Anak Makan Telur/ Foto: Shutterstock
Dream - Hidangan telur setengah matang biasanya jadi menu favorit saat sarapan. Cukup ditaburi garam dan lada, telur pun bisa langsung disantap dan langsung bikin kenyang.
Bagi orang dewasa, makan telur setengah matang terkadang memicu masalah pencernaan. Pasalnya, telur setengah matang ini masih mengandung bakteri yang bisa menimbulkan keluhan seperti muntah diare.
Bagaimana jika diberikan pada anak balita atau bayi, amankah? Telur setengah matang tidak dianjurkan untuk berikan pada balita apalagi bayi. Dikutip dari KlikDokter.com, hal itu karena mengonsumsi telur yang belum matang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit dari bakteri bawaan makanan yang disebut Salmonella.
Bakteri ini bisa menyerang siapa saja, tapi risikonya akan lebih besar terjangkit pada balita, lansia, atau orang yang sistem kekebalan tubuhnya rendah, seperti ibu hamil dan orang sakit.
Dalam banyak kasus, tidak diperlukan perawatan medis khusus saat terjangkit Salmonella. Gejalanya pun akan hilang dengan sendirinya dalam waktu sekitar satu minggu. Pada beberapa kasus, dibutuhkan antibiotik untuk mengurangi risiko komplikasi.
Tidak masalah jika memang ingin memberikan menu telur untuk si kecil, tapi pastikan memasaknya hingga benar-benar matang agar bakterinya mati. Panas yang digunakan saat memasak mampu membunuh bakteri sehingga aman dikonsumsi balita.
Bisa dengan diorak arik, rebus, dadar atau dicampur dengan menu lain. Berikan balita berbagai variasi olahan menu dengan cara memasak telur yang beragam, mengingat nutrisi yang terkandung di dalamnya sangat bermanfaat.
Dream - Anak-anak saat disediakan atau disuapi makanan tak selalu langsung menyantapnya. Ada yang hanya menyentuh, melihat atau hanya memasukkannya ke mulut, tak dikunyah dan mendiamkannya.
Kondisi tersebut biasanya kita sebut dengan mengemut makanan. Anak membiarkan makanan yang dimakan dalam mulut dalam waktu lama hingga berantakan. Ia tak tampak ingin mengunya atau memuntahkannya. Bagi orangtua, ini tentunya sangat bikin khawatir.
Beberapa anak memiliki kecenderungan mengemut makanan. Apa sebabnya? Ternyata ada berbagai alasan mengapa anak mengemut makanan. Alison Oniboni, MS, CCC-SLP, ahli patologi bahasa wicara mengatakan bahwa balita masih mengembangkan kekuatan fisik dan keterampilan koordinasi yang diperlukan untuk mengunyah dan menelan yang efektif.
" Makanan apa pun yang tertinggal di mulut atau dimuntahkan secara tidak sengaja kemungkinan besar disebabkan oleh otot-otot mulut yang masih berkembang dalam hal kekuatan dan koordinasi, sama seperti kelompok otot lainnya," kata Oniboni, dikutip dari PopSugar.
Penyebab lainnya adalah beberapa balita mungkin gagal menelan semua makanan mereka adalah karena kondisi kepekaan sensoriknya. " Ada kemungkinan makanan dimuntahkan atau tertahan di mulut karena preferensi rasa atau tekstur," ujar Oniboni.
Banyak orangtua yang penasaran kapan anak bisa menelan makanannya dengan sempurna tidak mengemut atau memuntahkan. Rupanya, pada usia 2 tahun, anak-anak harus memiliki semua keterampilan motorik oral untuk makan lebih banyak seperti orang dewasa.
" Saat usia 2 tahun anak harus bisa mengunyah dan menelan, menggunakan peralatan, dan minum dari cangkir terbuka dan sedotan tanpa kesulitan," kata Christine Miroddi, MA, CCC-SLP, pendiri Foodology Feeding Therapy.
Bila di usia 2 tahun anak masih mengalami kesulitan makanan mungkin dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengembangkan kemampuan oral motoriknya. Bisa dilatih dengan meniup gelembung, menggunakan sedotan atau mengunyah makanan beragam tekstur.
Bisa juga berkonsultasi dengan dokter anak agar bisa dianalisis lebih detail. Pasalnya, beberapa kasus kesulitan makan pada anak dibutuhkan intervensi khusus berupa terapi.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur