Dream - Selain pilu, insiden terbakarnya Pesantren Tahfiz Quran Ittifaqiyah Kuala Lumpur, Malaysia, menyisakan trauma. Tidak hanya pada korban, trauma juga dialami sejumlah saksi yang berusaha menyelamatkan para penghuni pesantren.
Seperti yang terjadi pada Ahmad Tirmizi Abdul Hamid, 46 tahun. Tirmizi mengalami trauma karena melihat satu santri jatuh dari lantai dua tepat di depan matanya.
" Trauma, tidak tahu harus berkata apa. Tiba-tiba seorang anak tahfiz itu jatuh di depan mata saya, seorang lagi di belakang saya," ujar Tirmizi, dikutip dari mynewshub.cc.
Tirmizi merupakan saksi mata yang tinggal di dekat pesantren Ittifaqiyah. Dia menyaksikan langsung kejadian memilukan itu lantaran berada di mushola samping pesantren menjelang sholat subuh.
Saat akan mengambil air wudhu, Tirmizi melihat cahaya terang dari pesantren itu. Merasa ada yang aneh, Tirmizi segera mendekat dan memastikan apa yang sedang terjadi.
" Usai wudhu saya melihat dari pagar mushola ke komplek pesantren. Saya mendengar anak-anak tahfiz menjerit ... panas-panas, api-api... Baru saya sadar ada kebakaran. Saya meneriaki mereka agar keluar, segera turuh sembari saya mencari pemadam kebakaran dari dalam kantor tetapi gagal karena pintunya terkunci," ucap Tirmizi.
Tirmizi pun mencoba membuka paksa pintu kantor pesantren, namun tetap gagal. Pikirannya buntu, tidak tahu apa yang harus dia lakukan berikutnya.
" Ketika coba menuju halaman pusat tahfiz langkah saya terhenti karena ada seorang anak yang benar-benar jatuh di depan mata saya, seorang lagi jatuh di belakang saya dengan api membakar tubuhnya," tutur Tirmizi.
Seorang warga lain datang dan segera menyelamatkan santri-santri itu. Menggunakan kain basah, mereka coba memadamkan api yang membakar tubuh santri itu.
" Saat itu saya tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Saya risau dengan nasib anak-anak tahfiz lainnya yang masih ada di lantai atas. Dalam hati, saya tidak putus berdoa dan lebih banyak warga menyadari kejadian itu dan segera datang membantu," ucap Tirmizi.
Beberapa saat sebelum tim pemadam kebakaran tiba, sejumlah warga mencoba memadamkan api. Sayangnya upaya itu sia-sia.
" Api semakin membesar dan kami juga kepanasan dan menghirup asap tebal," ujar dia.
Tirmizi kemudian sudah tidak bisa lagi mengingat apa yang terjadi setelah itu. Dia terlalu sedih lantaran tidak bisa menyelamatkan lebih banyak santri yang terjebak di lantai atas bangunan pesantren itu.
Para warga sekitar pun sangat terpukul dengan kejadian itu. Mereka merasa kehilangan para santri yang selama ini kerap meramaikan mushola dengan perangai mereka yang sangat sopan.
Kebakaran tersebut merupakan insiden paling memilukan yang terjadi di Ibukota Malaysia sejak 20 tahun terakhir. Sebanyak 22 santri dan dua pengajar meninggal karena tidak bisa menyelamatkan diri dari kebakaran.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak