Masjid Baiturahim Istana Merdeka (setneg.go.id)
Dream - Sholat Zuhur berjemaah telah usai dilaksanakan. Sebagian jemaah meninggalkan masjid, namun sebagian lain memilih tinggal bareng beberapa lama.
Mereka duduk dalam posisi membentuk lingkaran sembari membuka mushaf Alquran di tangan masing-masing. Secara bergantian, seorang demi seorang membaca beberapa ayat, sementara lainnya menyimak dan membenarkan jika ada kesalahan baca.
Begitulah aktivitas yang kerap terjadi di Masjid Baiturahim. Tempat ibadah ini menjadi penyejuk di tengah sibuknya para pegawai lingkungan Istana Negara melaksanakan tugas. Di masjid ini pula, para pegawai itu sejenak melepas lelah sembari bermunajat kepada Allah SWT.

Dapat dikatakan, Masjid Baiturahim merupakan saksi sejarah. Salah satu pengurus masjid, Sudarjat, mengisahkan sejarah awal pendirian Masjid Baiturahim di lingkungan Istana Negara.
Masjid ini didirikan oleh Presiden Soekarno di atas lahan yang dulunya adalah lapangan tenis. Awalnya, Presiden Soekarno menginginkan bangunan masjid berdiri sejajar dengan Istana.
Sudarjat menjelaskan, seperti dikutip dari setneg.go.id, letak masjid tidak searah dengan kiblat untuk memenuhi keinginan Presiden Soekarno. Sebelum dibangun antara tahun 1959 hingga 1961, Presiden Soekarno sempat meminta pertimbangan kepada ulama, seperti ayah dari Habib Abdurrahkam Al Habsyi Kwitang dan KH Sidiq Fauzi dari Kuningan.

Hasilnya, para ulama membolehkan masjid dibangun sejajar dengan posisi Istana Negara yang sudah lebih dulu berdiri. Tetapi, arah jemaah saat sholat harus dihadapkan tepat ke kiblat, sehingga sedikit menyerong ke kanan.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, tepatnya pada 1978, Masjid Baiturahim diramaikan dengan pelbagai aktivitas keagaman. Hal ini sesuai dengan petunjuk Presiden Soeharto yang disampaikan oleh Mensesneg Alamsyah Ratu Prawiranegara.

Pelbagai ibadah wajib baik sholat lima waktu maupun Sholat Jumat digelar di masjid ini. Bahkan, masjid itu dibuka untuk umum saat Ramadan. Banyak masyarakat umum yang melaksanakan sholat Tarawih di masjid Istana itu, meski harus dalam pengamanan yang ketat.
Pada 1997, masjid ini mengalami perluasan agar memiliki daya tampung memadai di bawah pengelolaan Kepala Rumah Tangga Kepresidenan Maftuh Basyuni. Ini mengingat jumlah jemaah yang sholat di masjid tersebut semakin banyak.
Hingga saat ini, Masjid Baiturahim kerap dimanfaatkan oleh staf kepresidenan, bahkan tamu negara. Meski demikian, masjid ini tetap terbuka untuk umum. Masyarakat dapat memanfaatkan masjid ini untuk ibadah setiap hari, khususnya Sholat Jumat.
Bahkan, masjid ini telah dilengkapi fasilitas yang sangat memadai agar jemaah dapat khusyuk menjalankan ibadah.
Advertisement
Komunitas InterNations Jakarta, Tempat Kumpul Para Bule di Ibu Kota

Lihat Mewahnya 8 Perhiasan Bersejarah Kerajaan Prancis yang Dicuri dari Museum Louvre

Hobi Membaca? Ini 4 Komunitas Literasi yang Bisa Kamu Ikuti

Baru Dirilis ChatGPT Atlas, Browser dengan AI yang `Satset` Banget

Bikin Syok, Makan Bakso Saat Dibelah Ternyata Ada Uang Rp1000
