Tak Mau Teriak Panggil Anak, Viral Trik Ibu Pasang Bel

Reporter : Mutia Nugraheni
Jumat, 18 Maret 2022 14:12
Tak Mau Teriak Panggil Anak, Viral Trik Ibu Pasang Bel
Mungkin para ibu mau menerapkannya di rumah.

Dream - Anak-anak yang mulai berusia 11 tahun ke atas dan memasuki masa remaja mungkin memang sudah tak berlarian dalam rumah. Mereka cenderung selalu berada di kamar, bermain game, sibuk dengan laptop/ ponselnya dan menggunakan headset.

Terutama di masa pandemi seperti sekarang, di mana mereka tak bisa bebas keluar rumah untuk berkumpul dengan teman-temannya. Seringkali kita emosi saat memanggil anak tak kunjung menyahut.

Mungkin ayah bunda juga mengalaminya, ketika memanggil anak berkali-kali hingga suara meninggi. Daripada suara hilang, emosi dan sakit tenggorokan, cobalah trik yang dilakukan pemilik akun TikTok @arinsolange.

Bel dapur

Ia memasang bel di tiap kamar keempat anaknya. Saat ingin memanggil, cukup menekan tombol yang berlokasi di dapur dan nantinya bel di kamar akan berbunyi. Biasanya, ia akan memanggil anak-anaknya jelang waktu sarapan, dan ke sekolah.

" Aku memiliki empat anak dan saya benci berteriak di rumah. Saya akhirnya membeli bel pintu kecil ini dan itu adalah game changer," ungkapnya dalam video yang diunggah di Tiktok.

 

1 dari 5 halaman

Lihat Video Cara Kerja Bel "Pemanggil Anak"

Lihat Video Cara Kerja Bel "Pemanggil Anak" © Dream

Untuk memasangnya juga cukup mudah, hanya tinggal dicolok ke stop kontak. Tiap tombol diberi nama anak agar tak tertukar. Memiliki 4 anak, berarti ibu ini membeli empat bel untuk di tiap kamar anak.

Sangat cocok diterapkan jika rumah terdiri dari dua lantai dan ibu tak mungkin berteriak berkali-kali memanggil anak-anaknya. Tak heran kalau trik ini viral dan para ibu banyak yang ingin mencontohnya.

" Bisa menghemat suaraku dan aku tak perlu ke atas menghampiri anak lelakiku," tulis salah satu warganet.

" Saat anak tak kunjung turun, aku tinggal memencet bel ribuan kali sampai ia turun, hmm trik yang bagus," komentar lainnya.

" Mungkin bel ini juga bisa untuk para suami yang sangat sulit untuk dipanggil," ungkap warganet lain.

Seperti apa belnya? Lihat saja videonya.

 

@arinsolange There has never been a better #momhack - these little $15 doorbells have made our house so much more pleasant! Linked on my Amazon under ‘home favorites’ #fyp #momsoftiktok ♬ original sound - Arin Jura
2 dari 5 halaman

Sulitnya Negosiasi dengan Anak Remaja, Coba 3 Cara Ini

Sulitnya Negosiasi dengan Anak Remaja, Coba 3 Cara Ini © Dream

Dream - Menghadapi anak yang beranjak remaja dan sudah memasuki usia 16 tahun ke atas, memang butuh kesabaran ekstra. Mereka sudah bisa membuat keputusan sendiri, berpikir kritis dan menyampaikan argumentasinya.

Tak suka dilarang, dan kerap mendesak orangtua untuk memberi izin melakukan hal yang kadang membuat khawatir. Orangtua dalam kondisi ini tak bisa terlalu kaku atau pun terlalu longgar.

Bila terlalu melarang atau bersikap keras, anak akan semakin menjauh bahkan kabur. Sebaliknya, bila terlalu longgar anak bisa saja mengalami hal buruk. Lalu apa yang bisa dilakukan? Negosiasi.

Sulit memang melakukan negosiasi dengan anak remaja. Chris Voss, pakar negosiasi dari FBI membagikan tiga trik bernegosiasi dasar yang bisa dilakukan. Bisa diterapkan saat menghadapi anak, pasangan atau orang lain dalam kondisi negosiasi.

 

3 dari 5 halaman

1. Mirroring

1. Mirroring © Dream

Mirroring adalah tentang mengumpulkan informasi dengan mengulangi satu hingga tiga kata yang diucapkan anak dan melakukannya dalam bentuk pertanyaan. Ini terutama bekerja dengan baik dalam percakapan konfrontatif karena membuat anak-anak merasa nyaman dan membuat mereka merasa didengar.

Misalnya, anak bertanya, “ Bolehkah aku pergi nonton bioskop jam 7 malam bareng teman-teman?” lalu respons, " Nonton malam?" anak akan menjawab, " Ya, kita mau nonton bareng" . Respons lagi " bareng teman?" , mungkin anak akan menyebut nama-nama temannya.

Jadi ketika bernegosiasi dengan anak-anak, kita harus mencerminkan mereka karena mirroring mengharuskan anak-ana untuk mendengarkan alasan mereka sendiri. Harus menjelaskan apa yang mereka inginkan secara mendetail memungkinkan kita sebagai orangtua untuk memilih pertanyaan tindak lanjut yang tepat yang membuat mereka berpikir kritis tentang suatu keputusan. Cara ini membuat anak-anak berbicara jujur dan menganalisis dan akhirnya memikirkan apa yang sebenarnya mereka inginkan.

 

4 dari 5 halaman

2. Pelabelan

2. Pelabelan © Dream

Emosi selalu menjadi bagian dari negosiasi. Sangat penting agar anak-anak melabeli perasaan mereka sendiri. Saat emosi diberi label, itu memicu otak untuk meredakan emosi itu.

Saat memberi label emosi untuk mereka, bisa mengucapkan: " Sepertinya,terdengar seperti, terasa seperti ..." . Jika kita langsung mengatakan tidak, emosinya mengambil alih karena dia tidak merasa terkendali.

Bila menggunakan label emosi dan berkata, " Sepertinya kamu marah/ kesal dan kecewa" , bisa membantu meredakan reaksi emosional yang merugikan dan mengurangi penolakan terhadap saran yang diberikan. Kita mungkin memerlukan beberapa label untuk meredakan ketegangan sepenuhnya. Label emosional membangun hubungan dan meningkatkan pengaruh berbasis kepercayaan, yang kita inginkan sebagai orang tua.

 

5 dari 5 halaman

3. Mengganti "Mengapa" dengan "Bagaimana?" dan "Apa?"

3. Mengganti "Mengapa" dengan "Bagaimana?" dan "Apa?" © Dream

Orang cenderung lebih suka dengan pertanyaan " apa" daripada pertanyaan " mengapa" . " Mengapa" memicu mekanisme pertahanan universal dan " apa" membuat orang lain merasa mereka memegang kendali, bahkan ketika mereka tidak memegang kendali.

Jika ayah/ bunda mencoba membuat anak membersihkan kamarnya, jangan katakan, “ Mengapa tidak membersihkan kamar?”. Sebaliknya, tanyakan, “ Apa yang dapat kamu lakukan untuk membersihkan kamar dalam 10 menit? Atau “ Bagaimana kalau ibu bantu untuk bersihkan kamar?”. Pertanyaan-pertanyaan ini pada akhirnya membantu membentuk pemikiran anak.

Sumber: AllProDad

Beri Komentar