KPAI Desak Sinetron Tak Mendidik Dihentikan

Reporter : Maulana Kautsar
Jumat, 5 Februari 2016 11:45
KPAI Desak Sinetron Tak Mendidik Dihentikan
Banyak sinetron yang sebetulnya sudah berhenti tayang. Namun muncul dengan nama baru tapi konten lama.

Dream - Tayangan sinetron Indonesia banyak menuai kritikan. Ini lantaran kebanyakan sinetron menampilkan adegan kekerasan yang berbahaya bagi tumbuh kembang anak.

Melihat persoalan ini, komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Ulfah Anshor mendesak pengelola stasiun televisi menghentikan tayangan sinetron dengan muatan kekerasan dan tidak mendidik.

" Banyak tayangan sinetron dengan tindakan kekerasan yang berdampak maka anak akan mengikutinya," ujar Maria di Jakarta, seperti dikutip Dream, Jumat, 5 Februari 2016.

Maria mengatakan pada fase tumbuh kembang, anak memiliki kecenderungan meniru apa yang dilihat, didengar, dirasakan. Sayangnya, banyak dari stasiun televisi seolah tidak peka melihat kebutuhan itu dengan menayangkan sinetron tidak mendidik.

Meski begitu, kesadaran mengenai tayangan yang bermutu itu mulai tumbuh. Ini terlihat dengan banyaknya aduan ke KPAI terkait dengan tayangan yang tidak mendidik tersebut untuk dicabut izinnya.

Tetapi ketika tayangan itu ditindaklanjuti, tayangan tersebut tidak berhenti melainkan hanya berganti nama dengan isi konten yang sama.

" Itulah masalah kita, tayangan hanya berhenti sesaat. Setelah itu kembali tayang dengan nama yang berbeda, namun isi yang sama," ujar dia.

Menurut Maria, sebaiknya pengelola stasiun televisi menayangkan siaran yang lebih ramah anak. Siaran ramah anak ini dapat dimulai dari sudut pandang anak, menghargai ekspresi anak, dan menghargai partisipasi anak.

" Ke depan harus ada kanal khusus tentang ekspresi anak pada semua televisi," kata dia.

Senada dengan Maria, Direktur Remotivi Mohammad Heychael menyatakan stasiun televisi yang tidak memperhatikan porsi tayangan yang dibutuhkan anak. Menurut pimpinan LSM pemantau media itu, konten dalam media televisi kerap melihat anak hanya sebagai konsumen.

" Yang dilihat media hanya ranah ekonomi. Dia (televisi) tidak akan memperhatikan kalangan anak karena hanya melihat daya beli," kata dia.

Menurut Heychael, ada dua hal yang harus diperhatikan media yakni dari segi porsi dan sehatnya sebuah tayangan. Dengan begitu, tayangan televisi dapat memberikan edukasi yang baik untuk anak.

Berdasarkan data statistik pada kasus perlindungan anak yang disurvei oleh KPAI selama 2011-2014, kekerasan anak meningkat akibat tontonan televisi. Banyak tindakan kekerasan juga pornografi yang sedikit banyak ditiru oleh anak.

Beri Komentar