Putri Tukang Becak Lulus ITB dengan IPK Sempurna

Reporter : Ahmad Baiquni
Senin, 13 Februari 2017 13:01
Putri Tukang Becak Lulus ITB dengan IPK Sempurna
Herayati tidak patah semangat meski berasal dari keluarga kurang mampu.

Dream - Jumat pekan lalu menjadi hari bahagia sekaligus bersejarah bagi Herayati. Mahasiswi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mendapat penghargaan langsung dekan.

Butuh perjuangan untuk bisa mendapat penghargaan tersebut. Hera layak mendapatkan penghargaan itu karena berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, 4,0.

Hera pun mendapat kesempatan mengikuti program fast track, yaitu menempuh jenjang S1 sekaligus S2 hanya dalam waktu 5 tahun.

" Alhamdulillah dapat IP4. Berkat IP itu saya mendapat penghargaan dari dekan FMIPA ITB," ujar Hera, dikutip dari bantennews.com, Senin 13 Februari 2017.

Mendapat penghargaan itu membuat semangat belajarnya meninggi. Dia pun harus lebih keras dalam belajar.

" Saya sekarang lagi ngejalanin program honours yakni program bagi mahasiswa dengan kemampuan akademik yang baik," kata dia.

" Insya Allah akan lanjut ke program fast track yaitu program S1 dan S2 hanya 5 tahun. Belum tahu ada beasiswa atau tidak untuk S2 ini, namun saya akan berusaha bisa mencapai program ini," ucap Hera.

1 dari 1 halaman

Anak Tukang Becak

Anak Tukang Becak © Dream

Mahasiswi asal Masigit, Kelurahan Kotasari, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, Banten, ini bukan berasal dari keluarga mampu. Dia hanyalah anak dari seorang ayah berprofesi sebagai tukang becak dan ibu yang merupakan ibu rumah tangga biasa.

Mungkin banyak dari mereka kurang bersemangat dalam belajar lantaran kondisi keuangan yang serba kurang. Tetapi, hal itu tidak berlaku bagi Hera, yang diterima kuliah di ITB dengan beasiswa penuh.

Ayah Hera, Sawiri kerap menarik becak di Kecamatan Grogol dengan penghasilan hanya sebesar Rp15.000 perhari. Tentu uang itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk biaya sekolah anak-anaknya.

Meski penghasilan orangtuanya sangat kurang, Hera pantang menyerah. Dia sangat yakin, Allah Maha Kaya.

Semangat itu justru mengantarkan Hera meraih prestasi begitu tinggi. Semua berkat kerja keras yang dia jalani selama ini.

Meski begitu, Hera sempat merasakan kepahitan. Dia pernah tidak lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) hanya karena panitia meragukan nilai rapornya.

" Waktu itu SNMPTN ITB, panitianya tidak percaya kalau nilai saya di rapor besar-besar. Akhirnya, saya ikut tes tertulis dan akhirnya saya diterima," ucap Hera.

Dia menambahkan, semangatnya belajar terinspirasi dari perjuangan pantang menyerah kedua orangtuanya dalam menjalani hidup. Dia ingin orangtuanya bisa hidup lebih baik.

" Saya ingin mengubah hidup orangtua saya dan ingin membangun daerah kelahiran saya," tutur Hera.

Capaian yang ditorehkan Hera membuat sang ayah, Sawiri, bangga. Dia sampai menitikkan airmata saat Hera dinyatakan lulus dari ITB dengan predikat Cumlaude.

" Saya tidak bisa berbuat banyak selain berdoa kepada Allah untuk kesuksesan Hera," kata Sawiri.

Beri Komentar