Dream - Pada beberapa situasi, emosi orangtua ketika menghadapi anak yang sulit diatur, membantah atau tak mau mendengarkan, bisa sangat tidak terkontrol. Banyak yang 'kelepasan' berteriak atau membentak anak, sampai membuatnya takut bahkan trauma.
Tentunya setelah kejadian tersebut, hubungan dengan anak jadi seperti 'perang dingin. Ada juga yang bahkan tak berkomunikasi sama sekali. Sebagai orangtua tentunya kita harus lebih bijak dalam situasi tersebut.
Tak bisa dipungkiri, saat 'kelepasan' kita jadi merasa sangat bersalah. Penting bagi ayah bunda untuk kembali membangun bonding atau kedekatan dengan anak setelah berkonflik.
Jangan sampai kondisi tersebut dibiarkan karena bisa berdampak buruk pada psikologis buah hati hati, termasuk juga hubungan dengannya.
" Daripada sibuk menyalahkan diri sebaiknya kita berusaha konsisten memperbaiki sepcial bonding dengan anak yang mungkin jadi 'rusak' akibat kelepasan," ungkap Audrey Susanto, seorang psikolog anak dan keluarga.
Menurut Audrey ada lima hal yang bisa dilakukan Ayah Bunda setelah berkonflik besar dengan anak, yaitu regulate reconcile relate, reason dan reflect. Yuk kita bahas satu persatu.
Jangan mendekati anak ketika empsi masih tinggi. Tenangkan diri lebih dulu. Ayah atau bunda bisa ambil jeda sejenak. Kelola emosi diri lebih dulu, setalah itu baru kemudian bantu anak mengenali dan meregulasi emosinya.
" Ketenangan bisa menular dan anak belajar paling cepat dengan meniru," ungkap Audrey.
Ayah bunda juga harus mengakui kesalahan dan minta maaf ke anak. Jangan membenarkan sikap yang tidak bisa mengontrol emosi. Hindari membuat anak merasa harus bertanggung jawab atas emosi yang kita rasakan. Lakukan semacam rekonsiliasi atau pendekatan.
Hindari kalimat menyalahkan, contohnya " Maaf ya papa/ mama kelepasan abisnya kamu sih buat mama marah, makanya besok nurut ya" .
Buat situasi yang membuat orangtua dan anak tetap terkoneksi, yaitu dengan saling memahami emosi. Orangtua bisa memvalidasi emosi anak.
Bisa buka diskusi atau ajukan pertanyaan, " kamu sedih ya karena tadi ibu marah sama kamu?" .
Bila anak sudah lebih tenang, ibu bisa membangun relasi kembali dengan main bersama.
Ungkapkan reason atau alasan, yang memicu emosi ayah dan ibu pada anak.
Berikan juga pengertian apa yang sebenarnya ayah atau bunda ingin anak lakukan.
Contohnya, 'sekolah kamu kan mulai jam 8 jadi kita perlu berangkat jam 7. Hal ini biar kamu gak terlambat dan dihukum. Ada ide gak supaya gak terlambat lagi?'
Penting juga untuk melakukan merefleksi diri ketika marah besar pada anak.
'Coba tanyakan pada diri, apa penyebab aku kelepasan ya, apa yang terjadi sebelum aku marah ke anak. dengan mengetahui pemicunya, ayah bunda dapat belajar untuk lebih berhati-hati ketika mengalami kejadian serupa," pesan Audrey.
Sumber: IG @audreytsusanto
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`