Dream - Otoritas Arab Saudi terus menjalankan proses identifikasi jenazah jemaah haji korban tragedi Mina. Identifikasi dijalankan di Majma’ ath-Thawary bil Mu’aishim yang merupakan lokasi pemulasaran jenazah.
Anggota Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Fadil menjelaskan, bagaimana proses pengidentifikasian itu dijalankan. Sebelum diperiksa, seluruh jenazah ditempatkan dalam kontainer berpendingin udara.
" Sistemnya kontainer masuk, jenazah turun, identifikasi ada barang apa, lalu masukkan ke file, setelah itu kontainer kelar dan masuk lagi kontainer selanjutnya," ujar Fadil melalui keterangan tertulis diterima Dream, Senin, 28 September 2015.
Selama proses identifikasi, kata Fadil, begitu diturunkan dari kontainer, jenazah akan difoto dan diberi nomor. Barang-barang yang terdapat pada jenazah diambil dan dimasukkan ke dalam satu file tersendiri yang diberi nomor sesuai nomor jenazah.
Foto tersebut kemudian dirilis sebagai bahan petugas haji untuk mencocokkan data. Jika ada kemiripan antara foto dengan data petugas, pemeriksaan dilanjutkan dengan mencocokkan file yang disimpan di gedung lain.
" Kalau dari segi fisiknya terlihat di foto ada kemiripan dengan Indonesia, kita cek ke filenya. Meski pernah sekali setelah dicek ternyata bukan orang Indonesia," kata Fadil.
Fadil mengaku proses pencocokan ini membutuhkan waktu lama. Ini lantaran harus menunggu foto hasil identifikasi jenazah yang dilakukan oleh otoritas Arab Saudi.
" Ada juga yang fotonya sudah dirilis dan kita sudah temukan, file tersebut belum muncul. Kita tunggu setengah jam, file itu baru muncul di ruang selanjutnya," kata dia.
Secara umum, terang Fadil, identitas jemaah bisa dikenali dari gelang. Sehingga, dia mengaku tim PPIH harus bekerja lebih keras jika tidak ditemukan gelang identitas pada jenazah.
Fadil mengisahkan pengalamannya menemukan jenazah WNI hanya berbekal ponsel. Di tubuh jenazah tersebut sama sekali tidak ditemukan benda-benda yang dapat digunakan untuk identifikasi.
" Setelah dicek ke file, ternyata tidak meninggalkan apa-apa, hanya sebuah handphone. Kita ambil simcardnya, kita cek ke siapa dia menelepon terakhir dan sms. Dari situ diketahui kalau ternyata dia adalah WNI over stayer asal Malang yang sudah 15 tahun di sini dan akhirnya kita dapat," kata dia. (Ism)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN