Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Kasus perundungan atau bullying hingga kini terus terjadi lingkungan sekolah. Sebagai pencegahan, sebenarnya program Sekolah Ramah Anak sudah digalakkan sejak beberapa tahun lalu oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)
Menurutnya ada tiga aspek penting untuk mewujudkan sekolah ramah anak. Hal ini memang tidak mudah dan menemui banyak sekali tantangan.
" Sebenarnya Sekolah Rama Anak indikatornya banyak dan menjadi tugas warga sekolah tidak hanya guru, murid, kepala sekolah, bahkan ke penjaga sekolah pun harus turut serta. Tahapan Sekolah Ramah Anak ada tiga yaitu, mau, mampu dan maju," ujar Lenny N Rosalin, Deputi Tumbuh Kembang Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) di Jakarta, 17 Februari 2020 kemarin
Pada tahapan awal, yakni " MAU" . Ada inisiatif dan keinginan dari sekolah untuk memasang papan " Sekolah Ramah Anak" . Hal ini bisa jadi dorongan bagi seluruh pihak di sekolah untuk menjaga keamanan anak selama di sekolah.
Leny juga menambahkan bahwa fasilitator Sekolah Ramah Anak juga harus aktif, bukan hanya dari sekolah tapi juga lingkungan. Mulai dari kelurahan hingga tingkat nasional untuk memastikan aspek perlindungan dan keamanan bagi anak dilakukan.
" Mekanisme pemgaduan yang ada di sekolah ramah anak pun perlu diadakan. Mungkin ini yang menjadi PR dan akan kita revisi," ungkap Lenny.
Setelah itu kemampuan sekolah untuk menyediakan fasilitas pengawasan. Salah satunya fasilitas CCTV di ruang kelas.
Hal ini bisa memantau aktivitas anak, termasuk mencegah kasus bullying di sekolah. Dengan adanya CCTV seluruh aktivas di ruang kelas bahkan di sekolah dapat terpantau oleh seluruh warga sekolah.
" Biasanya kan CCTV ada di dalam, yang kita waspadai jika terjadinya di luar pagar sekolah. Tidak terlacak," tambah Lenny.
Laporan Rifani Indrianti
Dream - Anak sudah lincah dan pintar berbicara, apa sudah saatnya mereka masuk sekolah? Eits, belum tentu. Menurut Psikolog anak dan keluarga, Rosdiana Setyaningrum, anak bisa bersekolah ketika mereka sudah mandiri.
Menurutnya, anak yang mandiri adalah anak yang sudah bisa melakukan hal kecil sendiri, seperti bisa kenali hasrat buang air dan makan sendiri. Rosdiana memaparkan, kemandirian anak terbentuk saat mereka menyentuh usia dua tahun. Hal yang juga sangat penting adalah memilih sekolah yang tepat.
" Umur dua itu kan harusnya dia udah bisa mulai lumayan bisa makan sendiri. Sebenarnya yang penting bukan umurnya tapi pilihan sekolahnya," kata Rosdiana dalam acara talkshow bersama S-26 Procal Gold, di Soehanna Hall, Jakarta, Kamis, 19 September 2019.
Pilih sekolah yang memiliki metode bermain sambil belajar. Bukan hanya menekankan pada aspek akademik. Nah, cara belajar anak balita yang paling ideal adalah dengan metode yang mengembangkan sensorisnya. Seperti bermain, bernyanyi, menari, dan aktivitas lain yang mengharuskan bergerak.
Rosdiana sangat melarang untuk menyekolahkan anak di sekolah yang hanya duduk diam dan menulis. Hal ini dikarenakan anak balita, sedang mengembangkan kemampuan otak kanannya.
Untuk kembangkan kerja otak kanan, anak membutuhkan aktivitas yang bergerak dan kreatif. Saat inilah sangat dianjurkan anak untuk mempelajari olahraga, musik, ataupun seni. Hal yang perlu diperhatikan lainnya adalah untuk menyekolahkan anak di sekolah yang dekat dari rumah.
" Ada beberapa persiapan harus kita lihat kalau untuk si anak kita yang lebih kecil ini. Misalnya, seberapa jauh dari rumah, kalau terlalu jauh kan kasian ya nanti," ujar Rosdiana.
Keamanan sekolah juga menjadi poin penting yang wajib diperhatikan. Seperti yang kita pahami, anak belum mampu menjaga dirinya dengan baik.
Oleh karena itu, pastikan guru di sekolah memiliki kepedulian yang tinggi terhadap anak. Perhatikan juga pendekatan guru terhadap anak. Apakah mengasyikkan atau membosankan?
Menurut Rosdiana, anak umur dua tahun hanya memiliki waktu fokus selama dua menit. Maka dari itu, pembelajaran yang aktif, menyenangkan, dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak sangat dibutuhkan.
" Dua tahun kan berarti paling dia fokus dua menit ya, jadi jangan suruh duduk, diem, gitu. Banyak eksplorasi itu akan menjadi satu simulasi yang baik juga," ungkap Rosdiana.
Sementara, menurut pakar neurologi Anak, Attila Dewanti, menyekolahkan anak saat dini tidak bisa dipaksakan. Orangtua harus terlebih dahulu paham tahapan anak dan perkembangannya.
Laporan: Keisha Ritzska Salsabila
Dream - Menyuruh anak duduk manis dengan suasana hening. Terdapat deretan buku dan karton berisi huruf di depan si kecil. Cara ini dilakukan banyak orangtua saat mengajarkan anak-anaknya membaca.
Bagi beberapa anak, cara tesebut memang berhasil. Tapi bagi banyak anak, cara 'kaku' tersebut tidak efektif. Mengajarkan membaca tak melulu dengan menjejali anak dengan buku membaca.
" Taruh buku teks, cari alat atau metode lain. Bisa berupa flash card, permainan, game di gadget atau cara lain yang sangat menyenangkan bagi anak. Diperlukan cara yang seru dan menyenangkan untuk membuat anak belajar dan suka membaca," kata Shannon Ryan, Library Media Specialist di Lake Carolina Elementary Upper Campus, seperti dikutip dari CafeMom.
Anak tak perlu harus membaca buku khusus. Bacaan-bacaan yang ada di rumah sebenarnya bisa juga membuatnya penasaran, apalagi yang memiliki gambar menarik.
Bahkan buku atau bacaan orangtua, seperti majalah, buku resep, koran, kerap membuat anak penasaran karena orangtua membacanya dengan serius.
" Biarkan anak bergabung saat kita membaca bacaan tertentu. Tunjukkan huruf-huruf besar yang terdapat majalah atau koran. Biasanya desain huruf dibuat sangat menarik dan anak ingin bisa membacanya," ungkap Ryan.
Jaga rasa penasaran tersebut. Jika anak menemukan bacaan atau buku lain yang bisa dibacanya meski bukan buku anak, biarkan ia membuka halaman-tiap halaman. Dengan begitu ia ingin bisa membaca agar bisa mengetahui isi cerita di dalamnya.
Buat juga permainan mencari huruf saat sedang di jalan. Misalnya mencari huruf C pada papan iklan. Atau pada anak yang mulai bisa membaca, mencari kata-kata yang mudah.
" Buat suasana yang menyenangkan. Anak tanpa sadar sebenarnya sedang belajar huruf demi huruf dan mengasah kemampuannya membaca, ini jauh lebih efektif," kata Ryan.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik