Yuk Bersama-sama Lawan Stigma Negatif Covid-19

Reporter : Shania Suha Marwan
Kamis, 22 Oktober 2020 13:12
Yuk Bersama-sama Lawan Stigma Negatif Covid-19
Jangan stres!

Dream - Stigma negatif terhadap pasien Covid-19 masih terus terjadi di masyarakat. Keluarga pasien yang tak terjangkit dijauhi, bahkan saat sang pasien sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Padahal, kita harus terus mendukung para perjuangan pasien Covid-19 untuk sembuh. Dukungan yang positif akan mempercepat proses penyembuhan, minimal membuat hati mereka tenang.

Hingga saat ini, belum ada obat untuk proses penyembuhan Covid-19. Penyembuhan pasien Covid-19 saat ini hanya mengandalkan imunitas tubuh. Imunitas tubuh yang kuat dapat mempercepat penyembuhan Covid-19 bahkan mencegahnya.

ilustrasi

1 dari 5 halaman

Jangan stres, mari berjuang

Adi Kurniawan, tenaga medis yang bekerja di garda terdepan menangani pasien Covid-19 di Wisma Atlet, kini tengah berjuang melawan infeksi virus corona memberikan pesan untuk kita semua dan para pejuang Covid-19.

“ Teman-teman selalu semangat sehat selalu, kalian nggak sendirian kok kita sama-sama. Sehat selalu jaga imunnya teman-teman, jangan kepikiran terus omongan orang malah stress kalau dipikirin malah stres kalau dipikirin, fokus aja mau sembuh,” ujar Adi Kurniawan, Selasa, 21 Oktober 2020.

NgobrasDream

2 dari 5 halaman

Stigma negatif dari lingkungan sekitar pasti akan terus berdatangan, tapi daripada kita merasa stres dan membuat imunitas tubuh lemah, lebih baik untuk tidak terlalu memikirkan omongan sekitar kita.

Adi banyak becerita tentang kesehariannya dia saat isolasi mandiri di Wisma Atlet karena terkena Covid-19 tanpa gejala.

Langsung saja tonton siaran ulangnya di IGTV Dream.

 

Laporan: Shania Suha Marwan

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

3 dari 5 halaman

INFOGRAFIS: Rumus 7K Agar Tetap Kreatif di Masa Pandemik

Dream - Tak cuma buat pebisnis saja yang merasakan efek pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 kemarin. Para pekerja kreatif ikut terkena imbas karena mereka tak leluasa lagi beraktivitas.

Maman Nugraha seorang pegiat literasi memberikan tips untuk para pekerja kreatif agar tetap bisa terus mengasah otak supaya bisa menghasilkan karya di masa masa pandemi Covid-19.

Menurut Maman, para pegiat harus bisa saling kolaborasi dan kreativitas tidak boleh berhenti. Ia pun mengeluarkan rumus 7K untuk hal ini:

Infografis Dream.co.id© © Dream.co.id

Selain ingat rumus 7K, para pekerja kreatif yang saat ini berkesempatan bekerja di luar ruangan tetap ingat 3M; Memakai Masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak.

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

4 dari 5 halaman

Plasma Konvalesen Diproyeksikan Jadi Terapi Pengobatan Utama Covid-19

Dream - Pengembangan metode penyembuhan Covid-19 di Indonesia turut dijalankan seiring dengan uji coba vaksin. Salah satu metode tersebut yaitu terapi plasma konvalesen.

Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro, mengatakan, terapi ini tengah diupayakan sebagai metode utama dalam penyembuhan Covid-19. Terapi ini sudah menjalani uji klinis tahap pertama di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.

" Terapi plasma konvalesen yang saat ini diterapkan di RSPAD tidak ada efek samping dan akan lebih baik diberikan dalam kondisi sedang, tidak pada kondisi berat," ujar Bambang dalam konferensi pers disiarkan di channel YouTube FMB9ID_IKP.

Sukses uji klinis tahap pertama, terapi ini akan diuji klinis tahap ke dua. Di tahap ini, kata Bambang, akan melibatkan lebih banyak rumah sakit. " 29 rumah sakit diperkirakan melakukan uji terhadap terapi plasma konvalesen," kata Bambang.

 

5 dari 5 halaman

Alat Pengukur Antibodi

Menurut Bambang, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman selaku pengembang terapi plasma konvalesen juga sedang mengembangkan alat pengukur kadar antibodi spesifik dalam darah pasien. Alat ini akan bekerja mengukur kualitas plasma darah dari pendonor.

" Tapi nanti bisa digunakan untuk vaksinasi untuk mengecek antibodi yang muncul dari vaksin dan diperkirakan berapa lama imun akan bertahan," kata Bambang.

Saat alat ini siap, maka dapat ditentukan tingkat antibodi pada tubuh pasien, terutama setelah menjalani vaksinasi. Dengan begitu, dapat diketahui berapa tingkat antibodi yang muncul akibat vaksinasi dan berapa lama efektivitasnya.

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

Beri Komentar