Cara Membuat Si Remaja Tak Takut Ceritakan Masalahnya

Reporter : Mutia Nugraheni
Selasa, 4 Mei 2021 10:04
Cara Membuat Si Remaja Tak Takut Ceritakan Masalahnya
Sebagian besar remaja bingung sendiri dengan apa yang dirasakannya.

Dream - Pembelajaran virtual, kurangnya interaksi sosial, dan tekanan media sosial yang intens, momen ini adalah waktu yang cukup suram bagi anak remaja. Di usia remaja, anak membutuhkan banyak aktivitas fisik, pergaulan dan banyak mencoba hal baru bersama dengan teman-temannya.

Pandemi, mau tak mau menghambat itu semua. Banyak anak remaja yang mengalami masalah psikologis seperti kecemasan, bingung, tak termotivasi, tapi mereka sulit untuk mengungkapkannya. Sebagian besar remaja bingung sendiri dengan apa yang dirasakannya.

“ Seringkali, remaja merasa bahwa mereka adalah satu-satunya di planet ini yang merasa tersesat, sendirian, jelek, aneh, atau hal semacam itu. Berbagi tentang masa remaja dengan anak-anak akan memungkinkan mereka untuk lebih memahami bahwa orang lain mengalami perasaan yang sama," kata Amber Trueblood, seorang terapis, dikutip dari PureWow.

 

1 dari 4 halaman

Bercerita Pengalaman Pribadi

Bercerita Pengalaman Pribadi © Dream

Sebelum meminta si anak remaja bercerita, cobalah dulu cerita pengalaman orangtua saat remaja. Mungkin ada hal-hal yang juga dialami, seperti merasa tak percaya diri, mendapat tekanan dari teman dan hal-hal semacam itu.

" Ini juga membantu anak remaja memahami bahwa orangtua tidak selalu menjadi orang dewasa yang membosankan yang mereka lihat setiap hari. Ketika anak remaja memahami bahwa orangtuanya pernah merasa sendirian atau cemas, hal itu akan menumbuhkan hubungan dan membuka jalan untuk percakapan yang nyata," kata Trueblood.

 

2 dari 4 halaman

Momen Lampau

Momen Lampau © Dream

Apa yang kita pilih untuk diungkapkan kepada anak remaja akan bergantung pada apa yang ingin Anda capai. Jika tahu bahwa anak Anda sedang mengalami sesuatu dan ingin mereka terbuka tentang hal itu, coba renungkan beberapa momen pribadi Anda sendiri yang mungkin bisa dikaitkan.

" Ini mungkin terlihat seperti, 'ayah/ibu mungkin terlihat kuno dan tidak memiliki banyak petunjuk tentang dunia anak sekarang, tetapi ayah/ibu juga pernah berada di posisi kamu dan terasa sangat sulit. Berusaha empati dan merasakan apa yang dialami anak berdampak sangat besar untuk membuka komunikasi," kata Jennifer Kelman, LCSW, pakar pengasuhan anak.

Tanpa bertanya, tapi menceritakan betapa frustasinya Anda di kantor atau harus menghadapi seseorang pada anak juga bisa memancing komunikasi. Semua orang pernah menglami momen buruk, dan tidak masalah jika menceritakannya sekadar untuk menurunkan level stres. Itu ini pesannya yang perlu disampaikan pada anak remaja.

3 dari 4 halaman

Remaja Takut dengan Perubahan dan Jadi Dewasa, Apa Sebabnya?

Remaja Takut dengan Perubahan dan Jadi Dewasa, Apa Sebabnya? © Dream

Dream - Bagi Sahabat Dream yang memiliki anak remaja, mungkin kerap khawatir dengan pergaulannya. Pengaruh pertemanan dan tekanan dan anak seusianya, memiliki pengaruh besar pada psikologis remaja.

Memasuki masa remaja, anak mulai mencari jati diri dan mencoba banyak hal baru dalam kehidupannya. Tak heran kalau mereka lebih sibuk dengan kehidupannya pribadinya. Sebagai orang tua, kita harus tetap percaya dan membangun komunikasi yang baik dengan anak untuk tetap memantau perkembangan mereka.

Tahukah, ternyata tak hanya orangtua saja yang merasa khawatir dengan anak yang mulai beranjak remaja. Anak juga bisa merasakan kecemasan akan perubahan dan kenyataan bahwa mereka akan menjadi orang dewasa.

Dilansir dari Psychology Today, dalam praktik psikologi klinis, banyak remaja yang merasa takut tumbuh dewasa. Hal ini ternyata disebabkan oleh dua hal yang mendominasi pemikiran mereka tentang perubahan.

 

4 dari 4 halaman

Perhatikan Dua Hal Ini

Perhatikan Dua Hal Ini © Dream

Pertama, anak menghadapi perubahan dengan asumsi tentang apakah hal itu akan 'baik' atau 'buruk'. Banyak asumsi-asumsi yang dibuat oleh remaja bahkan yang cenderung mengarah pada hal negatif.

Banyak anak yang menganggap perubahan yang berbeda adalah sesuatu yang buruk tanpa menyadari hal positif yang diberikan. Asumsi ini kemudian mengantarkan anak pada rasa cemas yang meningkat.

Hal kedua yang menjadi penyebab masalah ini adalah remaja yang takut pada perubahan sering kali mengalami ketidakseimbangan dalam proses berpikir. Secara khusus, perubahan biasanya melibatkan dua kompenen yaitu: apa yang hilang dan apa yang kita dapat.

Para remaja cenderung fokus pada apa yang hilang. Apalagi jika apa yang mereka peroleh belum jelas atau tak bisa diketahui. Padahal fokus yang berlebihan pada kerugian justru akan membuat kita terus merasa menyesal dan mengalami kerugian yang lain.

Penjelasan selengkapnya baca di Diadona.id

Beri Komentar