Sneaker Onitsuka Tiger (Foto: Instagram/@onitsukatigerofficial)
Dream - Fashion brand asal Jepang, Onitsuka Tiger meluncurkan sneakers edisi terbatas yang bekerjasama dengan film Amazon Prime terbaru berjudul Cinderella.
Kisah Cinderella mungkin sudah tak asing lagi bagi banyak orang. Namun, film Cinderella garapan Amazone Primer ini menghadirkan sisi yang lebih modern dan beragam.
Tokoh Cinderella sendiri diperankan oleh penyanyi Camila Cabello. Ia digambarkan sebagai sosok yang ambisius dan bekerja keras untuk meraih mimpi-mimpinya.
Selaras dengan citra perempuan saat ini dan nilai keberagaman yang dipromosikan dalam film, Onitsuka Tiger menciptakan sneakers berdasarkan interpretasi baru dari sepatu kaca yang memungkinkan siapa pun menjadi protagonis dalam situasi apa pun, tanpa terbatas pada stereotip.
Sneakers kolaborasi ini mengadopsi model dari seri P-Trainer PRZM yang merupakan koleksi kontemporer dari Onitsuka Tiger. Sneaker tersebut memiliki warna prismatik yang mengingatkan pada sepatu kaca. Sentuhan prismatik di seluruh bagian atas fashion item ini menciptakan efek mengkilap seperti cermin.
Bagian sol sneakers dihiasi dengan 'Onitsuka Tiger Stripes'. Sementara itu, detail gambar Tiara yang terinpirasi dari film Cinderella diletakan pada bagian atas tumit. Logo harimau khas Onitsuka serta judul film ada di bagian lidah serta insole sneakers.
Sneakers Cinderella tersebut hanya dibuat sebanyak 800 pasang dan akan tersedia secara global dari bulan September. P-Trainer Przm edisi terbatas ini dibanderol dengan harga Rp3.099.000 juta dan juga tersedia di Butik Onitsuka Tiger Plaza Indonesia.
View this post on Instagram
Dream - Brand Onitsuka Tiger mungkin sudah tidak asing lagi bagi para pencinta sepatu olahraga, khususnya cabang olahraga atletik seperti lari, lintas alam dan sebagainya.
Namun sekarang brand Onitsuka Tiger tidak hanya menyasar atletik saja, tapi juga cabang olahraga lainnya seperti sepak bola, golf, kriket, anggar, hingga tenis.
Tapi tahukah Sahabat Dream jika label sportwear ini didirikan awalnya untuk memberdayakan masyarakat di bidang olahraga pasca Perang Dunia II?
© © Shutterstock.com
Pendiri brand Onitsuka Tiger, Kihachiro Onitsuka, percaya bahwa aktivitas olahraga adalah akses terbaik untuk mengubah gaya hidup, apalagi di masa pasca Perang Dunia.
Melalui Asics Ltd yang merupakan perusahaan baru Onitsuka Tiger, Kihachiro menyematkan slogan Anima Sana In Corpore Sano yang artinya pikiran yang sehat dalam tubuh yang sehat.
Semuanya dimulai pada tahun 1940-an yang merupakan awal Perang Dunia II. Akibat perang tersebut, masyarakat melupakan kesehatan diri mereka.
© © Shutterstock.com
Untuk memberdayakan kesehatan masyarakat pasca perang, Kihachiro bermimpi menciptakan sepatu olahraga yang fleksibel dan nyaman. Tepat pada tahun 1949, alas kaki dengan label Onitsuka Tiger didirikan.
Saat itu Kihachiro menciptakan sepatu basket yang mirip dengan sandal jerami. Sayang, sepatu basket tersebut tidak banyak diminati masyarakat.
Kihachiro pun kembali menciptakan sepatu basket model baru pada tahun 1951. Sepatu ini terinspirasi ketika Kihachiro melihat delapan lengan gurita di atas mangkok.
Sepatu yang diberi nama Ok Basketball Shoe ini pun laku keras di pasaran. Fitur cengkeram mewujudkan impian para pemain basket untuk beraksi cepat dan lincah di lapangan.
© © Shutterstock.com
Ide brilian kembali muncul di 1960 ketika Kihachiro menyaksikan reaksi telapak kakinya begitu menyentuh air panas. Sebelumnya seorang profesor medis juga menjelaskan bahwa temperatur panas dapat menyebabkan kulit mudah lecet.
Berangkat dari dua pengalaman tersebut, Kihachiro menciptakan sepatu khusus untuk para atlet lari jarak jauh yang diberi nama Magic Runner.
Sepatu khusus untuk long-distance running ini memiliki fitur drilling holes yang memungkinkan terjadinya sirkulasi udara yang lebih banyak.
Ketika dipakai berlari jarak jauh, kaki akan terasa nyaman dan tidak cepat panas akibat gerakan berulang yang terjadi di sepanjang rute yang dilalui.
Di ajang Tokyo Games pada tahun 1964 mengundang sejumlah inovasi kreatif dari Kihachiro. Salah satunya hasil kreasinya adalah sepatu Runspark.
Sepatu ini memiliki track spikes yang tajam namun dilapisi dengan busa lembut agar dapat mencengkeram dataran secara mudah tanpa terasa sakit.
Dua tahun berselang, lahirlah sepatu ikonik Onitsuka Tiger dengan garis Asics yang sampai sekarang jadi favorit pencinta jogging dan atletik.
© © Harperbazaar.co.id
Aksen garis-garis di kedua sisi ini tampil resmi pertama kalinya pada sepatu Limber Up Leather BK saat Olimpiade Musim Panas 1968 di Meksiko City.
Tiga tahun setelahnya, brand ini dinobatkan menjadi sports shoe maker terkemuka di Jepang. Onitsuka Tiga dengan garis Asics in mencuri atensi dunia, termasuk pelari Amerika dan co-founder brand Nike, Bill Bowerman.
© © Harperbazaar.co.id
Bill bertemu dengan Kihachiro dalam acara studi pemasaran athletic shoes. Tak disangka ia juga ingin Blue Ribbon Sports (nama perusahaan Nike saat pertama kali didirikan) membawa Onitsuka Tiger ke Amerika.
Pada dekade 1970-an, Onitsuka Tiger memperkenalkan FABRE, yang merupakan singkatan dari FAstBREak. Timnas Jepang memakai FABRE saat Olimpiade Musim Panas 1972 di Munich, di mana mereka berhasil menempati peringkat ke-14.
Tren gaya hidup dan mode era 70-an memberi inspirasi kepada Kihachiro untuk mendesain sepatu jogging bernama The California.
© © Harperbazaar.co.id
Kini, selain memproduksi sepatu khusus atlet, Asics tetap memasarkan koleksi antik Onitsuka Tiger namun dalam format lebih menyegarkan. Baik dari segi potongan, warna, maupun wujud aksentuasi.
Koleksi untuk orang awam yang ingin memakai sepatu olahraga di aktivitas sehari-hari itu dibagi dalam kategori Mexico 66, California 78, dan Nippon Made. Ingin tahu koleksi terbarunya klik di sini.