Kisah Mantan Preman Semangat Belajar Iqro

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 16 Maret 2016 07:04
Kisah Mantan Preman Semangat Belajar Iqro
Jumakir dulu dikenal sebagai preman tukang pembuat onar. Dia kini insyaf dan serius mendalami ilmu agama.

Dream - Dukuh Jemawan, Desa Jemawan, Kecamatan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah kerap dikenal sebagai sarang preman. Di sana tumbuh subur kriminalitas dan perjudian.

Tetapi, kesan mengerikan dukuh tersebut perlahan memudar dengan berdirinya tempat belajar membaca Alquran Griya Iqro di bawah binaan Yayasan Klaten Peduli Ummat (YKPU) dan Al Azhar Peduli Ummat (APU).

Bahkan, tempat ini menjadi media seorang mantan preman belajar mengenal huruf hijaiyah dan meninggalkan semua kebiasaan buruknya.

Adalah Jumakir, 50 tahun, yang dikenal sebagai preman tukang pembuat onar di kampungnya. Dia bekerja sebagai kuli angkut truk skam dengan penghasilan Rp50.000 per hari.

Tetapi, pendapatan itu tidak pernah bisa memberikan manfaat bagi istri dan ketiga anaknya. Uang tersebut selalu habis untuk memenuhi nafsunya minum minuman keras dan berjudi.

Hobinya itu sampai membuat keluarganya hampir berantakan. Sampai suatu hari, hidayah turun dari Allah SWT dan membuatnya tersadar hingga ingin meninggalkan kebiasaan buruknya.

Di sela waktunya bekerja, Jumakir berusaha meluangkan waktu menjalankan salat lima waktu dan aktif dalam pengajian di masjid. Dalam salat, muncul kesadaran dalam diri Jumakir, dia tidak memahami huruf Arab.

" Sebagai muslim, saya sadar agar ibadah saya sempurna saya harus bisa mengucapkan lafal surat Al Fatihah dengan baik," ujar Jumakir.

Kesadaran itu menggerakkan hati Jumakir untuk mulai belajar membaca huruf hijaiyah. Meski usianya telah mencapai setengah abad, Jumakir tidak merasa malu belajar mulai dari Iqro 1.

Tidak hanya itu, dia juga tidak segan diajari oleh guru yang usianya jauh lebih muda, terutama keponakan dan anak-anaknya. Dia malah semakin bersemangat ketika tahu istri dan anak-anaknya bangga melihat perkembangan dalam dirinya.

Jumakir tidak sendirian. Banyak warga Jemawan lain yang juga buta huruf Alquran seperti dirinya. Menyadari hal itu, Jumakir lalu berkonsultasi dengan Ustaz Rizky untuk membentuk sebuah wadah belajar membaca huruf Arab.

Gayung bersambut, Ustaz Rizky menyetujui ide tersebut, kemudian menghubungi YKPU dan APU. Dua lembaga amil zakat itu lalu memfasilitasi berdirinya wadah belajar tersebut, yang kemudian dinamai Griya Iqro.

Griya Iqro langsung mendapat sambutan luar biasa dari warga Jemawan. Puluhan orang dewasa hingga lansia begitu bersemangat memegang Iqro dan mulai mengeja huruf-huruf Arab yang tertera di buku itu.

Huruf-huruf Arab terdengar bersautan, membuat suasana begitu riuh dan menyenangkan. Ada yang membaca secara terbata, ada yang tersengal, ada pula yang sudah sedikit lancar. Semua melantun dengan penuh semangat.

Kehadiran Griya Iqro ternyata tidak hanya memberikan manfaat kepada para warga berupa bisa membaca huruf Arab. Melalui Griya Iqro, para santri mendapat program pemberdayaan ekonomi dengan modal dua ekor kambing.

Mereka diminta merawat dan mengembangbiakkan dua ekor kambing yang telah mereka terima. Keuntungan dibagi menggunakan sistem bagi hasil.

" Alhamdulillah, selama satu tahun lebih ini, dari dua ekor kambing, saya telah memiliki sembilan kambing dari bantuan YKPU dan Al Azhar Peduli Ummat," kata Jumakir.

Lantaran kegigihannya mengajak para warga belajar Alquran dan agama, Jumakir dipercaya menjadi Ketua RT 22/10 sejak 2014. Dia juga dipercaya menjadi bendahara Kelompok Peternak Griya Iqro.

Direktur YKPU, Zidni mengatakan pendirian Griya Iqro memang tidak semata untuk memperdalam ilmu Alquran. Lebih dari itu, Griya Iqro menjadi wadah bagi warga untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.

" Memang tujuan adanya Griya Iqro itu adalah meningkatkan keagamaan masyarakat dan juga meningkatkan kualitas ekonomi di Jemawan," ucap Zidni.

(Ism, Sumber: Humas Al Azhar Peduli Ummat)

Beri Komentar