Dream - Sosok DR. dr. Tan Shot Yen,M.hum atau akrab disapa dokter Tan, selama ini begitu aktif memberikan edukasi nutrisi pada masyarakat Indonesia. Terutama pada para orangtua agar anaknya tidak mengalami masalah gizi, tumbuh kembang dan stunting.
Ahli nutrisi tersebut selalu menyoroti pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang mulai diberikan pada bayi berusia 6 bulan ke atas. Menurutnya ada beberapa kebiasaan dan makanan yang di Indonesia sering dilakukan ketika pemberian MPASI yang sebenarnya bisa berbahaya.
Hal tersebut membuat pemberian MPASI tidak tepat, penyerapan gizi tak optimal dan bisa berdampak jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak serta kesehatannya di masa mendatang.
" Memberi makan anak itu kuncinya adalah fokus di 3 hal: makanannya, anaknya dan CARA pemberian makan anaknya. Makanan harus benar kualitas dan kuantitasnya," ungkap dr. Tan dalam Instagramnya @drtanshotyen.
Ia pun mengungkap tiga hal yang lazim di Indonesia yang sebenarnya 'haram' dilakukan saat pemberian MPASI pada bayi karena bisa berbahaya bagi kesehatan anak.
Apa saja?
Selama ini saat memberikan makanan untuk bayi orangtua sering menggunakan alat makan plastik. Baik piring, gelas, sendok, mangkuk dan sebagainya. Hal ini lantaran plastik bertekstur lembut dan tidak mudah hancur ketika dilempar atau dibanting anak.
Menurut dr. Tan, plastik bukan wadah ramah pangan. Penggunaannya akan menimbulkan risiko kontaminasi senyawa bahaya dan tidak higienis. Termasuk
adanya kemungkinan mikroplastik tertelan bayi. Bila memang menggunakannya cari yang berlogo BPA (bisphenol A) free.
Ikan pindang termasuk jenis panganan laut yang banyak di jual di pasar. Rasanya gurih dan harganya juga sangat terjangkau. Menurut dr. Tan, sebaiknya bayi, anak balita bahkan orang dewasa tak mengonsumsinya. Mengapa?
" Ini bukan makan ikan tapi awetan, bukan ikan segar, risiko busuk atau tinggi garam. Buat orang dewasa saja tidak sehat, (mengandung-red) nitrosamin sebagai salah satu senyawa karsinogen (penyebab kanker-red)," ungkap dr. Tan.
Satu lagi yang juga sebaiknya tak diberikan pada bayi dan nak-anak, bahkan orang dewasa adalah telur asin. Rasanya memang enak dan gurih, tapi bisa berbahaya bagi kesehatan.
" Kadar garam tinggi, kebiasaan pangan asin dibawa hingga dewasa. Ginjal anak tidak siap mengelola pangan bergaram tinggi," tulis dr. Tan.
Menurutnya lebih baik mengonsumsi telur segar. Misalnya telur ayam atau telur bebek yang direbus.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR