Dream – Tak hanya soal kebocoran 50 juta data akun Facebook, sosok Mark Zuckerberg sebagai bos perusahaan sosial media terbesar di dunia juga mulai jadi sorotan. Salah satu orang terkaya di dunia ini dianggap melakukan blunder.
Dilansir dari The Street, Rabu 28 Maret 2018, sikap Zuckerberg yang tidak “ bersuara” ketika kasus penyalahgunaan data pengguna oleh Cambridge Analyst mencuat pertama kali dianggap sebagai langkah fatal.
Langkah Zuckerberg yang baru muncul tiga hari setelah isu pencurian data itu mencuat dinilai telah merugikan perusahaan. Terbukti saham Facebook terjun bebas sampai 8,5 persen.
Bagi banyak orang di Wall Street, absen seorang pimpinan perusahaan selama tiga hari pada puncak masa krisis dianggap sebagai kelemahan level tertinggi.
“ Dalam kasus seperti itu, Anda akan berharap CEO dari sebuah perusahaan bereaksi dengan sangat cepat untuk meredakan situasi sebaik mungkin, terutama karena harga saham Facebook sedang merosot,” kata profesor di University of Business Kent, Michael Koch.
Sikap Zuckerberg juga dinilai tidak konsisten. Pada November 2016, dia bersikap defensif atas kritik publik terhadap berita palsu. Dia berkata konten berita palsu di Facebook jumlahnya sangat kecil dan tidak berpengaruh terhadap Pemilu Amerika Serikat.
Lalu, pada Februari 2017, Zuckerberg mengakui bahwa Facebook sedang berjuang untuk mengawasi konten Facebook seiring Pemilu.
September 2017, bertepatan dengan Yom Kippur, Zuckerberg meminta maaf karena berita palsu yang disebarkan di Facebook justru memecah-belah banyak orang. “ Saya meminta maaf dan akan bekerja lebih baik,” kata dia.
Sayangnya, permintaan maafnya tidak bisa menyelematkan saham Facebook yang amblas 14 persen pada minggu kemarin.
“ Saya pikir itu merusak kepercayaan ketika pemimpin senior dari platform sosial terbesar di dunia telah diam,” kata ahli branding, Eric Schiffer.
“ Ini semua tentang kredibilitas dan kepercayaan sekarang. Ini adalah ujian terbesar yang mereka miliki sebagai perusahaan. Dia akan menjadi risiko baru dan terbesar Facebook,” kata Schiffer.
Dipanggil Kongres AS
Pada bagian lain, Zuckerberg setuju memberikan kesaksian di depan Kongres Amerika Serikat terkait kebocoran data massal yang sedang mereka hadapi.
Mengutip CNN Money, Anadolu Agency mewartakan sumber dalam itu mengatakan Zuckerberg akan memberikan testimoni itu " dalam beberapa pekan" sementara perusahaannya sedang mencari strategi terbaik untuk pernyataan itu.
Kesediaan Zuckerberg itu dapat menjadi contoh bagi eksekutif-eksekutif di Google dan Twitter agar ikut menjawab panggilan Kongres.
Ketua Komite Kehakiman Senat Chuck Grassley pada Senin, 26 Maret 2018 resmi mengundang Zuckerberg, CEO Google Sundar Pichai, dan CEO Twitter Jack Dorsey ke sidang pada 10 April perihal kebocoran data dan privasi pengguna.
Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) juga mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki Cambridge Analytica yang menggunakan informasi pribadi 50 juta pengguna Facebook tanpa persetujuan.
(Sah, Sumber: Liputan6.com, Agustinus Mario Damar)
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu