Car Seat/ Foto: Shutterstock
Dream - Car seat jadi perlengkapan penting untuk di mobil bagi keluarga yang memiliki anak usia balita. Terutama mereka yang memiliki mobilitas tinggi atau sering keluar kota.
Dengan adanya car seat, perjalanan darat lebih aman bagi anak. Terutama jika melakukan perjalanan jauh yang memakan waktu lama. Satu hal yang harus diingat, car seat juga memiliki masa kedaluwarsa. Hal ini diingatkan oleh dr. Frieda Handayani, Sp.A(K).
" Banyak dari kita sebagai orangtua, yang tidak menyadari bahwa car seat anak kita memiliki masa/ tanggal kedaluwarsa. Di Indonesia, memang belum ada peraturan mengenai penggunaan car seat anak. Setiap car seat memiliki masa/ tanggal kedaluwarsa yang berbeda, tergantung material yang digunakan," ungkap dr. Frieda dalam akun Instagramnya @frieda.handayani.
Untuk tanggal kedaluwarsa car seat, biasanya dihitung sejak diproduksi. Bukan setelah digunakan untuk pertama kalinya.
" Tapi pada umumnya berkisar 5 hingga 9 tahun setelah diproduksi (ingat, tanggal kedaluwarsa dihitung sejak car ceat diproduksi, bukan dihitung setelah kita beli atau digunakan pertama kali). Menurut www.car-safety.org, batas toleransi kedaluwarsa maksimal adalah 10 tahun," tulis dr. Frieda.
© Dream
Untuk masa kedaluwarsa car seat biasanya tertera pada kardus pembungkus atau stiker pada bagian bawahnya. Coba periksa tanggalnya baik di kemasan kardus maupun body car seat.
" Masa kedaluwarsa berfungsi sebagai ‘alarm’ bagi kita orangtua, sebagai pengingat bahwa car seat yang digunakan anak kita bisa jadi sudah tidak lagi sesuai dengan standar keamanan terkini. Di samping itu, material seperti plastik, baut, mur, rangka, hingga belt/ sabuk pada car seat bisa saja sudah lapuk atau tidak lagi berfungsi secara sempurna seandainya terjadi benturan," ungkap dr. Frieda.
Ia juga mengingatkan jangan lagi menggunakan car seat jika pernah terlibat dalam kecelakaan seringan apapun. Benturan yang kencang membuat perlindungan car seat menurun dan sangat tidak aman walaupun secara kasat mata kondisinya terlihat kokoh.
© Dream
Dream - Punya anak usia di bawah lima tahun, memang kita tak boleh lengah. Mereka sangat aktif dan penuh rasa ingin tahu. Berbagai benda ingin dipegang dan dimasukkan ke mulutnya, termasuk yang sangat berbahaya seperti baterai.
Ariani Dewi Widodo, seorang dokter spesialis anak, membagikan pengalamannya menangani kasus seorang balita yang menelan baterai. Lewat akun Instagramnya @dr.ariani mengungkap soal insiden balita yang belum bisa bicara menelan baterai.
Awalnya karena firasat ibu yang melihat baterai di remote hilang dan tak ketemu saat dicari. Ibu tersebut curiga putri balitanya main-main dengan baterai tersebut lalu membawanya ke IGD meski tanpa gejala.
" Saat ditanya di RS, Ibu tidak bisa memberikan alasan yang lebih baik selain bahwa baterai itu tidak ketemu. Tidak pernah melihat anak tersedak, batuk2, sakit perut, ataupun keluhan lain. Anak hepi saja dan makan lahap seperti biasa. Ibu tetap minta ia difoto röntgen, tapi karena kecurigaan ke arah sana tidak cukup kuat, maka tidak dilakukan," tulis dr. Ariani.
© Dream
Ibu tersebut pun pulang ke rumah, karena anaknya tak memiliki keluhan. Rupanya, satu minggu kemudian putrinya buang air besar berwarna hitam.
Hasil rontgen dan pemeriksaan lainnya menunjukkan ada baterai jenis AAA tersangkut di lambung si anak. Kondisinya sudah berkarat membuat luka pada lambung.

" Pulang ke rumah, hati Ibu tetap tidak tenang, meski si kecil ceria. Satu minggu kemudian, tiba-tiba BABnya mulai berwarna kehitaman. Tanpa pikir panjang lagi Ibu langsung membawanya ke IGD @rsabhk," ungkap dr. Ariani.
© Dream
Dokter memutuskan untuk mengeluarkannya melalui teknik khusus agar tak menimbulkan luka yang lebih parah.
" Proses mengeluarkannya juga tidak mudah, karena ukuran baterai yang jauh lebih besar dari diameter kerongkongan pada posisi horisontal. Harus dijepit di jarak yang 'tepat' dari ujungnya supaya membentuk sudut yang pas untuk ditarik ke kerongkongan, namun masih cukup seimbang sehingga tidak jatuh lagi ke bawah karena terlalu berat," ungkap dr. Ariani.

Akhirnya baterai berhasil dikeluarkan tim dokter tanpa memicu luka yang lebih parah. Kondisi sang anak kini juga semakin membaik. Dokter Ariani mengingatkan para orangtua agar lebih waspada menyimpan benda-benda kecil di sekitar rumah, terutama jika memiliki balita di rumah. Pasalnya, insiden ini bisa terjadi pada siapa pun dan jika tak diketahui dengan cepat bisa berakhir fatal.
Advertisement

Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6

IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget