Aturan Ibu untuk Anak 16 Tahun Harus Bayar Sewa Rumah Picu Kontroversi

Reporter : Mutia Nugraheni
Senin, 28 Maret 2022 14:12
Aturan Ibu untuk Anak 16 Tahun Harus Bayar Sewa Rumah Picu Kontroversi
Beberapa orangtua punya aturan yang kadang tak bisa diterima oleh banyak orang.

Dream -  Tiap keluarga punya aturan dan kebiasaan yang berbeda. Kadang, nilai dan kebiasaan dalam keluarga tersebut tak bisa diterima oleh orang lain. Seperti aturan yang diterapkan pada keluarga seorang ibu bernama Fawna pemilik akun TikTok @tru_n8v.

Ia mengungkap kalau di keluarganya pada usia 13 diizinkan untuk memaki, selama konteksnya tepat. Makin boleh dilontarkan selama tidak menghina orang dewasa. Fawna bercerita kalau ia memperbolehkan anaknya memaki, tapi tidak pada orangtua.

Fawna

" Ketika anak-anak saya masih kecil, saya akan menyiapkan sarapan dan segala sesuatunya di pagi hari. Dan ya, mereka akan diurus, mereka akan baik-baik saja. Tapi tidak satu pun dari mereka diizinkan untuk mengganggu saya, sampai setelah saya minum kopi pertama saya. Dan ya, mereka mengikuti aturan itu, dan ya, mereka baik-baik saja," ungkapnya.

Sebagai ibu tiga anak, menurutnya sangat penting untuk menetapkan batasan suara dan suara sentuhan terutama di pagi hari. Ia berusaha membiasa anak-anaknya untuk menghargai privasi.

" Ada saat-saat ketika orang membutuhkan ruang, dan mereka belajar sejak dini seperti apa itu dan bagaimana menavigasinya dengan cara yang sehat," katanya.

 

1 dari 4 halaman

Uang Sewa Rumah

Uang Sewa Rumah © Dream

Fawna memiliki tiga anak dengan usia 10, 13, dan 16 tahun. Ada satu aturan juga di rumahnya yang membuat banyak orang kaget. Menurutnya, anak di usia 16 tahun harus mulai belajar mencari uang dan membayar sewa rumah.

" Pada usia 16 tahun, mereka harus mendapatkan pekerjaan, SIM, dan kemudian ah, mereka harus mulai membayar sewa, yang akan terapkan sampai mereka memutuskan untuk pindah," katanya dalam video.

Anaknya sudah diminta mencari pekerjaan sampingan untuk mencari uang. Nantinya uang tersebut akan dibayar kepadanya sebagai biaya sewa rumah. Uang itu akan disimpan Fawna dan bakal dikembalikan.

" Saya akan mengembalikan semua uang sewa yang mereka bayarkan kepada saya selama berbulan-bulan atau selama bertahun-tahun, dan mereka akan memiliki sesuatu yang bagus untuk memulai hidup," ungkapnya.

 

2 dari 4 halaman

Lihat Videonya

Lihat Videonya © Dream

Rupanya aturan tersebut membuat banyak orang berkomentar buruk padanya. Beberapa orang menganggap Fawna terlalu keras pada anaknya.

" Orangtua punya tanggung jawab memenuhi kebutuhan anak, bukan begitu caranya," tulis salah satu akun.

" Bagaimana mungkin anak belasan tahun sudah disuruh bayar sewa rumah," ungkap akun lain.

Menurut Fawna aturan tersebut diterapkan untuk anaknya agar mereka belajar bertanggung jawab pada masa depan. Bagaimana menurut Sahabat Dream? Lihat saja video Fawana di sini.

3 dari 4 halaman

Bukan Dibilang 'Cengeng', Psikolog Ingatkan Validasi Emosi Anak

Bukan Dibilang 'Cengeng', Psikolog Ingatkan Validasi Emosi Anak © Dream

Dream - Rasa empati, peduli dengan orang lain dan sekitar, tak mau merugikan dan menyakiti orang lain bukan muncul dalam sekejap. Empati perlu diasah sejak dini, dengan menormalkan anak merasakan berbagai emosi.

Seringkali kita sebagai orangtua saat anak sedang bahagia mendapat nilai bagus, hadiah atau karena hal lain, memberinya senyuman, tepuk tangan atau pelukan. Sementara ketika anak bersedih, marah, kecewa, kita memintanya segera menghentikan tangisan.

Tak hanya itu kadang juga terlontar kata-kata yang melabelinya seperti " cengeng" , " manja" , " nakal" dan sebagainya. Hal ini seakan anak tak boleh merasakan emosi negatif sebagai manusia biasa, padahal hal itu sangat normal.

Samanta Elsener, seorang psikolog lewat akun Instagramnya @samanta.elsener mengungkap kalau mengakui emosi anak lalui memvalidasinya memang bukan hal mudah. Orangtua perlu belajar dan latihan. Hal ini sangat penting untuk perkembangan emosi anak dan mengasah empatinya agar juga bisa mengenali emosi orang lain dan bagaimana menyikapinya.

" Emang paling susah belajar mengenali emosi anak, terus divalidasi pula. Kenapa harus divalidasi bukannya nanti makin jadi nangisnya? Makin susah disuruh berhenti nangis. Lha, emang kenapa sih kalau anak nangis? Boleh donk anak nangis. Itu bentuk ekspresi emosi anak lho. Kalau divalidasi anak jadi tahu orang tuanya paham perasaan dia dan bisa berempati ke anak," ungkap Samantha.

 

4 dari 4 halaman

Kalimat Validasi Emosi

Kalimat Validasi Emosi © Dream

Menyuruh anak berhenti menangis sambil meneriaki, mengancam atau menakut-nakutin justru akan membuat emosi anak tak sehat. Merasa tak didengarkan dan membuat jarak dengan orangtua

" Kalau disuruh berhenti nangis apalagi pakai jerit teriak dan mengancam, anak makin merasa terancam dan makin jauh dari orangtua," tulis Samantha.

Ia pun membagikan cara bagi orangtua untuk melakukan validasi pada anak yang sedang memiliki emosi negatif. Kalimat-kalimat berikut bisa digunakan. Seperti " kelihatannya kamu sedih banget dengan apa yang baru saja terjadi" .

Kalimat lainnya " mama perhatikan kamu merasa excited dan nervous juga secara bersamaan" , " kamu terlihat lagi kesal/ kecewa, mama ada di sini sama kamu" .

Lihat video menarik yang dibuat oleh Samantha.

Beri Komentar