Hamil di Atas Usia 35 Tahun Ada Efek Positifnya, Simak Yuk!

Reporter : Mutia Nugraheni
Rabu, 17 Mei 2023 11:12
Hamil di Atas Usia 35 Tahun Ada Efek Positifnya, Simak Yuk!
Bahaya hamil di usia tua untuk seorang ibu hamil dan si kecil.

Dream - Menjaga tubuh tetap sehat selama kehamilan memang cukup menantang. Terlebih lagi jika ibu hamil di usia 35 tahun ke atas. Kondisi kehamilan di usia tersebut dikenal dengan  sebutan kehamilan geriatri.

“ Berdasarkan data, di Amerika Serikat terdapat peningkatan jumlah angka kehamilan dan angka kelahiran yang datang pada wanita lanjut usia selama beberapa dekade terakhir,” ujar Roxanne Pro, seorang dokter obstetri dan ginekologi.

Menurutnya, tidak ada masalah untuk hamil di usia berapa pun tapi penting dipertimbangkan beberapa risikonya. Baik bagi ibu hamil maupun bayi dalam kandungan.

Risiko Kehamilan di atas 35

Menurut Klinik Cleveland, ibu yang hamil di atas usia 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami preeklampsia, diabetes gestasional, melahirkan tidak tepat waktu, melahirkan bayi dengan berat badan kecil, kelainan genetik, hingga terjadi keguguran bahkan lahir mati.

" Hal yang perlu diingat bahwa semua kehamilan di usia berapapun pasti memiliki risiko masing-masing," kata Roxanne.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa memberi asupan dan nutrisi yang optimal, meminum vitamin dan suplemen, menghindari minum alkohol dan merokok terbukti dapat membantu mengurangi risiko komplikasi pada kehamilan di atas usia 35 tahun.

 

1 dari 6 halaman

Efek Positif Hamil di Atas 35

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal Population and Development Review menemukan bahwa ibu yang memiliki anak di atas 35 tahun, anaknya cenderung lebih pintar dan lebih tinggi, dibandingkan dengan anak yang lahir dari ibu yang berusia di bawah 35 tahun. Peneliti mencatat bahwa manfaat yang diperoleh dari memiliki bayi di atas 35 tahun lebih besar daripada risiko yang terkait dengan kehamilan geriatri.

Selain itu, studi lain yaitu studi dari tim Fakultas Kedokteran Universitas Boston, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa wanita yang memiliki anak di atas usia 33 tahun cenderung hidup lebih lama daripada ibu yang memiliki anak terakhir pada usia 29 tahun.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Geriactrics Society menemukan bahwa wanita yang memiliki anak setelah usia 35 tahun memiliki kekuatan otak yang lebih baik dan mental yang lebih tajam di usia tua.

Kuncinya kehamilan di atas 35 tetap sehat adalah menerapkan gaya hidup yang sehat juga. Tak boleh mengabaikan pemeriksaan rutin dan mengikuti saran dokter jika ada permasalahan.

 

 

Laporan Devi Tri Aprilianza / Sumber: PopSugar

2 dari 6 halaman

Siap-siap Ibu Hamil, 5 Keluhan yang Sering Muncul Pasca Melahirkan

Dream - Kebutuhan si kecil saat masih dalam kandungan mungkin sudah disiapkan ayah dan bunda dengan baik. Mulai dari popok, pakaian, tempat tidur dan sebagainya. Tak hanya persiapan untuk bayi, ibu juga penting untuk menyiapkan diri akan terjadi banyak perubahan besar.

Bukan hanya perubahan fisik tapi juga psikologis. Untuk ibu yang baru melahirkan anak pertama, bersiap-siaplah. Beberapa keluhan ini akan muncul.

Sebenarnya cukup normal, tapi dalam kondisi tertentu ibu butuh bantuan untuk meredakannya. Tentunya agar tubuh dan pikiran merasa rileks dan jadi lebih optimal dalam mengurus si kecil. Apa saja keluhan yang bakal muncul.

1. Pegal-pegal

Hampir semua perempuan mengalami pegal-pegal setelah proses persalinan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tenaga yang dikeluarkan untuk melahirkan bayi dan kontraksi rahim untuk kembali ke ukuran semula.

Kondisi pegal-pegal ini dapat diatasi dengan berbagai cara. Misalnya melakukan pijat khusus untuk pemulihan pasca persalinan, berendam air hangat selama 20 menit, perlahan aktif bergerak, hingga melakukan olahraga ringan.

2. Bengkak 

Selama hamil, tubuh perempuan akan menghasilkan sekitar 50% lebih banyak darah dan cairan lain untuk mengatur pertumbuhan janin. Tak heran jika perubahan hormon dalam tubuh atau fluktasi menyebabkan edema atau pembengkakan pada tungkai dan pergelangan kaki, tangan, wajah, dan area tubuh lainnya.

Kondisi ini dapat diatasi dengan cara menghindari makanan asin dan memilih sodium rendah. Selain itu konsumsi makanan yang kaya potasium seperti buah-buahan dan sayuran.

Apabila pembengkakan ektrim ini menyebabkan nyeri, maka Sahabat Dream bisa rutin menggerakkan tungkai kaki sepanjang  hari, menghindari duduk atau berdiri tanpa gerak selama 30-60 menit, hingga mengompres kaki untuk mengurangi bengkak.

 

3 dari 6 halaman

3. Keputihan

Keputihan atau lebih dikenal sebagai lokia merupakan kondisi di mana tubuh mengeluarkan lendir, sisa darah, dan jaringan jinak dari rahim pascapersalinan. 

Lokia normal dialami dalam waktu satu bulan atau lebih karena ukuran rahim beruba dalam minggu pertama pascapersalinan. Untuk Sahabat Dream yang mengalami lokia sebaiknya menggunakan pembalut dibandingkan dengan tampon karena lebih berisiko menyebabkan infeksi maupun iritasi.

4. Payudara Membesar

Pembengkakan atau pembesaran payudara pascapersalinan adalah hal yang normal, tetapi bisa menyakitkan. Hal ini karena payudara akan merah, bengkak, hingga sakit selama satu atau dua hari setelah melahirkan. Setelah hari itu, pembengkakan akan mereda namun payudara akan mulai mengendur akibat kulit yang meregang.

Tak cuma itu, pascapersalinan juga menyebabkan kebocoran ASI selama beberapa minggu. Apabila ibu menyusui atau memompa, maka bisa mencoba mandi air hangat kemudian pijat payudara lembut untuk membantu melancarkan air susu. Sedangkan jika ibu tidak menyusui atau memompa, bisa mencoba untuk mengompres dingin untuk pembengkakan serta gunakan bra yang nyaman untuk mengurangi nyeri.

5. Stretch Mark

Stretch mark menjadi permasalahan yang sering terjadi pascapersalinan. Penyebabnya karena berat tubuh bertambah sangat cepat atau faktor genetika. Stretch mark berbentuk garis-garis tipis berwarna merah, ungu, dan coklat tua yang sering dijumpai di perut, pinggul, payudara, hingga pantat. 

Para peneliti menemukan bahwa stretch mark tidak dapat dicegah, tetapi keparahannya dapat dikurangi dengan menggunakan pelembab selama kehamilan. Kondisi ini akan memudar kurang lebih dalam satu tahun.

 

Laporan Hany Puspita Sari/ Sumber: Parents

4 dari 6 halaman

Deretan Penyebab Ibu Alami Sembelit Setelah Melahirkan

Dream - Setelah menjalani persalinan, tubuh ibu mengalami perubahan drastis. Salah satu dampaknya adalah ibu kerap mengalami sembelit. Perut terasa kembung, penuh dan keras, tapi sangat sulit untuk buang air besar.

Hal ini tentunya sangat menganggu dan bisa membuat ibu kesakitan. Keluhan ini sebenarnya lazim dialami ibu yang baru melahirkan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.

Biasanya ibu akan diberi obat pencahar agar buang air besar lebih lancar. Jika memang terdapat masalah serius di seluran cerna bisa teratasi lebih awal. Lalu mengapa ibu yang baru melahirkan kerap diserang sembelit? Berikut jawabannya dikutip dari KlikDokter.com


1. Masih Dalam Masa Pemulihan
Saat persalinan normal, ibu dapat menjalani tindakan episiotomi yang dilakukan dengan menjahit jaringan di antara vagina dan anus. Untuk mengurangi nyeri bekas jahitan, tubuh secara tidak sadar akan menghindar dari aktivitas mengejan. Lama-kelamaan, otot sfingter bisa menutup dan akhirnya menyebabkan sembelit.

Ibu juga bisa sembelit karena otot dasar panggul atau otot sfingter anal meregang saat mengejan selama persalinan. Saat otot tersebut rusak, maka buang air besar akan terasa sulit.

 

5 dari 6 halaman

2. Perubahan Pola Tidur

Kurang tidur dan kelelahan merupakan kondisi yang umum terjadi pascamelahirkan. Pasalnya, ibu harus terus terjaga di malam hari untuk menjaga dan menyusui si kecil.

Menurut dr. Arina Heidyana, saat kurang tidur ataupun kelelahan, maka pergerakan usus jadi berkurang dan akhirnya bisa menyebabkan sembelit.

“ Saat kurang tidur, usus akan beristirahat dan jalur sinyal brain gut terganggu. Akibatnya, usus akan mengurangi pergerakan,” kata dr. Arina.

 

6 dari 6 halaman

3. Stres

Rutinitas harian yang berubah setelah melahirkan bisa memicu stres. Saat stres dan kurang tidur, maka kadar hormon kortisol dapat meningkat. Kadar hormon kortisol tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan diare atau sembelit.

4. Dehidrasi dan Perubahan Pola Makan
Kesibukan mengurus buah hati sering membuat ibu terburu-buru saat makan. Selain itu, jika asupan cairan tidak terpenuhi, tubuh dapat mengalami dehidrasi. Perubahan pola makan tersebut bisa memengaruhi pergerakan usus.

Melansir dari Medical News Today, pencernaan yang bergerak lambat dapat menyebabkan buang air besar jadi lebih jarang terjadi. Hal ini biasanya ditandai dengan sakit saat BAB dan feses keras.

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

Beri Komentar