Dream - Beberapa daerah di Jabotabek saat ini tengah mengalami peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD). Bukan hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak yang sistem imunitasnya cenderung sangat rendah.
Pada beberapa kasus DBD, pasien ada yang sampai mengalami syok pendarahan, bahkan meninggal dunia. Hal ini tentunya membuat banyak orang khawatir terutama para orangtua yang anaknya terkena DBD.
Saat anak terkena DBD sebenarnya kondisinya tak selalu buruk. Pada beberapa anak, gejala mereda sendiri dan tak perlu pengobatan intensif. Sementara ada juga yang harus dirawat di rumah sakit (RS) karena kondisinya cukup parah.
Biasanya, dokter akan melihat faktor risiko pasien yang terkena DBD, sebelum memutuskan butuh dirawat di RS atau tidak. Hal tersebut menurut penjelasan dr. Ade Indrisari, spesialis anak.
" Hai, apakah semua kasus demam berdarah harus dirawat di rumah sakit? Jawabannya tidak ya. Karena spektrum penyakit ini memang luas. Ada yang OTG (orang tanpa gejala-red), ada yang ringan, ada yang memang sampai berat bahkan kematian. Kita harus lebih waspada pada orang-orang yang ada faktor risiko, yaitu biasanya adalah lansia, kemudian balita, dan orang-orang dengan komorbid atau ada penyakit sebelumnya, penyakit kronis," katanya.
Ia menjelaskan sebenarnya demam berdarah hingga saat ini belum ada obat khusus untuk menanganinya. Obat yang diberikan oleh dokter pada pasien DBD baik anak maupun orang dewasa yaitu pereda nyeri, seperti paracetamol.
" Jangan aspirin, jangan ibuprofen, karena akan meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Apabila kita ada kecurigaan ke arah sana, maka hanya berikan paracetamol. Kemudian, istirahat yang cukup, kemudian cairan yang cukup, dan makan," kata dr. Ade.
Pada pasien DBD gejala khasnya yaitu demam yang cenderung tinggi di atas 39,5 derajat celcius. Bisa disertai sakit kepala, sakit di belakang mata, mual, muntah, kelenjar bengkak, nyeri sendi, tulang, atau otot, dan ruam. Hal yang harus diwaspadai pada pasien DBD adalah ketika demam turun dan memasuk fase kritis.
Masa kritis ini biasanya terjadi 24-48 jam setelah demam turun. Dalam kondisi tersebut harus waspada apabila ada tanda dan gejala seperti sakit perut yang berat, muntah terus menerus, gusi berdarah, muntah darah, napas cepat, kelelahan, atau gelisah.
" Apabila ada salah satu saja di antara gejala ini, kita harus segera membawa orang atau anak tersebut ke rumah sakit. Nah, ingat sampai saat ini tidak ada obat yang spesifik, tidak ada jamu-jamuan, atau jus jambu, semuanya ternyata terbukti belum bermanfaat," ujar dr. Ade.
Ia lebih menyarankan bagi anak-anak untuk dipakaikan lotion nyamuk sebagai pencegahan, cari yang mengandung DEET atau picaridin. Lakukan juga vaksin demam berdarah yang saat ini sudah ada dan diperuntukkan bagi usia 6 tahun sampai 45 tahun.
Sumber: IG @ade_indrisari_dr
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya