(Foto: Indonesia`s Historical Earthquakes: Modelled Examples For Improving The National Hazard Map)
Dream - Gempa Banten berkekuatan 6,1 SR kemarin merambat hingga ke Jakarta. Gempa diketahui berpusat di selatan Kota Muarabinuangeun, Kabupaten Cilangkahan, dengan kedalaman 61 kilometer di dalam laut.
Guncangan yang dirasakan warga Jakarta tentu membuat kepanikan karyawan di gedung-gedung tinggi. Tangga darurat penuh sesak para karyawan yang ingin menyematkan diri.
Bagi perkantoran tapak, ratusan karyawan keluar ruangan. Gempa itu tak berdampak signifikan pada kerusakan pada gedung-gedung pencakar langit.
Tetapi, ancaman gempa semacam itu tak dapat dinafikan. Sebab dari sejarahnya, Batavia pernah menjadi `sasaran` gempa. Tepatnya lebih 3 abad lalu.
Pada penelitian Ngoc Nguyen, Jonathan Griffin, Athanasius Cipta dan Phil R. Cummins berjudul Indonesia's Historical Earthquakes, pada 5 Januari 1699, Batavia mengalami " gempa hebat dan kuat... dengan getaran sangat parah dan terjadi selama 45 menit."
Dalam jurnal itu disebutkan 21 rumah, 29 lumbung padi, dan 28 jiwa hilang akibat gempa tersebut. Pusat gempa diduga terjadi di antara Cisalak dan Lampung atau segmen sunda megathrust.
Pusat gempa yang `hanya` sekitar 150 sampai 200 kilometer ini yang bisa dirasakan Jakarta begitu kuat. Banyak bangunan yang bakal runtuh bila gempa besar terjadi pada masa ini.
Catatan lainnya, gempa bumi yang pernah dirasakan di Jakarta yaitu pada 22 Januari 1780. Dilaporkan suara `ledakan besar` terdengar dari Gunung Salak, 2 menit usai gempa. Gunung Salak juga dikabarkan mengeluarkan asap.
Intensitas gempa terasa di Jakarta dan Bogor (dulu bernama Buitenzorg). Peristiwa ini terjadi karena patahan Baribi yang berlokasi di bagian utara Pulau Jawa, membentang dari Purwakarta hingga bukit Baribis, Majalengka.
Gempa ketiga yang dirasakan yaitu terjadi pada 10 Oktober 1834. Serangkaian guncangan kecil terjadi pada malam hari, diakhiri guncangan hebat di pagi yang dirasakan di Batavia, Bantam (Banten), Krawang (Karawang), Buitenzorg, dan Karesidenan Preanger (Priangan).
Diperkirakan gempa tahun 1834 itu berkekuatan mencapai Modified Mercalli Intensity (MMI) VIII di Bogor dan Jakarta.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) MMI VIII didefinisikan kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan dengan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.
Dua gempa yang terjadi pada 1780 dan 1834 mendapat sorotan khusus dari penelitian A. Koulali. Bersama peneliti dari Intitut Teknologi Bandung dan Badan Informasi Geospasial, Koulali menyebut, " Gempa 1780 dan 1834 memerlukan perhatian khusus karena kedekatannya dengan segmen yang pecah ke Jakarta, salah satu kota terbesar di dunia."
Khusus untuk Jakarta, dengan tiga pengamatan dan perkiraan getaran gempa yang mencapai MMI 8, Nguyen memiliki kesimpulan yang berbeda dengan temuan tim riset Indonesia.
Tim Indonesia menyebut dengan PSHA, input parameter yang berupa seismic hazard parameter, yang mencapai 95 persen.
Dengan perkiraan gempa pada 1699, Nguyen menyebut jika Jakarta digoyang gempa, kemungkinan korban meninggal dunia mencapai 100.000 orang.
Ancaman ini, kata Nguyen, ditujukan agar rencana manajemen bencana Indonesia dapat lebih ditingkatkan.
Berkaca pada gempa Selasa, 23 Januari 2017, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebut korban jiwa muncul bukan karena gempa.
" Tapi, karena (tertimpa) bangunannya. Bangunan yang tidak kuat lalu roboh dan menimpa penghuninya," ucap Sutopo, dalam keterangan tertulisnya.
Sutopo mengatakan gempa merupakan keniscayaan. Dalam setahun rata-rata kejadian gempa di Indonesia mencapai 6.000 kali gempa. Begitu juga gempa di selatan Jawa yang merupakan zona sepi gempa besar.
" Zona selatan Jawa khususnya dari segmen Pangandaran hingga Pacitan dan Banyuwangi adalah zona seismic gap. Lempeng Indo Australia dan Eurasia di selatan Jawa ini aktif bergerak rata-rata dengan kecepatan 6,6 centimeter per tahun," ucap dia.
Tak terjadinya gempa dalam ratusan tahun, juga perlu diwaspadai. Kata Sutopo, kondisi tersebut menyimpan potensi besar bangkitnya tsunami. Tapi, kapan waktunya tak dapat diprediksi.
" Untuk itu perlu meningkatkan kewaspadaan. Persiapan dan mitigasi menghadapi gempa harus ditingkatkan. Tata ruang, building code, kesiapsiagaan, dan lainnya harus ditingkatkan agar kita tidak selalu siap menghadapi kondisi yang terburuk," ujar dia.
" Oleh karena itu jika menerima informasi akan terjadi gempa bahkan dengan spesifik mengatakan besar, waktu dan lokasi itu adalah hoax. Jadi jangan ikut-ikutan menyebarkan di medsos," kata dia.
Dream - Paska gempa di Lebak, Banten, siang tadi sekitar pukul 13.34 WIB, publik lini sosial media dibuat resah dengan beredarnya kabar akan muncul gempa susulan tengah malam ini. Kabar tersebut menyebut akan ada gempa susulan berkekuatan 7,5 Skala Richter sekitar pukul 22.30-23.59 WIB di Provinsi Banten dan sekitarnya.
Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) seketika menyebut kabar itu bohong atau hoax. BMKG juga tidak pernah mengeluarkan edaran tentang gempa susulan tersebut.
" Berita itu TIDAK BENAR dan BMKG TIDAK PERNAH membuat berita tersebut," demikian pernyataan resmi BMKG yang diunggah di akun Twitter @infoBMKG, diakses Selasa, 23 Januari 2018.
Secara tegas BMKG menyatakan berita itu hanya isu yang membohongi masyarakat. " Isu itu tidak memiliki dasar ilmiah yang jelas," tegas BMKG yang ditandatangani Kepala Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, Teguh Rahayu.
Siaran Pers #BMKG mengenai berita #Hoax akan terjadi #gempa dengan kekuatan 7,5 SR antara pukul 22.30-23.59 di wilayah Prov. Banten dan sekitarnya. Mari menjadi masyarakat yang cerdas dalam menggunakan media sosial. 😊 pic.twitter.com/UkX245yA4n
— BMKG (@infoBMKG)January 23, 2018
Dalam edaran bernomor UM.505/074/TNG/I/2018, BMKG menegaskan hingga saat ini gempabumi tektonik belum dapat diprediksi kapan, di mana terjadinya serta seberapa besar kekuatannya. Sementara terkait gempa susulan di Banten, kekuatannya mengalami penurunan.
" Dari sekian kali isu terkait gempa bumi, tidak ad satupun yang terbukti. Oleh karena itu, isu terkait gempabumi dan tsunami tidak perlu dihiraukan," demikian poin terakhir pernyataan BMKG.
(Sah)
Dream - Gempa bumi berkekuatan 6,1 SR mengguncang Kabupaten Cilangkahan, Banten. 115 rumah dilaporkan rusak parah.
Data sementara Tim TRC Tagana Banten, 115 rumah yang rusak itu tersebar di sejumlah kawasan. Rinciannya, wilayah Bayah 2 rumah, Wanasalam 6 rumah, Panggarangan 92 rumah, Cilograng 9 rumah, Sobang 2 rumah, Cimarga 2 rumah, Sajira 1 rumah, dan Cihara 1 rumah.
Selain itu, 1 masjid di Bayah dan 1 Puskesmas di Lebak Gedong mengalami kerusakan.
Gempa berkekuatan 6,1 SR berpusat di selatan Kota Muarabinuangeun, Kabupaten Cilangkahan, dengan kedalaman 61 kilometer di dalam laut.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan gempa ini menimbulkan sejumlah korban. di Kabupaten Cianjur sebanyak 6 pelajar luka berat dan 2 pelajar luka ringan tertimba genteng yang runtuh di SMK Tanggeung, Kecamatan Tanggeung Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
" Juga terdapat 1 rumah rusak berat di Desa Tanggeung dan 1 rumah rusak berat di Desa Pagermaneuh," ucap Sutopo, Selasa, 23 Januari 2018.
Di Kabupaten Sukabumi, dilaporkan 9 rumah rusak ringan, 1 rumah rusak sedang, 1 masjid rusak berat, dan 2 fasilitas kesehatan rusak ringan.
Sementara itu Kabupaten Bogor terdapat beberapa rumah dan bangunan rusak seperti di Kecamatan Sukajaya, Kecamata Nanggung, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Caringin, dan Kecamatan Cijeruk. Sebanyak 7 rumah rusak berat dan 5 rumah rusak ringan.
" Data akan bertambah karena diperkirakan masih terdapat bangunan yang rusak," kata Sutopo.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Moch Riyadi mengatakan gempa bumi dengan kedalaman dangkal terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
" Hingga pukul 13.46 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock)," tulis Riyadi melalui keterangan tertulisnya.
Riyadi mengimbau agar masyarakat di wilayah Kabupaten Cilangkahan tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. (ism)
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik