Dream - Bagi banyak orang, anak dianggap akan membuat suasana rumah jadi lebih ramai dan hangat. Satu hal yang mungkin tak banyak disadari para orangtua, saat mengasuh anak, justru sering muncul perasaan kesepian baik pada ayah maupun ibu.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Ohio State University Wexner Medical Center, saat ini lebih banyak orangtua yang mengalami kesepian. Survei tersebut dilakukan pada 1.000 orang.
Dari survei diketahui ekitar dua pertiga orangtua (66%) mengatakan bahwa mengasuh anak terkadang atau bahkan sering kali merasa kesepian.
Lalu sebanyak 62% mengatakan mereka merasa jenuh dengan kewajiban sebagai orangtua dan 38% mengatakan mereka tidak mendapat dukungan dalam peran mereka sebagai orangtua.
Jamie Sorenson, MD, seorang psikiater yang mengkhususkan diri pada masalah perempuan dan keluarga, mengatakan bahwa dia sering berbicara dengan para ibu yang menderita kesepian.
Menurutnya, keluarga muda yang tinggal jauh dari orangtua mereka, salah satu penyebabnya. Mereka tidak punya support system yang dekat dan bisa diandalkan setiap saat.
“Saya pikir generasi kita telah terbuai dengan mimpi bahwa untuk menjadi sukses dan bahagia kita harus pindah ke kota besar yang memiliki pekerjaan penting dan menjadi sangat mandiri,” kata Sorenson
Merasa jauh dari keluarga dan dukungan saat membesarkan anak, yang merupakan pemicu stres besar menempatkan seseorang pada rasa kesepian dan masalah kesehatan mental. Gaya hidup modern dan biaya hidup yang mahal juga jadi pemicunya.
Kate Gawlik, DNP, seorang profesor kesehatan klinis di The Ohio State University College of Nursing, mengatakan bahwa beberapa temuan survei mencerminkan isolasi pascapandemi.
“Teknologi dan pandemi memiliki dampak jangka panjang terhadap cara kita hidup dan bekerja. Faktor-faktor seperti peningkatan mobilitas, jam kerja yang lebih panjang, dan urbanisasi di pinggiran kota telah melemahkan rasa kebersamaan di beberapa daerah,” ujar Gawlik.
Lalu ada media sosial. Gawlik mengatakan hal itu dapat memperburuk perasaan kesepian dengan mengembangkan perbandingan yang tidak realistis dengan orang lain.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa meskipun konektivitas online kita yang tiada habisnya dapat membuat merasa seperti saling terhubung, koneksi tersebut malah terasa palsu. Membuat insecure dan para orangtua jadi tak percaya diri dan malas berinteraksi. Ditambah kesibukan pekerjaan dan rumah tangga yang membuat ayah dan ibu seakan tak punya waktu untuk sosialisasi.
Sumber: Parents