Membangun Kampung Quran

Reporter : Puri Yuanita
Kamis, 16 Maret 2017 21:15
Membangun Kampung Quran
Membuktikan ungkapan 'selalu ada hikmah di balik setiap musibah', gempa dahsyat justru menjadi "jalan hijrah" warga di kampung itu.

Dream - Desiran ombak menyapu pasir pantai. Sesekali menghempas deretan karang di tepian. Di salah satu sudut dermaga, beberapa bocah lelaki dan perempuan tampak asyik duduk berhadap-hadapan.

Bukan sedang bermain. Mereka tengah sibuk membolak-balikkan lembar demi lembar halaman Alquran. Sementara Lantunan ayat-ayat terdengar lantang dan merdu dari mulut-mulut mungil itu.

Mereka saling bersahutan. Perlahan makin larut dalam kalimat-kalimat yang mereka ulang. Sekali dua kali, anak-anak itu menutup Qurannya. Selang beberapa menit membukanya kembali, memastikan benar tidaknya ayat yang mereka lantunkan. Ya, mereka tengah sibuk menghafal Alquran.

Tak terasa, matahari mulai beranjak pamit. Semburat merah di ufuk barat itu memantulkan terang ke bibir pantai. Namun, semangat dan raut ceria bocah-bocah itu tak juga pudar.

" Byurr.....!," suara deburan air tiba-tiba memecah kekhusyukan. Seorang bocah lelaki tercebur ke laut. Saking asyik menghafal, ia tak sadar memijak batu karang licin.

Sontak, gelak tawa bocah-bocah lainnya pecah. Insiden lucu tersebut menutup kegiatan tahfiz Quran anak-anak di Kampung Bobanehena, Maluku Utara pada hari itu.

***

1 dari 2 halaman

Hijrahnya Warga Jailolo

Hijrahnya Warga Jailolo © Dream

Tahfiz menjadi aktivitas yang rutin dilakukan anak-anak Desa Bobanehena sejak akhir 2015 silam. Setelah desa ini dikembangkan sebagai Kampung Quran.

Ya, pasca mengemban predikat Kampung Quran, citra Desa Bobanehena berubah 180 derajat. Desa yang terletak di Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat ini dulunya dikenal jauh dari kata Islami.

Bahkan bagi masyarakatnya, mungkin agama hanya sebuah " simbol formalitas" yang tercantum di KTP. Tak peduli Muslim atau non-Muslim, mayoritas warga Bobanehena dulunya dikenal memiliki citra buruk.

Hari-hari mereka kerap diisi dengan mabuk-mabukkan. Jangankan hafal Quran, mengaji saja mereka tak bisa. Bahkan sholat sebagai ibadah wajib umat muslim, nyaris tak pernah dikerjakan warga Bobanehena.

Sampai akhirnya pada November 2015, sebuah bencana dahsyat melanda desa ini. Gempa berkekuatan 4,5 skala richter meluluhlantakkan Bobanehena. Lebih dari 300 rumah hancur, nyaris rata dengan tanah.

Musibah itu jadi pukulan telak bagi masyarakat Bobanehena. Harta benda yang selama ini dibangga-banggakan, lenyap seketika ditelan gempa.

Tapi seolah membuktikan ungkapan 'selalu ada hikmah di balik setiap musibah', gempa dahsyat itu justru menjadi " jalan hijrah" masyarakat Bobanehena.

Umat Islam di sana memaknai bencana tersebut sebagai teguran Allah SWT. Hingga akhirnya membawa mereka semakin dekat pada ajaran Islam.

Dan proses hijrah semakin nyata tatkala tim Santri Siaga Bencana (SIGAB) PPPA Daarul Quran hadir membantu para korban gempa. Ya, lewat bimbingan tim inilah Desa Bobanehena akhirnya menjelma jadi kampung wisata religi. Dimana di setiap sudutnya terdapat anak-anak penghafal Alquran.

Tak hanya membangun kembali 200 rumah pasca gempa, tim SIGAB mendirikan 5 saung khusus untuk memfasilitasi anak-anak Bobanehena mengaji dan menghafal Quran.

Di tempat itulah kini warga Desa Bobanehena, khususnya anak-anak, rutin belajar mengaji dan menjalani kegiatan tahfiz. Kehadiran rumah-rumah tahfiz itu pun perlahan berhasil melepaskan masyarakat Bobanehena dari citra buruknya.

" ‎Alhamdulillah, sejak PPPA Daarul Quran hadir, desa ini tak lagi banyak pemabuk. Mereka malu, khususnya orang tua muslim yang anak-anaknya mengaji di sini," kata Ustaz Sofyan Labuha, pengasuh santri yang mewakafkan sebagian tanahnya untuk Kampung Quran Bobanehena.

Dan kini, desa kecil di Maluku Utara itu sudah tak lagi dikenal sebagai daerah pemabuk. Tapi identik dengan santri-santri penghafal Alqurannya.

Kegiatan tahfiz pun bukan lagi sesuatu yang asing bagi anak-anak di desa ini. Bahkan sudah jadi rutinitas. Nyaris tiap waktu senggang mereka isi dengan hafalan Alquran.

" Paling senang belajar di pinggir pantai karena hafalannya lebih cepat masuk ke otak," ujar Istiqomah, 13 tahun, salah satu santri yang tengah menghafal juz 30.

Tak jarang ada di antara para santri yang bangun tengah malam demi menghafalkan Quran. Kantuk tak jadi halangan. Mereka juga tak khawatir harus lanjut bersekolah pukul 06.30 keesokan harinya. Yang penting, cita-cita menghafal 30 juz bisa terlaksana.

" Mau bahagiakan orang tua, mau mendapat keberkahan dari Allah. Supaya semua cita-cita bisa tercapai," kata Fardian, 15 tahun. Bocah ini punya impian jadi dokter setelah hafal 30 juz.

Antusiasme menghafal Alquran, tak hanya datang dari anak-anak. Warga Desa Bobanehena dari berbagai usia berbondong-bondong datang ke rumah tahfiz untuk belajar mengaji. Dewasa hingga lansia mulai bergabung dalam lingkaran pengajian warga.

" Masya Allah, saya sampai harus membuat 'waiting list' untuk mereka, para calon santri baru. Mengingat kapasitas Rumah Tahfiz yang terbatas," kata Ustaz Sofyan.

Setidaknya, sampai saat ini sudah ada 6 kelompok pengajian warga Desa Bobanehena dengan rata-rata 20 santri setiap kelompoknya. Mereka berasal dari latar belakang yang beragam. Ada karyawan, ibu rumah tangga, petani cengkeh, nelayan, tukang kebun, tukang ojek sampai marbot mushola.

" Subhanallah, hanya kata itu yang bisa saya katakan. Melihat yang nampak sekarang dan mengingat yang dahulu. Tak bosan-bosan saya memuji Allah Ta'ala," tutur Ustaz.

***

2 dari 2 halaman

Menuju Kampung Tahfiz

Menuju Kampung Tahfiz © Dream

Bobanehena adalah satu contoh dari sederet program Kampung Quran yang digawangi PPPA Daarul Quran. Kampung Quran adalah program dakwah yang berbasis pada kawasan terpencil bekas bencana atau daerah yang jauh dari akses peradaban.

Dan program Kampung Quran ini salah satunya meliputi proyek Rumah Tahfiz yang dikembangkan oleh PPPA Daarul Quran bersama Rumah Tahfiz Center (RTC) di seluruh penjuru nusantara.

Hingga saat ini, setidaknya sudah ada 806 Rumah Tahfiz yang aktif beroperasi di seluruh pelosok negeri dengan jumlah santri mencapai 19 ribu orang.

Program Rumah Tahfiz didesain dengan beberapa metode khusus untuk memudahkan para santri menghafal Alquran. Tak cuma metodenya, PPPA Daarul Quran pun memproduksi Alquran hafalan khusus yang diperuntukkan bagi para santri Rumah Tahfiz.

Alquran khusus itu diberikan hanya kepada santri yang punya hafalan paling sedikit 1 juz. Hal ini bertujuan agar para santri terdorong terus meningkatkan hafalannya.

" Sehingga untuk menghafal juz-juz selanjutnya, santri bisa belajar dengan beberapa metode yang sudah ada di dalam Alquran ini. Insya Allah, dapat meringankan mereka menghafal," terang Direktur Utama PPPA Daarul Quran Anwar Sani.

Tak hanya itu, demi mencetak lebih banyak generasi Qurani, PPPA Daarul Quran merealisasikan program 'Sedekah Quran'. Melalui program ini, Daqu mengajak masyarakat luas berpartisipasi menyedekahkan Alquran bagi para hafiz.

" Nilai 1 Quran hafalan untuk santri penghafal Quran sebesar Rp55 ribu, target setiap bulan kami akan distribusi sebanyak 3.000 Quran ke seluruh jaringan Rumah Tahfiz dan Kampung Quran," ujar Ustaz Solehuddin, Pengasuh Rumah Tahfiz Center.

Dan proses distribusi Alquran masih terus berjalan sampai sekarang, mengingat terus bertambahnya jumlah Rumah Tahfiz di bawah naungan Daarul Quran.

Beri Komentar