat. Ini akan menjadi cara baru yang diinginkan perusahaan untuk menyajikan konten mereka, terlepas apakah itu disiarkan langsung atau rekaman," pungkas Nussbaum.
Sumber: BBC