Misteri Besar di Balik Bangunan Candi Borobudur Terkuak?

Reporter : Sandy Mahaputra
Senin, 16 Mei 2016 07:15
Misteri Besar di Balik Bangunan Candi Borobudur Terkuak?
Temuan baru ini sangat mengejutkan! Ternyata kesan rumit Candi Borobudur berangkat dari konsep sederhana.

Dream - Temuan baru tentang sebuah peradaban memang selalu menarik diperbincangkan. Begitupula dengan temuan ilmiah tentang jejak peradaban kuno yang sangat dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Ya, Candi Borobudur.

Candi yang begitu berat itu berdiri kokoh tanpa ada satu paku pun juga tertancap di tubuhnya.

Pertanyaan pun selama ini mengemuka; bagaimana membangun Borobudur tanpa menancapkan ratusan paku, untuk mengokohkan pondasinya dan bagaimana batu-batu berat yang membentuk Borobudur itu diangkat ke lokasi pembangunan di atas bukit?

Peneliti Indonesia dari Bandung Fe Institut, mencoba menjawabnya. Menurut mereka, Borobudur dibangun dengan geometri fraktal.

Pendirian megastruktur kuno tersebut adalah dengan menyusun batuan menggunakan pola pengulangan tertentu.

Ternyata kesan rumit Candi Borobudur berangkat dari konsep sederhana. Tanpa hitungan rumit membangun konstruksi seperti zaman sekarang dan diduga tanpa gambar sketsa.

Pembangunnya membuat candi seperti pembatik melukis kain. Dengan pola bentuk berulang untuk mengisi ruang. Namun... Selengkapnya klik di sini. (Ism) 

1 dari 3 halaman

Rahasia Terbaru Candi Borobudur Terkuak!

Rahasia Terbaru Candi Borobudur Terkuak! © Dream

Dream - Ternyata di kawasan Candi Borobudur terdapat danau purba yang memiliki lebar sekitar 8 kilometer. Dan itu sekitar 10 ribu tahun yang lalu atau Kala Plistosen Akhir.

Danau itu hilang akibat proses alamiah dan non-alamiah karena mengalami proses pendangkalan. Dapat diamati dari material penutup endapan danau yang merupakan hasil dari aktivitas vulkanik, tektonik, gerakan masa tanah dan batuan, serta aktivitas manusia.

Bahkan jejak lingkungan danau juga dapat ditelusuri dari relief candi dan troponin yang menunjukkan adanya lingkungan danau.

Dosen Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta, Helmy Murwanto memaparkan keberadaan danau purba di sekitar candi Borobudur dapat dikenali melalui singkapan endapan danau berupa lempung hitam yang tersingkap.

Endapan danau yang tersingkap ini diakibatkan oleh proses geomorfologi. Sebaran endapan lempung hitam cukup luas itu ditemui di lembah sungai pacet yang berada di kaki Bukit Tidar, Mertoyudan yang diperkirakan sebagai bagian utara danau, hingga mencapai lembah sungai Sileng kaki pegunungan Menoreh sisi selatan danau.

" Kedua singkapan itu mempunyai jarak sekitar 8 kilometer," kata Helmy dalam ujian promosi doktor di Fakultas Geografi UGM dikutip Dream dari laman UGM.ac.id, Kamis 9 April 2015.

Dari hasil penelitian disertasinya, Helmy mengungkapkan material penutup endapan danau berasal dari material vulkanik dan sedimen dari pegunungan Menoreh.

Didukung hasil interprestasi citra satelit menunjukkan bahwa beberapa tempat merupakan lembah yang menyerupai alur sungai. Lembah tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk lahan pertanian. Lembah ini terdapat di sekitar desa Bumisegoro, Pasuruhan, Saitan dan Deyangan.

Adapun perubahan bentuk lahan danau menjadi dataran lakustrin disebabkan oleh aktivitas vulkanik, tektonik, longsoran lahar dan aktivitas manusia.

Pendangkalan danau menjadi dataran lakustrin diakui Helmy tidak berlangsung dalam satu waktu tetapi berkali-kali. Tidak hanya itu, perubahan pola aliran sungai yang mengalir ke danau purba Borobudur terbentuk akibat proses pendangkalan dan pengeringan danau.

Keberadaan jalan lurus penghubung antara Candi Mendut, Pawon dan Borobudur dimungkinkan keberadaannya setelah danau mengalami pengeringan secara sebagian.

" Aktivitas manusia di sekitar candi Borobudur dipengaruhi oleh keberadaan danau. Hal ini terefleksikan dalam relief Candi Borobudur dan troponin di sekitar candi Borobudur,” ujarnya.

Dari hasil pemetaan spasiotemporal, danau ini dibagi menjadi tiga periode yakni Kala Plistosen Akhir, Kala Holosen dan Kala Resen. Pembagian waktu ini didasarkan pada hasil uji umur batuan.

Pada masing-masing Kala tersebut mempunyai luasan danau yang sangat berbeda-beda. Kala Plistosen Akhir atau di atas 10 ribu tahun yang lalu.

" Danau ini sangat luas dan saat itu masih belum terdapat peradaban dan bahkan Candi Borobudur saja belum dibangun," katanya. (Ism) 

2 dari 3 halaman

Bukit Ajaib

Bukit Ajaib © Dream

Dream - Terdapat ratusan fenomena aneh bernama Bukit Ajaib yang kini lebih dikenal sebagai Bukit Magnet atau Bukit Anti-Gravitasi.

Disebutkan sebuah mobil yang tidak direm akan terlihat berjalan ke atas atau sebuah jalan menurun, terlihat seolah-olah sebagai jalan yang menanjak. Para ahli akhirnya menemukan bahwa itu hanyalah ilusi optik yang membuat kesan pada mata manusia.

Para ahli menyimpulkan bahwa efek tersebut terjadi dari salah persepsi seseorang terhadap gravitasi. Ini disebabkan oleh adanya 'garis horizon palsu' di lokasi itu. Selain efek jalan menurun terlihat menanjak, pohon yang tegak lurus akan tampak miring. (Ism)

3 dari 3 halaman

Kain Kafan Turin

Kain Kafan Turin © Dream

Dream - Kain Kafan dari Turin adalah selembar kain yang selama bertahun-tahun, diyakini telah digunakan untuk membungkus Yesus setelah kematiannya.

Karena mitos itulah, kain tersebut menjadi artefak penelitian para ahli sejarah selama bertahun-tahun.

Namun baru-baru ini, dengan bantuan uji karbon dan berbagai penelitian lainnya, para ahli sejarah telah menyimpulkan bahwa, kain itu jauh lebih baru daripada yang diduga, yakni dari tahun 1260 Masehi. Sementara asal-usul gambar pria yang tercetak pada kain masih sedang dipelajari. (Ism) 

Beri Komentar