Ilustrasi
Dream - Virus Covid-19 hingga saat ini masih banyak diteliti dalam segala aspek. Bukan hanya vaksinasi, penularan, obat, pencegahan tapi juga dampaknya yang bukan bersifat jangka pendek tapi juga jangka panjang.
Dalam sebuah penelitian baru-baru ini yang diposting ke Journal Nature, para peneliti menganalisis perubahan otak terkait sindrom pernapasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2) di antara pasien di Inggris Raya (UK).
Gejala penciuman dan pengecapan telah dilaporkan mendahului timbulnya gejala penyakit Covid-19. Hilangnya input sensorik penciuman ke otak dapat menyebabkan perubahan materi abu-abu serebral di daerah terkait penciuman.
Pencitraan resonansi magnetik (MRI), computed tomography (CT), dan studi pencitraan otak positron emission tomography (PET) sebelumnya melaporkan kelainan otak pada pasien COVID-19. Penelitian ini adalah laporan kasus tunggal atau rangkaian kasus yang mendokumentasikan perubahan otak pada fase akut Covid-19 sedang hingga berat.
Dalam studi observasional ini, para peneliti menganalis kelainan otak pada 587 penduduk Inggris berusia 51-81 tahun yang menjalani pencitraan otak dua kali dalam tiga tahun, sebagai bagian dari analisis Biobank Inggris. Dari jumlah tersebut, 401 peserta didiagnosis dengan COVID-19 antara dua pemindaian.
Pasien-pasien ini memiliki dua tes antibodi cepat positif atau catatan kesehatan dan medis masyarakat untuk COVID-19. Sekitar 15 pasien COVID-19 dirawat di rumah sakit.
Diketahui, efek dari virus Covid-19 adalah komplikasi penutupan area otak yang terhubung dengan korteks penciuman primer. Terutama di korteks orbitofrontal, korteks cingulate anterior, insula, ventral striatum, hippocampus, gyrus parahippocampal, dan amigdala.
Temuan penelitian menyoroti dampak serebral yang merusak dari COVID-19. Terutama dalam sistem penciuman limbik dan otak. Efeknya bisa jadi karena penyebaran infeksi degeneratif dari sel saraf penciuman ke otak.
Sumber: News-medical.net
Dream - Ratu Elizabeth II dinyatakan positif Covid-19. Ratu berusia 95 tahun ini terinfeksi Covid-19 setelah kontak dengan putra mahkotanya, Pangeran Charles, yang minggu lalu dinyatakan positif Covid-19.
Istana Buckingham dalam pernyataannya telah memberikan keterangan pada Minggu 20 Februari 2022 menyebut Ratu Inggris ini mengalami gejaja flu ringan.
" Yang Mulia mengalami gejala pilek ringan, tapi diyakini masih bisa melanjutkan tugas-tugas biasa di Windsor beberapa pekan ke depan," demikian keterangan dari Istana Buckingham, dikutip dari CNN.

Sebelum sang Ratu positif Covid-19, menantunya Camilla, istri Pangeran Charles, juga terinfeksi virus corona.
Menurut Istana Buckingham, istri Pangeran Philip ini akan tetap mendapatkan perhatian medis, serta mengikuti petunjuk-petunjuk yang diperlukan dalam penanggulangan Covid-19 untuk kesembuhannya.

" Dia akan tetap mendapatkan perhatian medis, dan juga mengikuti semua petunjuk yang diperlukan [dalam penanggulangan Covid-19]," keterangan dari Istana Buckingham, dikutip dari Merdeka.
Meskipun begitu Sang Ratu yang mengalami gejala flu ringan ini akan tetap menjalankan beberapa tugasnya yang ringan di Windsor selama pekan ini. Setelah Ratu dinyatakan positif Covid-19, sejumlah orang di Istana Windsor di mana Ratu tinggal pun menjalani pemeriksaan tes Covid-19.
Pada Selasa, 15 Februari 2022, Ratu Elizabeth yang dulu naik takhta pada tahun 1952 ini telah menghadiri pertemuan resmi pertamanya sejak melakukan kontak dengan Pangeran Charles. Mereka melakukan rapat virtual bersama duta besar baru untuk Inggris.

Keesokannya, ratu pun sempat mengeluhkan soal masalah kakinya dalam pertemuan dengan staf pertahanan. Berdiri dengan tongkatnya, Sang Ratu menyampaikan keluhannya di bagian kaki kiri.
" Ya, seperti yang Anda bisa lihat, saya tidak bisa gerak," kata dia.
Diketahui Ratu Elizabeth II telah menjalani vaksin pertama pada pada Januari 2021 dan diyakin sudah menerima dosis selanajutnya setelah itu.
Berbagai dukungan pun datang kepada Ratu yang telah menjalani masa pemerintahannya selama 70 tahun ini. Para pejabat Inggris memberikan doanya agar Sang Ratu dapat cepat pulih.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengungkapkan dukungannya melalui postingan Twitter.
" Saya yakin saya berbicara untuk semua orang dalam berharap Yang Mulia Ratu agar pulih secepatnya dari Covid dan cepat kembali menuju kesehatan baik yang cemerlang," ujar PM Johnson via Twitter, dikutip dari Liputan6.com.
Menteri Kesehatan Sajid Javid dan Menteri Luar Negeri Liz Truss pun mengungkapkan doanya.
" Berharap Yang Mulia pemulihan cepat dan kembalinya menuju kesehatan penuh," ujar Truss.
Pemimpin partai oposisi, Partai Buruh, turut mewakili pendukungnya untuk memberikan dukungan moril kepada Ratu Elizabeth II.
" Atas nama diri saya sendiri dan seluruh Partai Buruh, berharap Yang Mulia Ratu kesehatan yang baik dan pemulihan yang cepat. Cepat sembuh, Ma'am," ujarnya.
Sumber: Dikutip dari berbagai sumber
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah

UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini

Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun

Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000

NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia


9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain


PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi


Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah

Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan

Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib