Sepatu Balita (Foto: Shutterstock)
Dream - Kebutuhan alas kaki bagi anak yang berusia di bawah lima tahun (balita) harus dipenuhi dengan baik. Anak di usia tersebut baru saja lancara berjalan, banyak bereksplorasi dan pertumbuhan kakinya berkembangan pesat.
Penggunaan sepatu dan sandal, sangat penting untuk melindungi kaki si kecil dan menjaga perkembangannya agar tetap normal. Nah, dalam memilih alas kaki untuk balita, mungkin ibu seringkali tergiur dengan model atau detail yang manis.
Sebenarnya, pertimbangan utama saat memilih alas kaki bagi balita adalah kenyamanan. Selalu coba dulu ke kaki si kecil dan biarkan ia berjalan dan melangkah.
" Usahakan untuk selalu menemukan sepatu yang paling pas. Balita membutuhkan satu pasang sepatu yang benar-benar nyaman dan mampu menopang tubuhnya dan bisa dipakai sehari-hari," kata Joseph Stern, seorang dokter anak, seperti dikutip dari Today Parents.
Setiap sepatu dirancang untuk fungsi tertentu. Misalnya, sandal dirancang untuk dipakai ke pantai atau kolam renang, bukan untuk berlarian. Tulang di kaki sangat lunak pada usia balita.
" Mengenakan sepatu yang tidak dipasang dengan benar bisa merusak perkembangan kaki balita, bisa juga menambah parah kondisi kelainan tulang kaki seperti flat feet," ujar Stern.
Ia mengingatkan orangtua untuk mencari sepatu balita yang memiliki bagian depan lebar, berbentuk bulat atau persegi yang mengikuti bentuk kaki. Pastikan ada ruang memadai agar jari-jari anak tidak terjepit.
Materialnya juga harus memungkinkan sirkulasi udara agar kulit bisa 'bernapas'. Bagian bola kakinya juga pastikan dalam kondisi lentur agar anak bisa mengegrakan kaki dengan nyaman. Sebagai pengencang, bisa cari sepatu yang memiliki velcro, karena anak biasanya belum bisa mengikat tali sepatu dengan benar.
Dream - Anak sudah lincah dan pintar berbicara, apa sudah saatnya mereka masuk sekolah? Eits, belum tentu. Menurut Psikolog anak dan keluarga, Rosdiana Setyaningrum, anak bisa bersekolah ketika mereka sudah mandiri.
Menurutnya, anak yang mandiri adalah anak yang sudah bisa melakukan hal kecil sendiri, seperti bisa kenali hasrat buang air dan makan sendiri. Rosdiana memaparkan, kemandirian anak terbentuk saat mereka menyentuh usia dua tahun. Hal yang juga sangat penting adalah memilih sekolah yang tepat.
" Umur dua itu kan harusnya dia udah bisa mulai lumayan bisa makan sendiri. Sebenarnya yang penting bukan umurnya tapi pilihan sekolahnya," kata Rosdiana dalam acara talkshow bersama S-26 Procal Gold, di Soehanna Hall, Jakarta, Kamis, 19 September 2019.
Pilih sekolah yang memiliki metode bermain sambil belajar. Bukan hanya menekankan pada aspek akademik. Nah, cara belajar anak balita yang paling ideal adalah dengan metode yang mengembangkan sensorisnya. Seperti bermain, bernyanyi, menari, dan aktivitas lain yang mengharuskan bergerak.
Rosdiana sangat melarang untuk menyekolahkan anak di sekolah yang hanya duduk diam dan menulis. Hal ini dikarenakan anak balita, sedang mengembangkan kemampuan otak kanannya.
Untuk kembangkan kerja otak kanan, anak membutuhkan aktivitas yang bergerak dan kreatif. Saat inilah sangat dianjurkan anak untuk mempelajari olahraga, musik, ataupun seni. Hal yang perlu diperhatikan lainnya adalah untuk menyekolahkan anak di sekolah yang dekat dari rumah.
" Ada beberapa persiapan harus kita lihat kalau untuk si anak kita yang lebih kecil ini. Misalnya, seberapa jauh dari rumah, kalau terlalu jauh kan kasian ya nanti," ujar Rosdiana.
Keamanan sekolah juga menjadi poin penting yang wajib diperhatikan. Seperti yang kita pahami, anak belum mampu menjaga dirinya dengan baik.
Oleh karena itu, pastikan guru di sekolah memiliki kepedulian yang tinggi terhadap anak. Perhatikan juga pendekatan guru terhadap anak. Apakah mengasyikkan atau membosankan?
Menurut Rosdiana, anak umur dua tahun hanya memiliki waktu fokus selama dua menit. Maka dari itu, pembelajaran yang aktif, menyenangkan, dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak sangat dibutuhkan.
" Dua tahun kan berarti paling dia fokus dua menit ya, jadi jangan suruh duduk, diem, gitu. Banyak eksplorasi itu akan menjadi satu simulasi yang baik juga," ungkap Rosdiana.
Sementara, menurut pakar neurologi Anak, Attila Dewanti, menyekolahkan anak saat dini tidak bisa dipaksakan. Orangtua harus terlebih dahulu paham tahapan anak dan perkembangannya.
Laporan: Keisha Ritzska Salsabila
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak