Satu Korban Lion Air JT610 Sudah Teridentifikasi

Reporter : Maulana Kautsar
Rabu, 31 Oktober 2018 20:23
Satu Korban Lion Air JT610 Sudah Teridentifikasi
Identitas korban ditemukan karena kecocokan sidik jari telunjuk kanan dengan database di E-KTP.

Dream - Satu jenazah penumpang pesawat Lion Air JT610 teridentifikasi. Korban yang teridentifikasi atas nama Jannatun Cintya Dewi.

" Nama lengkapnya Jannatun Cintya Dewi. Lahir di Sidoarjo, 12 September 1994. Agama Islam. Perempuan," kata Kapus Inafis Bareskrim Polri, Brigjen Pol Hudi Suryanto di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu 31 Oktober 2018.

Berdasar keterangan Hudi, identitas Jannatun ditemukan karena kecocokan sidik jari telunjuk kanan dengan database di E-KTP. Selain itu, ada kecocokan antara data yang muncul dengan data Kartu Keluarga.

1 Korban Lion Air JT610 Sudah Teridentifikasi

" Korban diketahui belum menikah, anak ke tiga. Ibunya bernama Surtiyem dan bapak bernama Bambang Supriyadi," kata dia.

Menurut Hudi, berdasarkan data pembanding ante mortem, berupa ijazah, foto, dan pakaian, perbandingkan, orang tua menyatakan bahwa identitas itu cocok dengan Jannatun.

Berdasar keterangan, Jannatun merupakan staf Kementerian ESDM Jakarta yang tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur. Janatun beralamat di Desa Suruh RT 1 RW 1 Kecamatan Sukodono. Dia berangkat ke Pangkalpinang untuk mengemban tugas dari kantornya.

1 dari 4 halaman

Jangan Tayangkan Bagian Tubuh Korban, Sakit Hati Kami Pak...`

Dream - Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan bertemu keluarga korban pesawat Liok Air JT610 di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur. Rosman menyampaikan keluhan keluarga korban.    " Ada permintaan dari keluarga, jangan dari pihak media menyoroti body part (bagian tubuh korban) atau KTP," ujar Rosman di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu, 31 Oktober 2018.   Rosman mengatakan, beberapa keluarga merasa tayangan identitas korban itu membuat trauma semakin besar. Kesedihan yang dirasakan keluarga korban, kata dia bertambah.    " Itu (tayangan) akan membuat mereka tambah sedih," kata dia.    Pernyataan yang sama diungkapkan Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri, Brigjen Pol Arthur Tampi. Arthur menerima keluhan dari keluarga mengenai tayangan identitas korban. " Kata mereka, 'Sakit hati kami, Pak'," ujar Arthur.    Berdasarkan keterangan Rosman, sebanyak 128 warga Bangka Belitung menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610. Beberapa anggota keluarga yang berdomisili di wilayah Bangka Belitung sudah diterbangkan ke Jakarta untuk mempermudah pemeriksaan antemortem dan pengambilan DNA.   " Satu orang korban diwakili dua orang anggota keluarga," ucap dia.    Rosman mengatakan, saat ini permintaan keluarga korban yaitu dipercepatnya masa identifikasi. " Dalam hal ini saya sampaikan, RS Polri sudah maksimal dan kerja 24 jam dan laboratorium forensik tidak pernah tutup,"   ujar dia.   Hingga sore ini, sebanyak 24 kantong jenazah yang berisi bagian tubuh sedang diperiksa tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Polri. Sementara itu, sebanyak 152 orang keluarga korban telah diambil sampel DNA-nya. (ism)

2 dari 4 halaman

Pramugari Lion Air JT610: Aku Tak Sempurna, Terima Kasih Diingatkan Ibadah

Dream - Tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 menghadirkan beragam kisah. Salah satunya tentang Alfiani Hidayatul Solikah. Pramugari yang bertugas dalam penerbangan Jakarta ke Pangkalpinang itu.

Alfiani kerap membagikan cerita suka dan duka selama melayani penumpang di atas kabin. Kisah dan foto-foto selama bertugas dia unggah ke Instagram melalui akun @alfianihidayatulsolikah.

Melalui foto-foto itu terlihat bahwa Alfiani begitu dekat dengan teman-teman sejawatnya. Tak jarang dara kelahiran Madiun, Jawa Timur, itu mengunggah foto bersama rekannya di dalam kabin pesawat.

Seperti unggahan yang dibuat pada 16 Juli 2018. Dalam posting itu terlihat Alfiani berfoto di dalam kabin pesawat bersama empat pramugari. Mereka mengenakan seragam merah marun.

Pada foto itu, Alfiani menuliskan suasana kerja yang harmonis. Bersama teman-temannya itu, dia merasa berada di tengah-tengah keluarga. “ Seperti saudara, keluarga, dan teman juga,” tulis Alfiani.

3 dari 4 halaman

Bocoran Rekaman Percakapan Pilot Lion Air JT610 Sebelum Jatuh

Dream - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah mendapatkan rekaman percakapan antara pilot Lion Air JT610 dengan petugas AirNav, sebelum pesawat itu jatuh ke perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.

Salah satu isi percakapan adalah permintaan pilot Bhavye Suneja yang meminta izin untuk return to base atau kembali mendarat ke Bandara Soekarno-Hatta. Namun, detail percakapan itu belum bisa disampaikan ke publik.

“ Saat ini belum bisa kami sampaikan karena kami harus cocokkan apa yang terjadi di lapangan dengan apa yang terjadi di rekaman,” Wakil Ketua KNKT, Haryo Satmiko, dikutip dari Liputan6.com, Rabu 31 Oktober 2018.

Haryo tak menyebut apa saja yang ditemukan dalam rekaman percakapan tersebut. Sebab, masih melakukan verifikasi. KNKT, kata dia, juga masih menunggu analisis black box atau kotak hitam yang merekam data penerbangan Lion Air JT610. Rekaman suara dan data black box harus dicocokkan.

Sementara, penyelidik KNKT, Ony Suryo Wibowo, mengatakan bahwa dalam percakapan tersebut, tidak ada alasan pilot Lion Air meminta kembali mendarat ke Soekarno-Hatta. Dia pun tak menjelaskan dengan detail percakapan sesaat sebelum JT610 hilang kontak.

“ Jadi untuk detail kami belum bisa menyampaikan ke masyarakat, kami akan mencocokkan data dengan yang lain,” kata Ony.(Sah)

4 dari 4 halaman

Mengapa Ingin Balik?

Menurut dia, pilot tidak menyebutkan alasan ingin kembali ke Bandara Soekarno-Hatta karena kemungkinan sulit mengendalikan pesawat sambil menelepon. “ Apalagi di kokpit banyak instrumen yang ribet,” kata dia.

Jadi, tambah Ony, biasanya pilot akan menggunakan bahasa yang singkat padat dan jelas. Yang penting, bahasa yang digunakan pilot dipahami oleh petugas air traffic control (ATC).

“ Detailnya pasti enggak akan cerita. Data sudah punya, ada di server, dan dikunci KNKT,” pungkas Ony.

Pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan Tanjung Karawang pada Senin 29 Oktober 2018. Pesawat berisi 189 orang itu terbang dari Bandara Soekarno Hatta ke Tanjungpinang.

Pesawat hilang kontak pada pukul 06.33 WIB. Dirut AirNav Indonesia, Novie Riyanto, membenarkan bahwa pilot meminta kembali (RTB) sebelum hilang kontak.

Beri Komentar