Kisah Marbot Ini Bikin Hati Meleleh

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 8 November 2017 07:00
Kisah Marbot Ini Bikin Hati Meleleh
Tanpa memandang agama maupun ras, Sapno menolong korban banjir dan menampung mereka di musholanya.

Dream - Banjir bandang melanda kawasan Penang, terbesar dalam sejarah. Lebih dari 30 wilayah di negara bagian Malaysia itu terendam banjir.

Di tengah bencana dahsyat itu, ada kisah menyentuh dari seorang marbot pada Masjid Taman Free School, Georgetown. Marbot itu begitu heroik menolong para korban bencana banjir.

Tanpa memandang agama dan kebangsaan, pria berusia 50 tahun bernama Sapno Tukijo menyelamatkan 70 korban banjir yang terdiri dari etnis Tionghoa dan India. Sapno menolong dengan menampung mereka di surau yang diurusnya.

Menurut laporan NST, para korban adalah penduduk desa Lengkuk P. Ramlee, salah satu wilayah yang dilanda banjir parah.

Kata Sapno, para korban nekat menerjang banjir setinggi dada orang dewasa untuk mencari perlindungan di sebuah kuil pada hari Minggu, 5 Oktober, sekitar pukul 02.00 dini hari waktu setempat. Mereka pun terjebak di kuil itu.

" Kuil itu hanya beberapa meter di seberang jalan dan saya mencoba membantu mereka dengan mengikat tali pada dua tiang listrik," kata Sapno.

korban banjir di Penang

Sayangnya, usaha itu sia-sia. Arus air terlalu deras. " Itu sangat berisiko bagi mereka untuk menyeberang," kata Sapno.

Melihat itu, Sapno meminta para korban yang semuanya non-Muslim itu untuk mengungsi ke suraunya.

" Awalnya, mereka menolak ke surau karena mereka pikir akan menimbulkan masalah dengan orang-orang tertentu. Mereka takut ada yang melihat orang-orang non-Muslim tinggal di dalam surau," lanjut Sapno.

Sapno berusaha meyakinkan mereka boleh tinggal di surau. Akhirnya mereka bersedia untuk mengungsi ke surau dan menempati lantai dua.

Tindakan Sapno tersebut mendapat banyak pujian dari rakyat Malaysia. Sapno mengaku siap menanggung kemarahan warga Malaysia atas tindakannya itu.

" Selama nyawa mereka bisa diselamatkan, saya tidak peduli. Saya akan merasa bersalah jika saya mengabaikan mereka. Istri saya dan saya menyiapkan beberapa sarung untuk dijadikan selimut saat kami melihat mereka menggigil kedinginan," tambah Sapno.

Setelah istirahat yang cukup, para korban meninggalkan surau keesokan harinya. Mereka tidak ingin menimbulkan masalah untuk Sapno atas kebaikannya itu.

Sumber: worldofbuzz.com

Beri Komentar