Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Masalah stunting masih sangat menghantui Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan berusaha terus mengatasinya karena jika dibiarkan bisa mengancam kualitas generasi bangsa.
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis karena tak terpenuhinya asupan nutrisi dalam waktu yang cukup lama. Efeknya, tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Tak hanya berpengaruh pada fisik, tapi juga kemampuan otaknya dan mentalnya.
Rupanya bukan hanya disebabkan kurang asupan gizi, stunting ini juga bersifat genetik. Hal ini diungkapkan Doddy Izwardy, Direktur Gizi Masyarakat Kemekes RI di Jakarta, Selasa 29 Januari 2019.
" Genetik menyumbang faktor risiko sebesar 26 persen. Sudah terintegrasi antara cucu dengan nenek, itu yang harus kita potong," kata Doddy.
Tubuh anak yang pendek kerap dianggap sebagai karena keturunan atau genetik, karena orangtuanya. Hal ini membuat banyak orang tak melakukan apa-apa untuk mengatasinya.
Padahal bisa jadi kondisi tubuh pendek tersebut adalah stunting yang membutuhkan perawatan medis intensif. Selain genetik, faktor risiko stunting lainnya, menurut Doddy adalah bayi prematur dengan orangtua perokok berisiko terkena stunting. Termasuk juga kebersihan air dan lingkungan.
" Lingkungan dengan jamban bersih terbukti mengurangi risiko stunting. Selain itu, bayi sebaiknya tidak diberikan air isi ulang yang kurang bersih," tuturnya.
Doddy menekankan pentingnya edukasi untuk para orangtua, terutama bagi pasangan menikah di usia dini. Ternyata, masih banyak orangtua yang belum tahu bagaimana memberikan gizi secara optimal pada anak balitanya.
Advertisement
Perlindungan Rambut Maksimal yang Ringan dan Praktis Lewat Ellips Hair Serum Ultra Treatment

Temukan Pengalaman Liburan Akhir Tahun yang Hangat di Archipelago Hotels

Kolaborasi Strategis KEC dan Archipelago Hadirkan Perusahaan Manajemen Hotel Baru di Madinah

Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari
