Muslim Pro Pastikan Data Pengguna Tak Dijual ke Militer AS

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 25 November 2020 07:45
Muslim Pro Pastikan Data Pengguna Tak Dijual ke Militer AS
Muslim Pro akan menggelar investigasi penuh dan menerapkan langkah hukum jika mendapati penyalahgunaan data.

Dream - Aplikasi Muslim Pro sempat menghadapi tudingan terlibat dalam praktik jual beli data pengguna kepada militer Amerika Serikat. Tidak hanya data pengguna di AS namun seluruh dunia termasuk Indonesia.

Menanggapi tudingan tersebut, pengelola Muslim Pro menegaskan tudingan tersebut tidaklah benar. Muslim Pro memastikan tidak pernah melakukan praktik jual beli data pengguna seperti yang dituduhkan.

" Kami tidak pernah menyediakan data non-anonim kepada pihak ketiga," ujar Head of Community Muslim Pro, Zahariah Jupary, melalui surat elektronik yang diterima Dream.

Zahariah mengatakan pihaknya telah menerima konfirmasi dari X-Mode Social, Inc. selaku mitra kerja sama Muslim Pro, terkait tudingan yang beredar pada 17 November 2020.

Lewat konfirmasi tersebut, X-Mode menyatakan telah menghentikan kerja sama dengan perusahaan yang menyuplai data pengguna kepada militer AS, Sierra Nevada Corporation and System & Technology Research sebelum menjalin kerja sama dengan Muslim Pro.

Untuk menjernihkan kondisi, Muslim Pro memutuskan menggelar investigasi penuh kepada semua pihak yang terlibat. Investigasi dijalankan dengan dukungan dari tim Advokat Muslim Pro.

" Kami juga akan melakukan tindakan yang dibutuhkan jika mendapati adanya penyalahgunaan kepercayaan kami dan para pengguna kami. Kami yakin bahwa pada akhirnya kebenaran akan terungkap seiring tindakan hukum yang dijalankan dan diharapkan dapat meluruskan semua pemberitaan tersebut," kata Zahariah.

1 dari 5 halaman

Permohonan Maaf Muslim Pro

Lebih lanjut, MuslimPro juga menyampaikan permohonan maaf karena munculnya ketidaknyamanan dan keresahan yang timbul akibat kabar tersebut. Zahariah menegaskan komitmennya menerapkan semua pengamanan untuk melindungi data pengguna sehingga aman.

" Kami memohon maaf kepada jutaan pengguna kami atas keresahan dan ketidaknyamanan ditimbulkan," kata Zahariah.

Muslim Pro dikembangkan untuk memudahkan ibadah jutaan umat Muslim di seluruh dunia dan kami telah melakukan hal tersebut selama 10 tahun terakhir. Muslim Pro akan selalu bersama pengguna seperti selama ini.

" Satu-satunya misi dan fokus kami adalah tetap memberikan layanan yang membantu umat Muslim di seluruh dunia untuk beribadah dengan aman," terang Zahariah.

2 dari 5 halaman

Jadi Pengguna Muslim Pro yang Datanya Dibeli Militer AS, Ini Saran Kang Emil

Dream - Skandal penjualan data lokasi pengguna sejumlah aplikasi ke militer Amerika Serikat tengah jadi polemik. Isu ini turut menerpa aplikasi yang populer bagi umat Islam, Muslim Pro.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengaku menjadi salah satu pengguna aplikasi tersebut. Dia mengakui Muslim Pro merupakan aplikasi yang bagus.

" Namun jika disalahgunakan, tentunya itu melanggar hal fundamental yaitu privasi data dan lokasi pengguna," ujar Ridwan, dalam Instagramnya, @ridwankamil.

Pihak Muslim Pro belakangan telah memberikan bantahan dengan menyatakan praktik tersebut dijalankan oleh X-Mode yang merupakan perusahaan rekanan dari aplikasi tersebut. Tetapi, Muslim Pro menyatakan tidak mengetahui rupanya data penggunanya turut dijual X-Mode ke militer AS.

