Rambut Balita
Dream - Kondisi rambut tiap orang berbeda-beda, termasuk rambut bayi. Beberapa balita dan bayi memiliki rambut yang sangat tipis. Setelah dicukur habis, rambut yang tumbuh pun sangat sedikit.
Hal ini mungkin menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran orangtua. Ada yang mengolesinya dengan minyak kemiri, atau ramuan lain agar rambut anak tumbuh dengan hitam dan lebat.
Sebenarnya, ada banyak faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan rambut anak. Apa saja?
Genetik
Dikutip dari KlikDokter, menurut dr. Dyah Novita Anggraini, faktor yang paling memengaruhi kondisi rambut anak adalah genetik yang diwariskan dari kedua orangtua.
“ Jika ayah dan ibu termasuk orang dengan rambut yang tipis atau tidak lebat, maka anak yang dilahirkan juga mungkin akan mengalami kondisi serupa,” kata dr. Dyah Novita.
Rambut Rontok
Selama enam bulan pertama kehidupan, kebanyakan bayi akan kehilangan rambutnya secara perlahan-lahan. Kondisi ini adalah fase pergantian, dari rambut bayi ke rambut dewasa.
Kondisi ini tergolong normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Meski demikian, Anda tetap harus waspada. Sebab pada beberapa anak, fase pergantian rambut bayi ke dewasa tidak melulu berjalan dengan mulus.
© Dream
Infeksi Jamur
Infeksi jamur dapat menyebabkan kerontokan rambut pada bayi dan anak. Tinea capitis, sejenis kurap, dapat menyebabkan balita kehilangan sebagian besar rambut di bagian belakang kulit kepalanya. Kasus dermatitis seboroik yang parah atau cradle cap juga dapat menyebabkan kerontokan rambut pada balita.
Alopecia Areata
Gangguan autoimun ini dapat menyebabkan kebotakan total pada kulit kepala anak. Kondisi ini tidak bisa diobati, tetapi rambut masih mungkin untuk bisa tumbuh kembali dalam waktu satu tahun.
Kekurangan Gizi
Gizi yang baik sangat penting untuk tubuh yang sehat. Ketika anak-anak tidak mendapatkan cukup vitamin, mineral, dan protein, rambut mereka bisa rontok. Rambut rontok bisa menjadi tanda kelainan makan, seperti anoreksia dan bulimia, serta efek samping dari pola makan vegetarian atau vegan yang rendah protein. Secara spesifik, rambut balita tipis dapat menjadi tanda bahwa si kecil kekurangan zat besi, zink, niacin, biotin, serta protein dan asam amino.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
© Dream
Dream - Anak-anak terutama yang berusia di bawah lima tahun (balita) penuh rasa penasaran. Satu hal yang kerap membuat mereka selalu ingin tahu adalah lubang hidung dan isi di dalamnya.
Saat anak mulai tahu kalau lubang hidungnya bisa dimasuki jari dan di dalamnya terdapat kotoran, biasanya akan makin penasaran. Anak pun melakukannya setiap saat, termasuk di depan publik. Kebiasaan mengupil tentunya tidak baik.
Sejak usia muda, anak-anak akan mengorek atau menyodok hidung mereka karena berbagai alasan. Balita cenderung melakukan ini ketika penasaran dengan tubuhnya.
" Mereka menemukan sebuah lubang, jadi mereka ingin menjelajahinya," kata Jaime Friedman, M.D., seorang dokter anak yang berbasis di San Diego dan juru bicara American Academy of Pediatrics, dikutip dari Parents.
Anak-anak yang lebih besar mungkin mengorek hidung mereka untuk membersihkan lendir yang mungkin mengganggu mereka. " Banyak anak tidak membersihkan hidungnya secara teratur, sehingga lendir terkumpul dan menjadi kering," kata Nina Shapiro, M.D., ahli THT pediatrik di UCLA Mattel Children's Hospital dan penulis The Ultimate Kids' Guide to Being Super Healthy.
© Dream
Ia menjelaskan bahwa lendir dapat menyebabkan gatal dan penumpukan kotoran di hidung, menyebabkan anak-anak untuk mengambilnya. Biasanya juga karena iritasi saat jari dimasukkan ke hidung, menyebabkan lebih banyak lendir menumpuk, siklusnya pun berulang.
" Anak-anak mengupil jika agak gatal, yang cenderung terjadi pada alergi musiman. Terkadang mengupil bisa dilakukan secara tidak sadar, dan anak-anak bahkan tidak menyadari bahwa mereka melakukannya," kata Shapiro.
Dalam kebanyakan kasus, mengupil tidak berbahaya, dan biasanya lebih mengganggu orang tua daripada anak. Tetapi, kebiasaan buruk ini juga dapat memiliki beberapa konsekuensi yang berbahaya.
" Kuku yang tajam dapat menyebabkan goresan hidung dan bahkan mimisan," kata dr. Shapiro.
© Dream
Faktanya, mimisan paling sering disebabkan oleh mengupil pada anak-anak usia 3 hingga 10 tahun. Hal yang lebih berbahaya, mengupil bisa memasukkan kuman dan bakteri ke dalam tubuh.
" Jari kotor di hidung adalah cara pling cepat membuat anak-anak terpapar kuat dan penyakit. Terutama ketika kita melihat semakin banyak penyakit pernapasan pada anak-anak, termasuk Covid-19," ujar dr. Shapiro.
Anak kecil mungkin tidak menyadari bahwa mengupil itu tidak pantas dan tidak sehat. Untuk itu, orangtua harus peka saat membantu anak menghentikan kebiasaan tersebut.
Orangtua dapat mengajari anak-anak cara mengeluarkan angin lewat hidung. Termasuk selalu mencuci tangan dengan sabun, sebelum dan sesudah mengupil. Ingatkan juga anak-anak kalau mengupil di depan banyak orang adalah hal yang tidak sopan.
Advertisement


IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget