Kasus Diabetes Anak di Indonesia Naik Terus, Pantau Asupan dan Berat Badan Anak

Reporter : Mutia Nugraheni
Kamis, 2 Maret 2023 14:48
Kasus Diabetes Anak di Indonesia Naik Terus, Pantau Asupan dan Berat Badan Anak
Cari tahu lebih dalam mengenai kelainan metabolik ini.

Dream - Beberapa waktu lalu Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengumumkan pada 2023, jumlah kasus diabetes pada anak meningkat hingga 70 kali lipat sejak 2010 lalu. Hal ini tentu tak boleh dianggap sepele.

Diabetes bisa terjadi pada anak karena banyak faktor, bukan hanya karena genetik, tapi juga pola hidup dan kebiasaan makan yang tidak sehat. Termasuk juga asupan kaya gula dan lemak yang terus menerus tanpa disertai aktivitas fisik, sehingga memicu obesitas. 

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, 1 dari 5 anak berusia 5-12 tahun, dan 1 dari 7 remaja berusia 13-18 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas

Obesitas memiliki konsekuensi berat pada anak karena memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik. Sindrom metabolik adalah sekumpulan kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes pada seseorang.

Nutrifood

" Prevelensi sindrom metabolik (SM) di Indonesia sebesar 23,34%, lebih tinggi pada laki-laki (26,2%) dibandingkan perempuan (21.4%). Kondisi ini diprediksi menyebabkan kenaikan dua kali lipat risiko terjadinya penyakit jantung dan lima kali lipat penyakit diabetes melitus tipe 2," ujar Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes, selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI dalam acara workshop Stop Rantai Obesitas Sedini Mungkin yang diselenggarakan oleh Nutrifood bersama Kementerian Kesehatan dan Badan POM RI pada Rabu, 1 Maret 2023

 

1 dari 4 halaman

Pantau Asupan Sehari-hari

Sementara itu, menurut dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, FINEM, Dokter Spesialis Gizi Klinis, penting untuk memantau asupan yang setiap hari dikonsumsi anak. Termasuk juga berat badannya. 

Ia menganjurkan untuk makan sayur sebesar 2 kali lipat jumlah sumber karbohidrat dan protein, sertam emerhatikan label kemasan sebelum membeli guna membatasi asupan gula, garam, lemak yang ada di makanan dan minuman perlu dibiasakan sedini mungkin untuk mencegah obesitas.

" Jangan lupa untuk memilih makanan dan minuman yang tinggi protein karena bisa menjadi sumber energi bagi tubuh anak dan remaja yang memiliki banyak aktivitas," ujar dr. Marya.

Sebagai upaya untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan
kemasan, masyarakat diajak untuk lebih cermat dalam membaca label gizi kemasan pangan olahan yang dikonsumsi. Masyarakat harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan, yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula)) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.

 

 

2 dari 4 halaman

Lihat Nilai Gizi

Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) juga melakukan kampanye agar konsumen memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan gizinya. Salah satu cara untuk memudahkan masyarakat memilih pangan yang lebih sehat adalah dengan mencantumkan keterangan Logo “ Pilihan Lebih Sehat” pada pangan olahan yang memenuhi kriteria kandungan gula, garam, lemak dan/atau zat gizi lainnya. Harapannya masyarakat dapat bijak memilih produk dengan Logo tersebut.

Hal tersebut juga didukung oleh Nutrifood, salah satu produsen produk pangan, dengan selalu mencantumkan dengan jelas nilai gizi pada tiap kemasan. Dengan begitu konsumen lebih bisa memilih produk yang sehat untuk keluarga.

" Nutrifood berkomitmen dalammengedukasi dan menginspirasi masyarakat Indonesia untuk selalu menjalankan gaya hidup sehat setiap saat. Kami menyadari bahwa isu obesitas terutama pada anak dan remaja berdampak negatif bagi kesehatan karena bisa meningkatkan risiko sindrom metabolik," kata Susana, S.T.P., M.Sc., PD.Eng., Head of Strategic Marketing Nutrifood dalam acara yang sama.

3 dari 4 halaman

Terapkan Hal Ini Demi Cegah Obesitas Pada Anak

Dream - Kebiasaan hidup sehat sebaiknya diajarkan sejak dini. Mulai dari kebiasaan makan di rumah juga aktivitas fisik yang teratur. Saat ini kasus obesitas yang melanda anak-anak cukup mengkhawatirkan.

Banyak orangtua yang menganggap adalah hal wajar jika anak-anak memiliki tubuh yang gemuk. Padahal bisa jadi sang anak mengalami obesitas yang mengancam kesehatannya secara jangka panjang.

Bermain gadget secara berlebih, kurangnya aktivitas fisik, lalu sering mengonsumsi makanan berlemak dan berkadar gula tinggi jadi penyebab utamanya. Peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadi obesitas pada anak-anak.

Lalu apa yang bisa dilakukan untuk mencegah obesitas?

- Batasi televisi dan gadget
Anak-anak yang menonton televisi dan bermain gagdet cenderung malas bergerak. Mereka lebih menikmati tontonan dan malas untuk bermain di luar rumah, seperti main bola, berlarian atau main sepeda. Padahal aktivitas fisik sangat dibutuhkan anak untuk perkembangan fisik dan motorik anak.

 

4 dari 4 halaman

- Hindari menyediakan camilan kaya gula dan garam
Cokelat, cracker gurih serta makanan kemasan kaya gula dan garam, sebaiknya jangan distok. Lebih baik sediakan makanan sehat seperti buah, yogurt atau jeli buatan sendiri.

- Kenalkan dengan banyak makanan baru
Anak-anak kadang malas mencoba makanan dengan rasa yang baru. Namun jangan menyerah begitu saja. Kenalkan si kecil pada beragam makanan terutama yang sehat. Membiarkannya hanya menyukai satu makanan saja cenderung membuatnya menjadi pemilih dan makan berlebihan.

- Batasi camilan
Jangan memberikan camilan tanpa batas. Batasi terutama menjelang waktu makan. Camilan yang berlebihan akan membuatnya kenyang dan malas untuk makan. Hal tersebut juga berdampak buruk pada pola makannya.


Sumber: Fatherly

 

 

Beri Komentar