 

3 dari 5 halaman

Sarankan Pindah Aplikasi

Meski demikian, Ridwan mengatakan dugaan penyalahgunaan tersebut tetap ada. Ini selama kerja sama antara Muslim Pro dengan X-Mode selaku pihak ketiga tidak dihentikan.

" Sementara mari pindah ke apps yang lain, sampai ada kepastian terkait perlindungan privasi pengguna," kata Ridwan.

Namun demikian, Ridwan kembali menyerahkan keputusan kepada masing-masing individu.

" Tugas saya hanya mengingatkan dan memberi perlindungan kepada warga tercinta saya," terang Ridwan.

4 dari 5 halaman

Waduh! Militer AS Beli Informasi Lokasi Pengguna Ponsel Termasuk Data Muslim Pro

Dream - Buat pengguna aplikasi Muslim Pro, sebaiknya berhati-hati. Aplikasi ini dituding telah menjual data lokasi kepada militer Amerika Serikat.

Hasil investigasi majalah Motherboard yang dilansir pada Senin mendapat temuan Komando Operasi Khusus AS mendapatkan data lokasi dari sejumlah perusahaan. Salah satunya dari aplikasi doa dan Alquran, Muslim Pro, yang telah diunduh sebanyak 98 juta kali di seluruh dunia.

Berdasarkan catatan publik, wawancara dengan pengembang, dan analisis teknis, investigasi Motherboard mencatat beberapa perusahaan memperoleh data lokasi aplikasi saat pengiklan membayar untuk memasukkan iklan mereka ke sesi penjelajahan orang-orang.

Pihak militer AS mengkonfirmasi hasil investigasi tersebut. Mereka menyatakan pembelian data itu dilakukan untuk kepentingan operasi khusus.

" Akses kami ke perangkat lunak digunakan untuk mendukung persyaratan misi Operasi Pasukan Khusus di luar negeri," ujar Komandan Angkatan Laut, Tim Hawkins.

5 dari 5 halaman

Data Dikirim Berkala

Namun demikian, Hawkins menyatakan pihaknya patuh para prosedur perlindungan data pengguna.

" Kami sangat mematuhi prosedur dan kebijakan yang ditetapkan untuk melindungi privasi, kebebasan sipil, hak konstitusional, dan hukum warga negara Amerika," kata dia.

Perusahaan yang terlibat dalam kasus ini, X-Mode, mengaku telah melacak 25 juta device dalam negeri AS setiap bulan. Sedangkan 40 juta di tempat lain, termasuk Uni Eropa, Amerika Latin, dan kawasan Asia Pasifik.

Motherboard memasang aplikasi kencan Muslim Mingle pada ponsel Android dan melihatnya berulang kali mengirim koordinat geolokasi yang tepat bersamaan dengan jaringan WiFi ke X-Mode.

Investigasi menemukan aplikasi lain yang menyampaikan data lokasi termasuk aplikasi penghitung langkah Accupedo, aplikasi cuaca Global Storms, dan CPlus untuk Craigslist.

Senator AS, Ron Wyden, mengatakan kepada Motherboard bahwa X-Mode juga mengakui menjual data yang dikumpulkannya ke pelanggan militer AS lainnya. Praktik tersebut tetap dipertahankan hingga saat ini.

" X-Mode melisensikan panel datanya ke sejumlah kecil perusahaan teknologi yang mungkin bekerja dengan layanan militer pemerintah, tetapi pekerjaan kami dengan kontraktor tersebut bersifat internasional dan terutama berfokus pada tiga kasus penggunaan: kontra-terorisme, keamanan siber, dan memprediksi titik-titik Covid-19 di masa depan," kata X-Mode kepada majalah Motherboard dikutip dari laman Aljazeera.

Beri Komentar