Ilustrasi
Dream - Berkonflik atau adu argumentasi dengan anak tidak dapat dihindari. Terutama ketika mereka beranjak dewasa dan sudah bisa memiliki keinginan sendiri dan membuat keputusan besar akan hidupnya.
Saat berdebat dan emosi tak terkendali di hadapan anak, sebaiknya langsung tenangkan diri atau menghindar. Jangan sampai terucap sumpah atau doa-doa buruk yang keluar dari mulut untuk anak. Hal ini karena doa orangtua untuk anak-anaknya bisa dikabulkan Allah SWT dengan mudah.
Dikutip dari KonsultasiSyariah.com, doa orangtua untuk anaknya adalah mustajab. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Artinya: Ada tiga doa yang pasti terkabul : (1) Doa buruk orangtua kepada anaknya. (2) Doanya musafir. (3) Doanya orang yang terdzolimi. (HR. Tirmidzi, dinilai Hasan oleh Syekh Albani).
Pada dasarnya, doa orangtua untuk anaknya adalah mustajab. Meski demikian, Rasulullah SAW melarang para orangtua, mendoakan keburukan untuk buah hatinya.
Jika doa itu terkabul, satu saja kemungkinan rasa yang akan kita alami, yaitu penyesalan. Adanya ancaman berat yang berbunyi: jika saja doa itu menepati waktu mustajab, Allah akan kabulkan doa itu, sehingga yang terjadi hanya penyesalan. Hal tersebut menunjukkan, bahwa larangan dalam hadis di atas bermakna haram. Sebagaimana disimpulkan demikian oleh Syekh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah,;
Artinya: Doa-doa keburukan seperti ini hukumnya haram. Karena bisa jadi menepati saat Allah mengabulkan doa sehingga itu terkabul. (Syarah Riyadussholihin, Ibnu Utsaimin, 6/51).
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Orangtua memiliki kecenderungan untuk memberikan hal terbaik bagi anak. Hal itu pula yang membuat ayah maupun bunda penuh semangat untuk mencari materi agar anak bisa mendapatkan fasilitas terbaik.
Satu hal yang perlu diingat kalau anak tak hanya membutuhkan materi. Ada hal yang justru sangat dibutuhkannya yaitu sosok teladan yang baik dan mengajarkan adab dan norma berdasarkan tuntutan Islam, seperti Rasulullah.
Imam Zakiyudin Abdul Azhim Al-Mundziri, At-Targhib wat Tarhib minal Haditsits Syarif, menyebutkan keutamaan orangtua dalam mendidik anak dan menanamkan norma-norma. Al-Mundziri mengutip sejumlah hadits Rasulullah SAW perihal keutamaan pendidikan orangtua terhadap anaknya.
Al-Mundziri mengutip tiga hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah perihal pendidikan anak. (Zakiyuddin Abdul Azhim Al-Mundziri, At-Targhib wat Tarhib, [Beirut, Darul Fikr: 1998 M/1418 H], juz III, halaman 41).
Pada riwayat At-Tirmidzi ini, Rasulullah SAW menyebutkan keutamaan pahala orangtua mengajarkan adab dan norma-norma pada anaknya. Rasulullah menyebutkan satu pelajaran adab yang diberikan kepada anak lebih baik daripada ibadah sedekah makanan pokok seberat 1 sha atau setara 2,7 kilogram gandum.
Artinya, “ Dari sahabat Jabir bin Samurah ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Pengajaran seseorang pada anaknya lebih baik dari (ibadah/pahala) sedekah satu sha,’” (HR At-Tirmidzi).
Orangtua lazimnya memberikan banyak hal terhadap anaknya, makanan, pakaian, atau mainan. Tetapi pemberian terbaik orang tua kepada anaknya adalah penanaman norma, etika dan moral sebagaimana hadits riwayat At-Tirmidzi berikut ini.
Artinya, “ Dari Ayyub bin Musa, dari bapaknya, dari kakeknya, Rasulullah saw bersabda, ‘Tiada pemberian orang tua terhadap anaknya yang lebih baik dari adab yang baik,’” (HR At-Tirmidzi).
Pada riwayat Ibnu Majah, Rasulullah saw memerintahkan para orang tua untuk memuliakan anak-anaknya karena anak-anak adalah anugerah sekaligus amanah dari Allah. Rasulullah juga memerintahkan kepada para orangtua untuk menanamkan etika dan adab sebagai dasar pengasuhan anak.
Artinya, “ Dari sahabat Abdullah bin Abbas ra, dari Rasulullah saw bersabda, ‘Muliakanlah anak-anakmu, perbaikilah adab mereka,’” (HR Ibnu Majah).
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Pola pengasuhan anak yang diterapkan orangtua memang berbeda-beda. Ada yang lembut, keras, penuh disiplin atau perpaduan di antara hal tersebut. Satu hal yang harus selalu diingat, buah hati merupakan amanah dari Alalh SWT yang harus dijaga dan diasuh dengan baik.
Kelak, para orangtua akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Dalam hal mengasuh anak, KH. Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha mengingatkan kebiasaan para Nabi, yaitu memuliakannya.
(Gus Baha)
Dikutip dari tulisan Rifqi Fairuz di Islami.co, memuliakan artinya hubungan antara orangtua dan anak itu saling menghormati, sehingga hubungan antara orang tua dan anak itu senang dan nyaman di antara kedua belah pihak. Al-Quran sudah mengabadikan perihal memuliakan anak ini dalam surat Maryam ayat 12-13:
Artinya: " Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak, dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa" .
Gus Baha menekankan redaksi kata hanan di ayat tersebut. Beliau menjelaskan bahwa arti kata hanan di sini adalah bermakna sifat aris, sifat senang dan menciptakan suasana nyaman. Hal itulah yang harus dijadikan landasan hubungan anak dan orangtua.
Mengapa memuliakan anak menjadi penting? Jangan sampai karena orangtua terlampau keras, sehingga anak jadi kecewa dengan sistem Islam yang diterapkan keluarganya sendiri. Sebab anak adalah harapan orangtua untuk melanjutkan kalimat tauhid ke generasi dan keturunan selanjutnya di masa depan.
Gus Baha mengutip doa Nabi Zakaria ketika memohon kepada Allah supaya dikaruniai keturunan sebagaimana tertera di surat Maryam ayat 4:
Artinya: " Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu, yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridai.”
Ayat tersebut merupakan doa Nabi Zakaria yang meyakini bahwa anak merupakan pewaris kalimat tauhid dan ajaran Islam di masa mendatang. Lebih lanjut, Gus Baha menyebutkan bahwa amal saleh yang dilakukan anak sendiri jauh lebih memberi pahala bagi kita, dibandingkan amal saleh dari santri atau murid.
“ Jadi, di antara adabnya para nabi itu adalah memuliakan anak. Karena anak itu yang kelak lebih panjang waktunya untuk membawa kalimat tauhid," ujarnya.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN