Ibu Dan Anak/ Foto: Shutterstock
Dream - Mengasuh anak dibutuhkan kesabaran dan pengertian tingkat tinggi. Seringkali emosi orangtua terpancing dan akhirnya suara yang keluar untuk mengingatkan anak meninggi, berupa bentakan.
Hal tersebut memang wajar, tapi sebisa mungkin sebaiknya ayah dan bunda juga berusaha untuk menguranginya. Seperti kita tahu, bentakan bisa berdampak besar terhadap psikologis anak bukan hanya jangka pendek, tapi juga jangka panjang.
Devi Sani, seorang psikolog profesional, menjelaskan kalau orangtua bisa belajar mengontrol amarah ke anak. Marah sewajarnya dan tidak berlebihan. Ada hal yang harus selalu diingat jika anak, terutama yang masih duduk di usia SD, SMP atau SMA, memancing emosi.
" Tiap kali menemmukan diri ini teriak atau memperlakukan anak seenaknya, disarankan untuk langsung stop, drop, breathe. Sesekali ucapkan mantra-mantra seperti 'anak kita memang otak bagian sabar belum seberkembang itu, makanya dia seperti ini'. Tolak keinginan tubuh untuk segera bertindak saat lagi marah," ungkap Devi dalam akun Instagramnya @devisani.
Bila tiga langkah stop, drop, breathe, makin sering dipraktikkan makin mudah untuk dilakukan. Hal ini karena " jalur otak" yang sedang dipenuhi emosi, langsung pindah ke mode stop, drop, breathe. Begitu kemarahan muncul kembali, maka lama kelamaan mulai terbentuk.
" Saat kita lebih memilih stop, drop, breathe, kita kasih kesempatan otak kita untuk ter-hijack dengan rasa 'harus bertindak sekarang juga'. Jadi memang pilihannya ada di kita. Mau langsung memiliki ke stop drop breathe atau langsung mau ter-hijack dengan rasa panik: aku harus bereaksi sekarang juga," ungkapnya.
Tak mudah memang melakukannya, dan harus dilatih terus menerus. Penting diingat, saat kita ada di persimpangan pilihan mau melanjutkan marah atau berusaha tenang, terjadinya hanya sepersekian detik.
" Tapi pilihan ini amat menentukan bagaimana kita merasa feel good akan pengasuhan kita," pesannya.
Dream - Mengenali emosi dan mengendalikannya bukanlah hal mudah. Orang dewasa masih sering kesulitan untuk menjaga emosinya dalam keadaan stabil. Bisa dibayangkan pada anak-anak yang tumbuh kembang fisik, kognitif dan psikologisnya masih berproses.
Mereka kerap mengamuk dan tak tahu cara meredakan emosinya. Peran orangtua sangat besar dalam mengajarkan kendali emosi pada anak-anaknya. Sebelum mengajarkan kontrol emosi, lebih dulu pastikan orangtua memiliki kemampuan untuk meregulasi emosinya sendiri.
“ Agar anak bisa meregulasi emosinya, orangtua harus lebih dahulu bisa meregulasikan emosinya," kata Gianti Amanda, M. Psi. T., Montessori, Dipl, dalam webinar yang digelar aplikasi TentangAnak bertajuk “ Cegah dan Atasi Tantrum Pada Anak" , 24 Agutus 2022.
Regulasi emosi adalah kemampuan yang kita miliki untuk bisa mengatur emosi. Hal ini agar kita terlarut dalam emosi yang dirasakan. Penting bagi orangtua mempelajari hal tersebut, baru setelahnya mencontohkan anak bagaimana bersikap ketika berbagai emosi bermunculan.
Langkah selanjutnya adalah memperkenalkan anak beragam emosi. Seperti sedih, marah, kesal, gembira, takut, cemas dan sebagainya. Salah satu cara untuk mengenalkan emosi adalah menggunakan buku.
" Dengan memperkenalkan anak terhadap berbagai emosi dan cara mengaturnya, hal ini akan meningkatkan kecerdasan emosional anak," kata Gianti.
Untuk memicu para orangtu lebih aktif dalam membangun kecerdasan emosi anak-anaknya, aplikasi TentangAnak baru mendistribusikan 500 buku pada anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jakarta.
" Kami berharap dengan sedikit memberikan dukungan melalui pemberian buku untuk PAUD di Jakarta bersama Bu Fery, buku seri 'Kenali Emosi' ini dapat dinikmati oleh lebih banyak anak dan yang paling penting dapat meningkatkan minat baca mereka sejak usia dini," kata dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, spesialis anak, Founder & CEO Tentang Anak.
Dalam kesempatan tersebut juga hadir istri Gubernur DKI Jakarta, Fery Farhati, S.Psi., M.Sc. , Bunda PAUD dan Ketua TP PKK DKI Jakarta, yang juga membawa pesan penting bagi orangtua dan anak-anak.
" Kita sama-sama memahami bahwa kecerdasan literasi adalah salah satu kebutuhan dan keterampilan yang perlu dimiliki anak untuk menghadapi masa depannya. Sebanyak 500 buku yang disumbangkan akan kami distribusikan kepada anak-anak PAUD di Jakarta. Semoga ke depannya, lebih banyak anak-anak Indonesia yang bisa menggemari kegiatan membaca," ujar Fery.
Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita
Advertisement
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Menanti Babak Baru Kabinet: Sinyal Menkopolhukam Dirangkap, Akankah Panggung Politik Berubah?
Presiden Prabowo Subianto Reshuffle Kabinet, 5 Menteri Diganti dan Lantik 1 Menteri Baru