5 Asumsi yang Bikin Orang Sedunia Keliru Nilai Kim Jong-un

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 11 Oktober 2017 17:02
5 Asumsi yang Bikin Orang Sedunia Keliru Nilai Kim Jong-un
Selama ini, Korut khususnya Kim Jong-un hanya dianggap sebagai pemimpin negara yang kejam secara oleh dunia luar. Bisa jadi itu semua.....

Dream - Kondisi perpolitikan di kawasan Asia timur laut semakin memanas. Konflik pun bisa terjadi kapan saja.

Masyarakat dunia pun mendapatkan citra Korea Utara sebagai negara penuh ancaman. Bahkan, banyak yang mengira Kim Jong Un sebagai pemimpin bengis dan kejam.

Semua informasi yang beredar mengenai Korut ternyata hanya bersifat sepihak, menggunakan sudut pandang pihak luar. Padahal, bisa saja informasi tersebut malah menimbulkan kesalahpahaman.

Pengajar Hubungan Internasional pada Departemen Ilmu Politik dan Filsafat Universitas La Trobe, Benjamin Habib, mencatatkan sedikitnya ada lima asumsi yang selama ini menimbulkan kesalahpahaman tentang Korut. Ulasan tersebut tertuang dalam laman weforum.org berkolaborasi dengan The Conversation.

1. Hipotesis 'Kim yang gila'

Habib menyitir kisah dalam film komedi boneka Team America pada 2004. Dalam film tersebut, pemimpin Korut Kim Jong Il digambarkan sebagai representasi rezim yang dianggap irrasional, gila, dan kejam.

Ilustrasi dalam film ini sepenuhnya memiliki fondasi yang lemah untuk menggambarkan kebijakan Korut.

Para pendukung pandangan ini, kata Habib, selalu menggunakan catatan hak asasi manusia untuk menyudurkan rezim Kim, juga kontrol sosial Orwelian ditempatkan sebagai cara untuk mempertahankan kekuasaan Kim.

" Kita tidak harus menyukai logika ini atau sepakat dengan strategi utilitas untuk melihat adanya strategi rasional para kekuasaan. Kita perlu mendudukkan Kim dan rezimnya dalam konteks sistem politik, ekonomi, budaya, dan ekologi Korut yang kompleks," ujar Habib.

Habib menganggap bisa jadi rekor pelanggaran HAM merupakan bentuk upaya Kim mengkonsolidasikan kekuasaannya.

2. Hipotesis 'Kim yang irrasional'

Tampaknya, kita tidak bisa menyamakan antara catatan pelanggaran hak asasi manusia Korut dengan bentuk irrasionalitas. Habib juga menekankan perlunya memahami kebijakan luar negeri Korut.

" Korut melihat kekuatan militer sebagai satu-satunya jalan untuk menjamin keamanan dalam negeri," tulis Habib.

Korut memandang militer merupakan satu-satunya jaminan keamanan di tengah hubungan yang tidak bersahabat dengan negara-negara lain. Senjata nuklir dan rudal balistik hanyalah ekspresi praktis menanggapi pandangan dunia.

" Ketika kita menganalisis Korut dari sudut pandangan mereka sendiri, kita bisa mengenali logika tindakan mereka. Bukan berarti kita sepakat dengan logika tersebut, namun ini akan memberikan kita informasi fondasi yang tepat untuk merespos tindakan tersebut," tulis Habib.

3. Pernyataan bombastis tentang Kejatuhan Korut

Banyak negara-negara di dunia, terutama Amerika Serikat, China, dan Jepang merasa terancam dengan Korea Utara. Negara-negara ini pun menganggap Korut sebagai musuh yang harus dijatuhkan.

Padahal, jika dilihat secara lebih dalam, posisi Korut begitu lemah. Korut adalah negara kecil dengan kondisi ekonomi lemah diapit oleh negara-negara kaya dengan militer yang kuat.

Propaganda Korut merupakan hal wajar sebagai bentuk gertakan agar negara lain tidak melancarkan serangan. Tetapi, jika dibandingan dengan kemampuan negara lainnya, hal itu tidak sepadan.

4. Kemampuan dan niat bukan hal yang sama

Korut tengah mengembangkan proyek senjata nuklir. Tetapi, hal itu bukan berarti mencerminkan niat Korut menggunakan senjata tersebut.

Peningkatan kemampuan militer, kata Habib, tidak selamanya sebanding dengan niat untuk melakukan serangan. " Kita butuh lebih banyak informasi mengenai kemampuan militer Korut untuk menganalisis risiko secara menyeluruh," tulis Habib.

Uji coba nuklir bisa dipandang sebagai upaya pertahanan. Sayangnya, media menyalahartikan niat tersebut dengan menunjukkan jangkauan senjata milik Korut, seolah negara itu memang berniat melancarkan serangan.

5. Gagal melihat kondisi di luar Kim

Media Korut terlalu banyak menyebarkan propaganda negara tersebut ke seluruh dunia. Tetapi, di sisi lain media Korut tidak menyoroti kenyataan yang sebenarnya terjadi, yang jauh lebih kompleks.

Pelanggaran hak asasi manusia yang dijalankan rezim Kim memang terdokumentasi dengan baik. Tetapi, tidak semua warga Korut kelaparan atau tinggal di kamp pengungsian.

Standar hidup masyarakat Pyongyang memang paling tinggi untuk ukuran Korut. Hal itu ternyata merupakan bentuk insentif dari Pemerintah bagi warganya yang patuh dan bekerja dengan baik.

Beri Komentar