Ilustrasi (Foto: Uniqpost.com)
Dream - Telah lama diyakini bahwa logam mulia yang ada di planet ini, seperti emas dan platinum, terbentuk dari beberapa tumbukan dengan benda luar angkasa.
Tetapi penelitian baru menantang teori tersebut. Penelitian itu menunjukkan bahwa logam mulia terbentuk dari sebuah tumbukan besar tunggal dengan benda luar angkasa.
Tidak itu saja, temuan ini juga menunjukkan bahwa sejarah Bumi mungkin tidak seseram dari yang diperkirakan sebelumnya.
Para peneliti dari Tokyo Institute of Technology membuat simulasi komputer yang melacak evolusi planet pada 300 juta tahun pertamanya. Itu adalah evolusi terpanjang yang pernah dilacak oleh tim mana pun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebuah tumbukan besar tunggal telah membentuk logam mulia di Bumi. Jadi logam mulia bukan terbentuk karena serangkaian tumbukan meteorit kecil selama periode waktu yang lama, seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Sebelumnya ada sebuah teori yang disebut late veneer. Dalam teori ini meteorit menghujani Bumi, dan dalam prosesnya mengendapkan logam mulia di dekat permukaannya.
Matthias Willbold, seorang ahli geologi di Imperial College London, menjelaskan tentang teori late veneer tersebut. Menurut Willbold, setelah inti Bumi terbentuk, akan terjadi hujan meteorit yang melanda planet itu.
" Meteorit-meteorit ini mengandung sejumlah emas dan mengisi permukaan dan kerak Bumi dengan logam mulia tersebut," kata Willbold.
Namun simulasi komputer yang diperlihatkan para peneliti di Tokyo menantang teori late veneer tersebut.
Dari hasil simulasi komputer, para peneliti menunjukkan bahwa tumbukan besar tunggal telah membawa semua logam mulia ke Bumi sekaligus.
Para peneliti percaya bahwa ini terjadi sebelum kerak Bumi terbentuk atau sekitar 4,45 miliar tahun yang lalu.
Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa puing-puing dan material yang mengambang di bagian dalam tata surya jumlahnya jauh lebih sedikit dari yang diperkirakan ilmuwan selama ini.
Hal ini menunjukkan bahwa Bumi awal mungkin menjadi tempat yang lebih ramah daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Para peneliti berharap bahwa temuan mereka akan dimasukkan ke dalam simulasi sistem tata surya awal di masa depan.
(Sumber: dailymail.co.uk)
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati