Detail Kontemporer Busana Tradisional Musa Widyatmodjo

Reporter : Ratih Wulan
Senin, 31 Oktober 2016 07:30
Detail Kontemporer Busana Tradisional Musa Widyatmodjo
Secara kreatif Musa berhasil mempersembahkan detail potongan kebaya, sarung, kain wiron (kain panjang khas Jawa) dan kemben dengan sentuhan yang lebih modern.

Dream - Terinspirasi dari keberagaman budaya Jawa, desainer Musa Widyatmodjo menampilkan koleksi bertemakan Nasionalista. Bagi Musa, kata ini mewakili kolompok masyarakat yang sangat menyukai produk fesyen lokal.

Berbagi panggung dengan Ivan Gunawan dan Rudy Chandra di ajang Jakarta Fashion Week (JFW) 2017, Musa menampilkan busana kontemporer dengan detail potongan kebaya, sarung, kain wiron (kain panjang khas Jawa) dan kemben dengan sentuhan yang lebih modern.

" Sesuatu yang lebih kontemporer, saya berusaha mengangkat Indonesia ke pasar global," terang Musa yang dijumpai di kawasan Senayan City Jakarta Selatan baru-baru ini.

Musa menjelaskan, warna putih masih memiliki daya tarik tersendiri sebagai aksen dasar tahun depan. Sehingga, ia hanya akan menambahkan aksen bordir, sulam, payet berlipat dengan detail yang lebih rumit dan sulit.

Sedangkan untuk fashion show kali ini, ia lebih banyak memakai batik, tenun dan ikat organdi. Dengan mengusung filosofi perempuan Jawa yang sangat memikirkan detail dalam berbusana.

" Mereka berkain, stagen, penutup dada baru kebaya, sanggul, tusuk konde, suweng pake juga tapi lebih kontemporer," beber Musa.

Musa berhasil menerjemahkan konsep busana tradisional perempuan Jawa dalam garis desain kekinian. Dengan harapan nantinya bisa lebih mudah diterima di pasar mancanegara.

" Saya ingin mengungkapkan idealisme saya dalam mengglobalkan Indonesia melalui fashion. Bagaimana mengubah kerjainan menjdi sebuah yang lebih kontemporer," tegas Musa.

Tak hanya itu saja, Musa juga mengeluarkan gebrakan dengan menampilkan flat shoes. Berbeda dengan desainer kebanyakan yang tampil dengan high heels, kali Musa menonjolkan selop sebagai alas kaki yang identik dengan budaya Indonesia.

" Saya sepatu mengeluarkan teplek, sudah 5 tahun terakhir pakai yang tinggi tinggi, tapi 2 tahun terkahir di Eropa mengeluarkan sepatu pendek. Saya mengeluarkan selop karena selop part of budaya Indonesia. Kedepannya ada satu line khusus untuk selop," tutupnya.(Sah)

Beri Komentar