Ilustrasi Ruang Isolasi Pasien Covid-19
Dream - Virus corona memang telah menginfeksi 190 juta orang di dunia, 4 juta di antaranya harus kehilangan nyawa. Covid-19 menjadi salah satu pandemi terburuk yang pernah ada di muka Bumi.
Tidak hanya mengganggu kesehatan dan merenggut nyawa, pandemi Covid-19 telaah mengobrak-abrik perekonomian dunia. Banyak perusahaan bangkrut, banyak pula orang yang kehilangan pekerjaan.
Meski demikian, masih ada orang yang tidak percaya bahwa pandemi Covid-19 itu nyata. Mereka yakin Covid-19 hanya tipuan pemerintah belaka. Padahal dengan sikap seperti ini, bisa membahayakan diri, keluarga, dan orang lain.
Dilansir World of Buzz, Senin 19 Juli 2021, seorang dokter di Lombok Tengah, dr Yuda Permana, menawarkan 'tur' tak biasa bagi para penyangkal pandemi.
Kepala Gugus Tugas Covid-19 Lombok Tengah itu merasa muak dengan banyaknya orang yang tak percaya dengan Covid-19. Sehingga dirinya menawarkan paket tur wisata gratis ke rumah sakit yang merawat pasien Covid-19, dengan tujuan para 'wisatawan' itu bisa melihat langsung kengerian akibat Covid-19.
" Kalau ada dari masyarakat yang masih belum percaya dengan Covid-19, datanglah. Saya akan membawa kalian untuk tur keliling rumah sakit dan melihat semua pasien yang terisolasi disana," tutur Yuda pada diskusi publik, Sabtu 17 Juli 2021.
Dia mengatakan, para wisatawan akan diperlihatkan berbagai kondisi yang dialami para pasien Covid-19 dari gejala ringan hingga parah, serta yang mengancam nyawa.
Untuk alat pelindung diri (APD), semua diserahkan kepada 'wisatawan', akan memakainya atau tidak selama tur tersebut.
" Saya akan membawa 'wisatawan' ini dengan tur rumah sakit. Pada hari pertama, kita akan menunjukkan kondisi rumah sakit yang memprihatinkan. Pada hari kedua atau ketiga, kita bisa menjenguk pasien yang memiliki gejala ringan ataupun berat, atau mereka yang membutuhkan ventilator untuk bernafas. Kita juga mungkin bisa melihat seorang pasien yang berada di ambang kematian," tambah dr Yuda.
Yuda berharap, dengan adanya inovasi tak biasa ini, dapat mengedukasi masyarakat untuk lebih pwaspada akan bahaya virus Corona dan tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Hal ini berguna untuk menjaga diri agar tidak terinfeksi.
Sumber: World of Buzz
Dream - Kasus Covid-19 yang melonjak di Indonesia tidak hanya memicu kecemasan bagi warga di Tanah Air. Kalangan akademi dari Australia juga menyampaikan keprihatinannya dengan keadaan tersebut.
Profesor Jemma Purdey dari Australia-INdonesia Center, Monash Univerity bahkan membuat petisi untuk memberikan dukungan penanganan pandemik Covid-19 di Indonesia.
Petisi tersebut ditujukan kepada Department of Foreign Affair and Trade, Indonesian Ambassador to Australia, Australia Ambassador to Indonesia, Prime Minister of Australia.
" Sebagai anggota akademi Australia yang memiliki koneksi mendalam dan pengetahuan tentang Indonesia, kami ingin mengungkapkan keprihatinan kami yang semakin meningkat dan mendalam tentang krisis pandemi yang saat ini terjadi di seluruh Indonesia," tulis Purdey dikutip dari laman Change.org, Sabtu, 17 Juli 2021.
Purdey mengungkapkan kasus Covid-19 di INdonesia telah mencapai titik tertinggi baru di atas 50 ribu dalam beberapa hari terakhir. Purdey yang mengutip penjelasan ahli epidemologi, termasuk Dr Dicky Budiman dari Griffith University, mengatakan tingkat tertinggi ini takkan tercapai dalam beberapa pekan ke depan.
" Dengan sistem perawatan kesehatan Indonesia yang sudah mencapai titik puncaknya di Jawa dan Bali yang padat penduduknya, daerah lain juga sekarang mengalami kesulitan karena varian Delta dari virus tersebut. Orang-orang sekarat di rumah dalam jumlah yang meningkat, tidak dapat memperoleh bantuan medis."
Melihat kondisi tersebut, Purdey menawarkan bantuan untuk bekerja sama dalam penelitian dan membuat kebijakan yang bisa membantu Indonesia. Dia juga berjanji akan memberikan masukan dan rekomendasi berbasiskan penelitian dari bukti dan penyelidikan ilmiah.
Menurut Purdey, kebutuhan yang paling mendesak bagi Indonesia saat ini adalah meningkatkan kemampuan layanan kesehatan. Upaya penelusuran dan pengetesan juga harus ditingkatkan di level lokal yang saat ini sudah tak bisa lagi ditanggung Puskesmas.
" Petugas kesehatan, dokter dan perawat, berada pada titik puncak dan di bawah jumlah yang dibutuhkan, banyak dari mereka sendiri jatuh sakit dan sekarat setiap hari."
Selain itu Purdey juga berjanji akan mendesak pemerintah Australia untuk meningkatkan bantuannya karena krisis kemanusiaan dan kesehatan yang terjadi di Indonesia.
Petisi tersebut didukung oleh sejumlah akademisi dari universitas Australia lainnya seperti Sydney University, Murdoch Univerity, serta Univerisity of Melbourne.
Hingga Sabtu, 17 Juli 2021 pukul 19.05 WIB, petisi yang diunggah di laman Change.org ini sudah mendapatkan dukungan 297 orang, atau lebih dari separuh dari yang dibutuhkan sebanyak 500 orang.(Sah)
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati