Mimisan/ Foto: Shutterstock
Dream - Saat anak sedang bermain, seperti berlarian, lompat dan begitu aktif, tiba-tiba keluar darah dari hidungnya. Kondisi ini tentunya memunculkan kepanakan.
Kita mengenalnya sebagai mimisan. Mimisan, dikutip dari KlikDokter, adalah proses keluarnya darah dari hidung karena adanya kebocoran di pembuluh darah di dalam hidung, baik yang berada di depan maupun belakang (bagian dalam).
Dalam bahasa medis, mimisan disebut epistaksis. Kondisi ini merupakan salah satu contoh kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) yang paling sering dijumpai. Mimisan dapat terjadi pada siapa saja, termasuk anak kecil.
Sebenarnya, mimisan merupakan kondisi yang lumrah terjadi pada anak, terutama di usia sekolah. Meski begitu, penyebab anak mimisan perlu diwaspadai karena mungkin ada masalah dengan kondisi kesehatannya. Berikut ini beberapa penyebab mimisan pada anak:
1. Perubahan Suhu Lingkungan
Meningkatnya suhu lingkungan sekitar mampu membuat hidung anak menjadi kering dan tidak lembap. Terlebih bila anak banyak beraktivitas di luar ruangan dan dalam kondisi cuaca panas, mimisan pasti akan lebih mungkin terjadi.
© Dream
Tanpa disadari, anak-anak sering memasukkan jari ke lubang hidung dan mengoreknya. Kebiasaan ini bisa menjadi penyebab sering mimisan pada anak. Kuku panjang dan tajam bisa melukai mukosa hidung. Akibatnya, terjadi perdarahan dari lubang hidung.
3. Membuang Ingus Terlalu Keras
Membuang ingus dengan cara yang salah justru bisa menjadi penyebab anak mimisan. Sebaiknya, gajari si kecil untuk membuang ingus secara perlahan dan hati-hati guna mencegah pecahnya pembuluh darah akibat terlalu keras membuang ingus.
© Dream
Pecahnya pembuluh darah di dalam hidung atau patah tulang hidung akibat cedera atau trauma pada hidung (misalnya terpukul atau jatuh) bisa menjadi penyebab mimisan pada anak. Selalu awasi aktivitas anak agar terhindar dari cedera yang nantinya bisa menyebabkan mimisan.
5. Benda asing masuk ke hidung
Anak-anak memang sering melakukan hal-hal yang tak terduga. Misalnya, mereka memasukkan benda asing ke hidung, seperti manik-manik atau biji-bijian. Jika ini dibiarkan dalam waktu lama, maka mukosa hidung akan bengkak, muncul iritasi, hingga mimisan. Kondisi ini butuh penanganan intensif dari dokter.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
© Dream
Dream - Orangtua mungkin sudah sangat kebingungan untuk meredakan kebosanan anak-anak mereka. Nyaris satu tahun, pandemi belum kunjung berakhir dan anak-anak tetap diminta hanya di rumah saja. Tidak ke sekolah, bermain dan berkumpul-kumpul dengan temannya.
Jika biasanya mereka bermain sepeda, bola, berlarian di taman bermain, kini rumah jadi satu-satunya tempat paling aman. Tak bisa melakukan banyak aktivitas, gadget dan video games jadi andalan bagi anak sebagai sumber hiburan.
Hal ini memunculkan risiko yang kemudian dikenal dengan istilah " nintendoitis" dan " playstation thumb" . Apa maksudnya? Permainan konsol seperti PS dan nintendo memang mengasyikkan tapi jika dilakukan berlebihan bisa menimbulkan cedera otot terutama pada anak-anak.
Dari penelitian, sebanyak 91 persen anak-anak berusia antara 2 hingga 17 tahun saat ini bermain video game - meningkat 13 persen dari tahun 2009. Satu penelitian terbaru terhadap 171 anak usia 7 hingga 12 menemukan bahwa 12 persen dari mereka mengalami nyeri jari dan 10 persen menderita nyeri pergelangan tangan.
© Dream
Fakta lainnya, semakin kecil usia anak bermain game konsol, mereka juga semakin rentan terhadap rasa sakit. Penelitian ini dilakukan oleh dr. Yusuf Yazici, seorang ahli reumatologi di Rumah Sakit Universitas New York dan timnya. Ia mencurigai hal ini ada hubungannya dengan fakta bahwa otot dan tendon anak masih dalam tahap perkembangan.
“ Semakin kecil anak, semakin banyak rasa sakit yang mereka alami, terlepas dari berapa lama mereka bermain setiap hari,” ujar Yazici dikutip dari Fatherly.
Bermain video game dalam waktu lama dapat menyebabkan cedera stres yang berulang, seperti carpal tunnel syndrome atau tendonitis. Termasuk duduk dalam satu posisi selama berjam-jam menekan tombol berulang-ulang pada pengontrol game dapat menyebabkan nyeri dan peradangan berulang, dan tanpa pengobatan dapat menyebabkan kerusakan permanen.
Peradangan adalah mekanisme pertahanan tubuh sebagai respons terhadap cedera atau penggunaan berulang. Jenis peradangan sendi akut yang terjadi dari " Nintendoitis" , " Playstation Thumb" , dan cedera terkait video game lainnya sangat besar karena serangannya tidak kentara dan dapat tidak terdeteksi sampai kondisinya menjadi lebih parah.
Tanda-tanda peradangan akut akibat cedera antara lain kemerahan, bengkak, nyeri, sulit bergerak, dan panas atau hangat yang berasal dari daerah yang terkena. Untuk itu, pastikan jika anak bermain game konsol, buat durasi maksimal. Jangan sampai lebih dari satu jam, terutama anak di bawah 10 tahun.
Advertisement


IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget