Dream - Jilboobs. Kata itu mendadak populer. Frasa ini lahir, mengacu mode berpakaian yang menonjolkan ‘boobs’ atau bentuk payudara pemakainya. Sementara kepala tertutup jilbab, sebagai simbol busana muslim.
Terang saja mode ‘asal tabrak’ ini memunculkan reaksi. Majelis Ulama Indonesia atau MUI merasa tidak perlu mengeluarkan fatwa khusus. " Sudah ada fatwa pornografi. Itu (jilboobs) termasuk dalam fatwa ini (haram)," kata Wakil Ketua MUI, Ma’ruf Amin.
Desainer dan pengusaha busana muslim Temi Sumarlin menyebut 'jilboobs' bukanlah fenomena baru. Bahkan awal 2000-an ada istilah Jilbab Lepet yang maknanya serupa. " Sejak saya masih sekolah -sekitar 15 tahun lalu- pun sudah ada. Kalau sekarang ramai mungkin karena banyak bermunculan di media sosial," kata pemilik merek Temiko ini.
Benar saja, kata jilboobs menjadi nama hampir 100 akun facebook. Sekitar 10.000 orang yang ‘like’ akun-akun tersebut. Komentar yang muncul memang lebih banyak bernada cibiran pada foto-foto yang diunggah. Gaya fashion salah kaprah ini muncul sebagai efek samping maraknya pemakaian hijab di kalangan muslimah pada umumnya.
Jilbab secara masif menanjak popularitasnya sejak 1990-an. Sebelumnya pakaian ini hanya jamak dipakai siswi pesantren.
Gaya berbusana muslim tidak lepas dari campur tangan pemerintah. Hubungan antara pemerintah dan kaum muslim sempat mengalami masa kurang romantis, pada 1970-an. Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang dianggap meminggirkan umat Islam.
Secara terbuka pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 052, tahun1982. Isinya mengatur tentang seragam sekolah yang arahnya melarang penggunaan jilbab. Kaum muslimin beraksi secara konfrontatif. Muncul gerakan-gerakan Islam sebagai respon terhadap rezim yang otoriter.
Berhijab atau berjilbab dianggap sebagai identitas gerakan politik yang berseberangan dengan pemerintah. Kondisi ini meningkatkan sekularitas di kalangan muslim Indonesia dan menjadi penghalang wanita berpakaian lebih Islami.
Angin politik berubah ketika komunikasi antara pemerintah dan kaum Muslim membaik. Terjadi rekonsiliasi di akhir era Orde Baru dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Nomor 100 tahun 1991. Pemerintah mengijinkan jilbab sebagai bagian dari seragam sekolah. Kampus dan sekolah mulai marak dengan gadis-gadis berjilbab. Praktik berjilbab pun, jamak di kalangan selebritis maupun kalangan kelas menengah Muslim.
Terjadi perubahan citra. Perempuan berjilbab tidak lagi mendapatkan stigma sosial. Atmosfir ini diperkuat dengan lahirnya media-media Islam di era reformasi. Media turut mempromosikan busana muslim sebagai bagian gaya hidup dan fashion modern.
Pada momentum yang sama, internet melunturkan batas-batas media konvensional. Facebook, youtube, twitter, instagram menampilkan pesohor-pesohor baru yang sebelumnya tak digubris media konvensional cetak dan elektronik. Setiap orang bisa memberi kontribusi dengan mengunggah foto atau video di sosial media, tidak terkecuali para pemakai jilbab.
Gaya pun muncul, trend juga berganti. Rancangan baru busana muslim muncul setiap beberapa bulan sekali. Tutorial cara berjilbab dengan aneka aksesorisnya menjamur di Youtube. Muncullah komunitas hijaber yang tidak mengenal batas negara.
Konsultan marketing dunia, Ogilvy & Mather mengamati perubahan cepat ini. Kesempatan kerja bagi wanita Muslim makin terbuka sehingga meningkatkan daya beli mereka. Semakin banyak muslimah yang ingin berpakaian modis untuk mengekspresikan kepribadian mereka.
" Industri fashion di negara barat benar-benar lambat mengenali kemunculan konsumen Muslim ini," kata Shelina Janmohamed, wakil presiden Ogilvy Noor (bagian dari Ogilvy & Mather). Hitung saja, jumlah populasi masyarakat Muslim dunia sekitar 1,8 miliar. Sementara Muslim di bawah usia 25 tahun membentuk sekitar 11 persen dari populasi global. “ Ini pasar yang sangat besar,” kata Shelina.
Ogilvy juga melihat penyebaran, iklim, dan budaya lokal ikut mempengaruhi keberagaman fashion Muslim. " Jika Anda tinggal di London atau Paris, Anda akan melihat banyak wanita dari Teluk yang mengenakan abayah atau hijab,” katanya.
Sementara di belahan lain dunia, seperti India atau Indonesia yang merupakan negara Islam yang paling padat penduduknya, mereka memiliki perspektif yang sangat berbeda tentang cara berpakaian. “ Mereka memakai warna-warna yang memukau, pola yang fantastis, dan kain yang sangat berbeda," Shelina menambahkan.
Lambatnya industri fashion negara barat mengantisipasi, memberi kesempatan brand yang jauh lebih kecil dan para pengusaha pemula merebut pasar. Global Islamic Report 2013 melaporkan, Indonesia mempunyai market cukup besar. Pada 2012 komsumsi fashion muslim mencapai US$ 16,8 miliar atau sekitar Rp 180 triliun. Angka ini menempatkan Indonesia di urutan ketiga dibawah Turki dan Iran. Sementara Mesir dan Saudi menyusul setelahnya.
Dubai, Jakarta, dan Kuala Lumpur menjadi pusat fashion Islam baru. Acara Islamic Fashion Week (IFW) menjadi agenda rutin di kota-kota tersebut. Pusat mode dunia sebelumnya, seperti London, Paris, dan New York mulai membuka pintu. Dalam dua tahun terakhir mereka menggelar fashion show Islami dalam versi mereka sendiri. Beberapa desainer terkemuka dunia termasuk Indonesia mulai berani menunjukkan koleksi-koleksinya.
Muncul pemain-pemain baru di industri busana muslim Indonesia. Mereka melahirkan mode fashion yang khas untuk kalangan muslimah. Sejumlah nama sudah mendunia. Sebut saja diantaranya Dian Pelangi, Jenahara, Windri Widiesta, Deden Siswanto, Kursein Karzai, dan nama-nama lainnya.
Windri Widiesta misalnya, membetot perhatian perancang busana di Shibuya Hikarie pada gelaran Tokyo Fashion Week, pertengahan Maret 2014. Dengan mengusung brand NurZahra, membuka mata desainer asing tentang mode fashion muslim yang dinamis. Kepada ArabNews.com usai pergelaran tersebut, Windri mengatakan, ”Tidak ada pembatasan dalam gaya hijab yang sederhana."
Windri mengakui bahwa busana muslim tidaklah mudah masuk industri pemasaran. Bahkan di tanah air pun dia harus melalui perjuangan panjang. Dia dan para desainer busana muslim lain pernah ditolak ikut dalam acara pameran di sebuah Mall ternama di Jakarta.
Namun mereka terus berupaya hingga akhirnya pintu itu terbuka pada 2010. Para pengelola pusat perbelanjaan raksasa kelas atas mulai membuka mata dan menyediakan tempat untuk merek lokal yang masih “ bau kencur.” Windri mendapat tawaran membuka butik di Grand Indonesia. Temi Sumarlin juga bisa membuka gerai di Ex Plaza.
Sejak itu gelaran fashion week yang bernafaskan Islam bermunculan setiap bulan. Bukan hanya di Jakarta, namun juga di Bandung, Surabaya, bahkan Juni lalu digelar Batam International Hijab Festival. “ Indonesia akan menjadi pusat fashion muslim dunia pada 2020,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu.
Ketua Asosiasi Perancang Pengusama Mode Indonesia, Taruna Kusmayadi yakin Indonesia bisa mengambil peran besar di industri busana muslim. " Fashion muslim Tanah Air sudah mengalami begitu banyak kemajuan namun masih butuh pengalaman lebih lagi,” katanya.
Untuk meraih mimpi itu Indonesia memang harus menjadi trend setter. Secara berkala mode busana muslim di Indonesia terus berubah. Pada era 90-an, Indonesia sempat memiliki gaya hijab dengan menggunakan ciput dan kerudung.
Hijab ikat mengambil alih di tahun 2000-an. Jilbab ini sering digunakan para artis dan akhirnya ditiru banyak orang. Pesona gaya hijab Indonesia pada tiga tahun terakhir didominasi full colour dan aneka motif.
Lebaran tahun ini, hijab klasik yang lebar dan sederhana atau biasa disebut hijab syar’ie mengambil alih pasar. Berbeda dengan di Timur Tengah yang cenderung memakai tone warna dasar, di Indonesia hijab syar’ie muncul dengan aneka warna benderang.
" Tahun ini muncul hijab warna-warna gold, blink-blink, dan silver. Era millenium yang dulu booming, kini mendominasi lagi," kata desainer Temi Sumarlin. " Meski yang paling penting adalah modifikasi," katanya.
Modifikasi dan kombinasi memang berperan penting dalam berhijab modern. Tapi jangan asal tabrak. Akibatnya, yang muncul malah Jilboobs…
Advertisement
Penasaran Sumber Penghasilan Para Youtuber? Intip Yuk
5 Tips Memilih Sabun Wajah untuk Pria, Jangan Sampai Salah
Misi Prilly Latuconsina Lewat Komunitas Generasi Peduli Bumi
Anak SMA Perlihatkan Bekal Steak Wagyu yang Disiapkan Ibu, Netizen: MBG Auto Minder
Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas 2025: Panggung Inspiratif Penuh Haru dan Inovasi Pelaku Usaha Lokal
Belajar Ilmu Perencanaan Keuangan dengan Komunitas Cerita Uang
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Anak Muda Perlu Waspada, Varises Bukan Sekadar Masalah Penampilan Menurut Indonesian Vein Center
Futuristik Abis! Penampakan Riyadh Metro di Arab Saudi yang Telan Biaya Rp364 Triliun