Ilustrasi (www.nasa.gov)
Dream - Satelit Swift milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) kembali mendeteksi ledakan super dahsyat di luar tata surya. Ledakan itu terjadi di sekitar red dwarf star atau bintang katai merah.
NASA menyebut ledakan itu sebagai Mega Flare. Sebab, ledakan itu menjadi yang terkuat, terpanas, dan selesai dalam waktu paling lama, daripada sejumlah solar flare atau ledakan matahari yang tercatat.
Menurut laman nasa.gov, Selasa 30 September 2014, ledakan yang tertangkap satelit Swift pada 23 April silam itu terjadi pada salah satu bintang pada sistem biner atau kembar. Bintang yang meledak itu adalah salah satu dari bintang kembar, yang disebut DG Canum Venaticorum atau disingkat DG CVn.
Ukuran DG CVn hanya sepertiga dari matahari yang dikitari Bumi. Jaraknya 60 tahun cahaya atau 567 triliun kilometer dari Bumi. Bintang kembar ini saling mengorbit satu dengan yang lainnya, dengan jarak tiga kali jarak Bumi dengan matahari. Meski jaraknya sangat jauh, satelit Swift bisa mengidentifikasi bahwa yang meledak itu adalah DG CVn.
NASA menyebut kekuatan ledakan tersebut 10 ribu kali lebih besar dari solar flare, atau ledakan matahari, terkuat yang pernah tercatat selama ini. Saat mencapai puncak ledakan, suhu lidah api yang terjadi karena ledakan itu mencapai 200 juta derajat Celcius atau 12 kali lebih panas dari pusat matahari.
" Kami dulu berpikir episode ledakan dari red dwarf berakhir tidak sampai satu hari, tapi Swift mendeteksi setidaknya ada tujuh ledakan kuatdalam masa lebih dari dua minggu. Ini kejadian yang kompleks," kata Astrofisikawan NASA, Stephen Drake.
Menurut Darke, ledakan terbesar matahari yang pernah tercatat terjadi pada November 2003 dengan tingkat 45. " Ledakan di DG CVn, jika dilihat dari planet yang jaraknya sama dengan jarak Bumi ke matahari, kekuatannya sekitar 10.000 kali lebih besar dari ini, dengan rating sekitar X 100.000," tambah Darke.
Bintang-bintang yang terletak pada sistem biner ini memang kurang mendapat perhatian dari para astronom untuk dipelajari. Sebagian besar bintang berada dalam radius 100 tahun cahaya dari tata surya. Jumlahnya seribu lebih.
" Sistem ini kurang kita pelajari, sebab ini tidak ada dalam daftar pengamatan bintang yang mampu menghasilkan lidah api besar," tutur Rachel Osten, astronom dari Space Telescope Science Institute di Baltimore.
DG CVn diperkirakan berusia 30 juta tahun atau sekitar 0,7 persen usia bintang pada tata surya. Bintang-bintang muda ini memberikan kesempatan bagi para astronom untuk meneliti aktivitas energi yang tingi. (Ism)
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya