Menguak Arti Mimpi Hamil dalam Islam

Reporter : Mutia Nugraheni
Selasa, 5 Januari 2021 12:05
Menguak Arti Mimpi Hamil dalam Islam
Mimpi dalam Islam terbagi ke dalam tiga kategori.

Dream - Kehamilan kerap disambut penuh dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Terutama pada pasangan yang sudah menikah selama bertahun-tahun dan mengharapkan kehadiran momongan. Bagaimana jika kehamilan muncul dalam mimpi?

Islam memiliki pandangan tersendiri soal mimpi, khususnya mimpi mengalami kehamilan. Dikutip dari BincangSyariah, mimpi dalam Islam terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, mimpi yang berasal dari Tuhan (al-rukyah minallah) dan inilah mimpi yang benar.

Kedua, mimpi dari setan (al-rukyah minasy syaithan) biasanya berupa hal-hal yang menyeramkan atau tidak diinginkan. Ketiga, yang terakhir adalah mimpi yang berasal dari diri kita sendiri (hadits al-nafs).

Mimpi yang berasal dari diri sendiri misalnya ketika kita sedang menikmati sebuah tontonan televisi di dunia nyata, dan terbawa sampai ke dalam mimpi. Itulah yang biasanya menjadi hadits al-nafs.

 

1 dari 5 halaman

Makna Mimpi Hamil

Makna Mimpi Hamil © Dream

Berkaitan dengan mimpi hamil terdapat sebuah pendapat yang berasal dari Abu Bakar Muhammad bin ‘Umar al-Ihsa’i dalam Jami’ Tafasir al-Ahlam yang menyebutkan:

Jami Tafasir


Adapun mimpi hamil jika hal itu dialami oleh perempuan, maka itu adalah pertanda akan bertambahnya harta atau rezeki, sebaliknya jika dialami oleh laki-laki maka itu adalah pertanda akan munculnya kesedihan.

Ada pula yang berpendapat bahwa mimpi hamil adalah petunjuk akan hadirnya kenikmatan dan harta di dunia nyata, sama saja baik yang memimpikannya adalah laki-laki atau perempuan.

Pendapat lain juga mengatakan hal yang sama, bahwa mimpi hamil, siapapun yang memimpikannya, baik itu laki-laki atau perempuan maka sama-sama menunjukkan makna kebaikan dalam kondisi apapun. Bila seseorang melihat binatang yang hamil, maka itu pertanda bahwa akan hadirnya kemanfaatan dan kebaikan, khusus apabila binatang tersebut ia sukai.

Penjelasan selengkapnya baca di sini

2 dari 5 halaman

Hukum Islam Memberi Nama Anak Saat Masih dalam Rahim

Hukum Islam Memberi Nama Anak Saat Masih dalam Rahim © Dream

Dream - Persiapan orangtua menyambut anak yang akan lahir tentunya sangat banyak. Salah satunya menyiapkan beberapa nama, terutama jika jenis kelamin janin sengaja dijadikan kejutan.

Ada juga orangtua yang sudah memberi nama jauh-jauh hari, bahkan sebelum bayi lahir ke dunia. Nama ini bahkan sudah disepakati oleh ayah dan ibu. Dalam Islam, sebenarnya diajarkan untuk memberi nama setelah bayi lahir.

Dikutip dari BincangSyariah.com, alam kitab Tuhfatul Maudud, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menegaskan kebolehan memberikan nama, baik pada saat baru dilahirkan, saat usia tiga hari, tujuh hari bahkan boleh memberikan nama pada anak sebelum anak tersebut dilahirkan. Beliau berkata sebagai berikut;

Kitab Tuhfatul Maudud


Artinya:

Pada hakikatnya pemberian nama berfungsi untuk menunjukkan identitas penyandang nama, karena jika ia didapati tanpa nama berarti ia tidak memiliki identitas yang dengannya ia bisa dikenali. Oleh karena itu, namanya boleh diberikan pada hari kelahirannya, boleh juga ditunda hingga hari ketiga atau pada hari akikahnya, boleh juga sesudah hari akikah atau sebelumnya. Jadi, waktu pemberian nama sangat longgar tidak memiliki batasan.

 

3 dari 5 halaman

Akikah

Akikah © Dream

Islam memang membolehkan anak boleh diberi nama saat masih dalam kandungan, namun sebaiknya anak diberi nama setelah dilahirkan. Jika anak tersebut tidak akan segera diakikahi dalam waktu tujuh hari, maka ia dianjurkan untuk segera diberi nama pada saat ia baru dilahirkan.

Ini berdasarkan hadis riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW berkata;

Sabda Nabi Muhammad

Pada suatu malam, aku dianugrahi seorang anak laki-laki dan aku memberinya nama dengan nama ayahku, yakni Ibrahim.

Jika anak akan segera diakikahi, maka dianjurkan untuk memberi nama anak pada saat akikah atau setelah akikah. Penjelasan selengkapnya baca di sini.

4 dari 5 halaman

Islam Gambarkan Buah Hati Merupakan Perhiasan Orangtua, Simak Penjelasannya

Islam Gambarkan Buah Hati Merupakan Perhiasan Orangtua, Simak Penjelasannya © Dream

Dream - Nilai-nilai Islam harus senantiasa jadi panduan dan pedoman dalam tiap aspek kehidupan. Termasuk dalam berkeluarga dan mengasuh putra putri tercinta. Hadirnya buah hati dalam sebuah keluarga, merupakan amanah.

Tak hanya itu, anak juga bisa jadi penenang dan penyejuk hati serta perhiasan orangtuanya. Dalam al-Quran Allah menjelaskannya dalam QS. al-Kahfi[18] ayat 46:

Alkahfi

Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. ( QS. al-Kahfi[18] ayat 46)

Dikutip dari Bincang Muslimah, menurut al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi harta merupakan sebuah perhiasan meskipun tidak mempunyai anak, dan bukan sebaliknya. Beliau menjelaskan orang yang mempunyai anak sedang ia tidak mempunyai harta maka orang itu berada dalam kesengsaraan dan kemelaratan.

 

5 dari 5 halaman

Anak dan Perhiasan Memiliki Persamaan

Anak dan Perhiasan Memiliki Persamaan © Dream

Maka, diantara keduanya haruslah seimbang agar jauh dari kemelaratan. Pendapat al-Maraghi ini menunjukkan bahwasanya orangtua dilarang menelantarkan anak dan wajib memenuhi kebutuhan anak.

Sementara menurut Hamka dalam Tafsir al-Azhar ini merupakan ayat rayuan yang sangat indah. Allah SWT memberi peringatan bahwa harta dan anak itu memanglah perhiasan yang sangat indah. Namun sayang, perhiasan indah itu hanyalah bersifat sementara karena memiliki batasan waktunya.

Dalam tafsir Kemenag (Dapartemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya: 2006), ayat ini mengabarkan kepada kita semua bahwasanya anak merupakan perhiasan yang harus dijadikan jalan bagi orangtua untuk melakukan amal saleh yang akan mengantarkan kepada ridho Allah SWT.

Jika orangtua memperlakukan anak dengan cara yang tidak baik dan tidak mengundang pahala serta ridho Allah SWT maka kehadiran anak akan berubah menjadi sebuah cobaan.

Allah telah menjelaskan yang menjadi kebanggaan manusia di dunia ini ialah harta benda dan anak-anak, karena manusia sangat memperhatikan keduanya. Banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang terhormat kepada orang yang memilikinya. Sebaliknya, juga dapat menjadikan seseorang takabur dan merendahkan orang lain.

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

Beri Komentar