Perjuangan Menikahkan Warga Lereng Gunung Ijen

Reporter : Ahmad Baiquni
Selasa, 19 Januari 2016 13:30
Perjuangan Menikahkan Warga Lereng Gunung Ijen
Mereka sempat trauma dengan program nikah dan isbat massal. Namun dengan bukti, 25 pasangan suami istri akhirnya menikah secara sah.

Dream - Riuh tabuhan rebana terdengar mengalun bertalu-talu di Jalan Cenderawasih Nomor 105, Pakis Asem, Banyuwangi, akhir pekan lalu. Ratusan warga pun ramai berkumpul di tempat itu.

Lantaran saking ramainya, sejumlah pengendara kendaraan bermotor memilih untuk berhenti. Mereka penasaran dengan keramaian yang tidak biasanya terjadi itu.

Selang tidak terlalu lama, sepasang pria dan wanita berjalan menuju lokasi keramaian. Pakaian mereka terlihat seperti sepasang pengantin.

Wajah para wanita itu terlihat begitu cantik dengan perona melekat di pipi dan bibir mereka. Sementara pakaian indah berwarna cerah tersemat di tubuh mereka.

Sementara para pria terlihat begitu gagah. Kebanyakan dari mereka mengenakan setelan jas dipadu dengan peci hitam.

Akhir pekan lalu memang menjadi hari yang istimewa bagi 25 pasangan suami istri. Tepatnya pada Minggu, 17 Januari 2016, pernikahan mereka mendapat pengesahan dari negara melalui pengadilan dengan terbitnya akta nikah.

" Alhamdulillah, bagi mereka ini hari yang luar biasa, tak berlanjutnya ke khawatiran mereka dan tumbuhnya harapan baru untuk anak dan cucunya," ujar Penanggung Jawab Nikah dan Itsbat Massa di Banyuwangi, Warno, dikutip dari pppa.or.id, Selasa, 19 Januari 2016.

Dia menyebutkan, 25 pasangan itu berasal dari sekitar Banyuwangi dan Situbondo. Tercatat 15 pasangan dari mereka adalah warga yang berdiam di lereng Gunung Ijen.

Tak ayal jika mayoritas dari mereka adalah petani. Namun mereka hanyalah buruh tani yang menggarap lahan orang lain dan pemerintah.

Warno menceritakan, saat menyampaikan maksud baik PPPA Daarul qur'an dan BNI Syariah untuk menyelenggarakan Nikah dan Isbat massal, mayoritas warga takut dan tidak percaya. Mereka trauma atas kasus serupa yang ternyata merupakan modus penipuan.

Ini lantaran pernah ada pihak tak bertanggung jawab menawarkan untuk membantu membuat akta nikah dan masing-masing dari mereka diharuskan membayar Rp 100.000. Tetapi, setelah beberapa lama, tak ada tanda-tanda meminta data maupun pemberitahuan selanjutnya hingga menjelang waktu yang dijanjikan.

Tak heran jika pada awalnya masyarakat menolak rencana Nikah dan Isbat yang dijalankan PPPA Daarul Quran. Tim PPPA Daqu lantas berusaha meyakinkan warga dengan membawa serta pihak KUA untuk memberikan penjelasan secara valid.

Di sanalah mereka hadir dalam resepsi pernikahan yang sederhana namun meriah. Sekitar 400 warga memenuhi lokasi resepsi saat itu, berbondong-bondong menjadi saksi dari acara yang tak terlupakan.

Dia menuturkan, pasangan yang berdiam di lereng Gunung Ijen hadir ke lokasi secara konvoi mengendarai motor. Hal yang sama juga terjadi ketika mereka pulang usai menjalani prosesi Nikah dan Isbat Massal.

Mereka tampak senang dengan baju dan bingkisan mahar yang mereka dapatkan.

" Hanya syukur yang dapat kami rasakan, meskipun tidak banyak. Tapi, hanya ini yang bisa kami lakukan untuk mereka," ujar Direktur Eksekutif, Darmawan Eko Setiadi.

Dia menjelaskan dengan adanya akta nikah sekarang, setidaknya sang ayah tidak lagi khawatir dengan dokumen yang kelak ditanyakan anak-anaknya saat masuk maupun melanjutkan sekolah. Karena, besar harapan mereka untuk memberikan pendidikan tinggi kepada anak-anaknya.

Dengan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dari kedua orang tuanya. Terbukanya kesempatan untuk putra-putrinya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Beri Komentar