Si Kecil Takut Injak Rumput, Ternyata Ini Sebabnya

Reporter : Mutia Nugraheni
Senin, 14 Februari 2022 14:04
Si Kecil Takut Injak Rumput, Ternyata Ini Sebabnya
Coba lakukan hal ini agar buah hati tak takut lagi bermain di rumput.

Dream - Ada anak yang saat melihat rumput, langsung penasaran untuk memegang, mencabut, menginjak, bahkan berguling-guling di atasnya. Ada juga bereaksi lain, saat kulitnya menyentuh rumput malah menghindar.

Tak mau menginjak rumput dan turun dari gendongan atau berlari. Respons anak mungkin tampak normal karena kaki yang terkena rumput jadi terasa geli atau basah dan gatal.

Pada bayi, memang sebaiknya rutin diajak menginjak dan bermain di rumah untuk merangsang sensori motoriknya. Bila si kecil terus menerus tak mau menyentuh dan menghindari rumput dan tampak gelisah, bisa jadi ada permasalahan dalam perkembangan sensorinya.

Hal ini diungkapkan oleh dr. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A lewat akun Instagramnya @dr.andreas.spa. Menurut penolakan anak pada rumput bisa termasuk gangguan sensori.

" Takut terhadap rumput? Ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas atau berlebihan yang merupakan suatu gangguan stimulasi sensori berupa rangsangan taktil. Anak merasa takut atau tidak nyaman karena rumput diterima sebagai rangsangan atau stimulasi yang berlebihan pada anak," tulis dr. Andreas.

 

1 dari 4 halaman

Berikan stimulus dengan beragam tekstur

Berikan stimulus dengan beragam tekstur © Dream

Hal tersebut tak boleh dibiarkan dan anak harus mendapat banyak stimulasi. Bisa mengenalkan berbagai macam tekstur seperti halus, lembut, kasar, empuk. Bila dibiarkan tumbuh kembang anak bisa sangat terganggu.

" KONSISTEN untuk mengenalkan rumput setiap hari perlahan-lahan dan tidak memaksa. Masalah sensori ini bisa mengganggu banyak aktivitas salah satunya makan..karena makan merupakan aktivitas anak yang paling banyak menggunakan sistem panca indera dan membutuhkan koordinasi yang baik," pesan dr. Andreas.

Ia juga mengingatkan orangtua agar berkonsultasi jika anak kerap merasa takut dengan beragam tekstur. Terutama jika diserta masalah koordinasi pada gerakannya.

2 dari 4 halaman

Insiden Balita Telan Baterai, Rontgennya Bikin Ngilu

Insiden Balita Telan Baterai, Rontgennya Bikin Ngilu © Dream

Dream - Punya anak usia di bawah lima tahun, memang kita tak boleh lengah. Mereka sangat aktif dan penuh rasa ingin tahu. Berbagai benda ingin dipegang dan dimasukkan ke mulutnya, termasuk yang sangat berbahaya seperti baterai.

Ariani Dewi Widodo, seorang dokter spesialis anak, membagikan pengalamannya menangani kasus seorang balita yang menelan baterai. Lewat akun Instagramnya @dr.ariani mengungkap soal insiden balita yang belum bisa bicara menelan baterai.

Awalnya karena firasat ibu yang melihat baterai di remote hilang dan tak ketemu saat dicari. Ibu tersebut curiga putri balitanya main-main dengan baterai tersebut lalu membawanya ke IGD meski tanpa gejala.

" Saat ditanya di RS, Ibu tidak bisa memberikan alasan yang lebih baik selain bahwa baterai itu tidak ketemu. Tidak pernah melihat anak tersedak, batuk2, sakit perut, ataupun keluhan lain. Anak hepi saja dan makan lahap seperti biasa. Ibu tetap minta ia difoto röntgen, tapi karena kecurigaan ke arah sana tidak cukup kuat, maka tidak dilakukan,"  tulis dr. Ariani.

 

3 dari 4 halaman

Terlihat dari Rontgen

Terlihat dari Rontgen © Dream

Ibu tersebut pun pulang ke rumah, karena anaknya tak memiliki keluhan. Rupanya, satu minggu kemudian putrinya buang air besar berwarna hitam.

Hasil rontgen dan pemeriksaan lainnya menunjukkan ada baterai jenis AAA tersangkut di lambung si anak. Kondisinya sudah berkarat membuat luka pada lambung.

Rontgen

" Pulang ke rumah, hati Ibu tetap tidak tenang, meski si kecil ceria. Satu minggu kemudian, tiba-tiba BABnya mulai berwarna kehitaman. Tanpa pikir panjang lagi Ibu langsung membawanya ke IGD @rsabhk,"  ungkap dr. Ariani.

 

4 dari 4 halaman

Dikeluarkan dengan Teknik Khusus

Dikeluarkan dengan Teknik Khusus © Dream

Dokter memutuskan untuk mengeluarkannya melalui teknik khusus agar tak menimbulkan luka yang lebih parah. 

" Proses mengeluarkannya juga tidak mudah, karena ukuran baterai yang jauh lebih besar dari diameter kerongkongan pada posisi horisontal. Harus dijepit di jarak yang 'tepat' dari ujungnya supaya membentuk sudut yang pas untuk ditarik ke kerongkongan, namun masih cukup seimbang sehingga tidak jatuh lagi ke bawah karena terlalu berat,"  ungkap dr. Ariani.

Tim dokter

Akhirnya baterai berhasil dikeluarkan tim dokter tanpa memicu luka yang lebih parah. Kondisi sang anak kini juga semakin membaik. Dokter Ariani mengingatkan para orangtua agar lebih waspada menyimpan benda-benda kecil di sekitar rumah, terutama jika memiliki balita di rumah. Pasalnya, insiden ini bisa terjadi pada siapa pun dan jika tak diketahui dengan cepat bisa berakhir fatal.

Beri Komentar