Murid SMA/ Foto: Shutterstock
Dream - Kebijakan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat yang mewajibkan pelajar SMA untuk masuk sekolah jam 5 terus mendapat kritikan dari berbagai pihak. Alasan Viktor menerapkannya adalah untuk mengasah kedisiplinan, tapi kebijakan ini diterapkan tanpa basis studi yang memadai.
Kebijakan masuk sekolah ketika masih pagi buta ini, juga mendapat sorotan dari dokter spesialis anak, yaitu dr. Shela Sundawa dan dr. Yuni Astria. Lewat Instagram, keduanya mengingatkan kalau anak-anak usia 0 hingga 18 tahun masih dalam tahapan tumbuh kembang dan membutuhkan durasi tidur yang cukup.
" Anak membutuhkan tidur untuk memulihkan mengistirahatkan dan memperbaiki fungsi tubuh. Tidur yang cukup dan berkualitas berdampak positif pada kualitas hidup, ingatan fokus perhatian dan perilaku anak-anak. Termasuk bagi optimalisasi produksi hormon pertumbuhan," ungkap dr Shela.
Sebelum sekolah mereka harus bersiap-siap, beribadah pagi, belum lagi jika jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh. Minimal anak harus bangun tidur satu jam sebelum masuk sekolah.
Jam belajar yang sangat pagi, berisiko membuat anak kurang tidur. Saat anak tak tidur cukup justru penyerapannya akan pelajaran di sekolah sangat kurang.
" Bukti menunjukkan bahwa kurang tidur memiliki potensi berbahaya pada pembelajaran, ingatan, perhatian, konsentrasi, suasana hati, kesehatan dan kualitas hidup," tulis dr. Yuni.
Kurang tidur juga berkaitan erat dengan penambahan berat badan, obesitas, diabetes, depresi dan daya tahan tubuh yang kurang. Bila anak kurang tidur maka siang hari anak mudah mengantuk sehingga berpengruh terhadap aktivitas di sekolah dan sebabkan gangguan belajar
" Tidur adalah salah satu kebutuhan penting seorang anak agar tumbuh kembangnya optimal. Apabila jumlah waktu tidur anak sering tidak mencukupi, maka dapa berpengaruh kepada banyak hal termasuk kemampuan menerima pelajaran, fokus di sekolah, mood dll," pesan dr. Shela.
Sumber: Instagram @oxfara dan Instagram @bernadetteyuni
Dream - Seiiring bertambahnya usia anak, pola asuh orangtua akan berbeda. Tetnunya kita tak bisa bersikap seperti ketika anak balita, saat mereka sudah memasuki usia sekolah dasar.
Begitu pun ketika anak beranjak remaja, sikap dan pemikirannya akan jauh berbeda. Seringkali orangtua lupa hal tersebut dan tak menyesuaikan diri dengan perubahan anak.
Sebuah penelitian terhadap 1.000 orangtua dari remaja mengungkap, sebanyak 75% orangtua berpendapat bahwa usia 13-19 adalah tahun-tahun paling menantang dalam membesarkan anak-anak, dengan satu dari tiga (32%) mengakui bahwa mereka “ tidak siap" .
Ternyata mengasuh remaja tidak semudah yang dipikirkan orangtua. Ada momen yang paling menguras emosi dan dianggap memicu stres tinggi pada orangtua. Apa saja?
1. Menghadapi Perubahan Suasana Hati Remaja
Perubahan suasana hati atau mood anak remaja adalah hal yang paling menantang. Remaja bisa diam saja, menarik diri, selalu membantah dari yang awalnya bersikap baik namun moodnya berubah drastis. Hal ini jadi kondisi yang sering terjadi.
Kabar baiknya adalah seiring bertambahnya usia remaja, penelitian menunjukkan bahwa mereka mendapatkan kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan emosi. Konflik dengan orangtua mereda dan mereka umumnya belajar cara yang lebih adaptif untuk menghadapi suasana hati mereka.
Membantu anak remaja mereka membuat pilihan hidup yang penting membuat mereka stres. Apa yang membuat masalah ini semakin menantang adalah bahwa selama masa remaja, anak-anak harus membuat keputusan yang tak terhitung banyaknya tentang sekolah, teman-teman mereka, dan masa depannya.
Faktanya di usia remaja, bagian otak yang mengontrol pengambilan keputusan tidak sepenuhnya berkembang sampai awal masa dewasa. Dengan demikian, otak remaja yang sedang berkembang menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar untuk membuat keputusan yang buruk dan kurang mampu mempertimbangkan konsekuensi dari pilihan mereka.
Menahan komentar, mencegah hal buruk, dan membiarkan anak remaja mereka melakukan kesalahan sendiri juga sangat memicu stres orangtua. Para ahli setuju itu adalah bagian penting dari perkembangan remaja. Membiarkan anak-anak belajar dari kesalahan mereka membantu membangun ketahanan dan sangat penting bagi perkembangan kemampuannya menangani masalah.
4. Perubahan Hormon
Adanya perubahan hormon merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan seksual remaja. Lonjakan hormon menguasai tubuh mereka dan memengaruhi segalanya mulai dari emosi dan suasana hati hingga perasaan seksual dan perilakunya. Beberapa orang tua mengakui bahwa ketika anak mereka memasuki masa remaja, rasanya seperti mengasuh anak yang sama sekali berbeda.
Dalam situasi ini penting untuk memperhatikan asupan gizinya setiap hari. Beri makanan kaya protein sehat dan pastikan anak memiliki aktivitas fisik yang baik. Sangat dianjurkan mereka memiliki jadwal olahraga rutin, seperti futsal, basker, ikut dance class dan semacamnya. Hal ini sangat membantu membuat mood remaja jadi lebih baik.
Sumber: RaisingTeenToday
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN